Pengguna:Ririratu18/bak pasir

Kapten Ahmad Rivai

sunting
 
Kapten Ahmad Rivai, pahlawan dari Desa Cemapaka, Kab. OKU Timur, Sumatera Selatan.

Kapten Ahmad Rivai lahir di Desa Cempaka putra dari Pangeran Harun yang dulu merupakan Pesirah Marga Semendawai Suku II saat ini menjad Kabupaten OKU Timur (Ogan Komering ulu Timur), Provinsi Sumatera Selatan. Ia pernah mengenyam pendidikan di HIS Palembang dan MULO (1938-1941).

Pada tahun 1943, ia melanjutkan pendidikan di Gyu-gun selama 3 tahun bersama rekan-rekan Gyu-Gun lainnya seperti Hasan Kasim dan Haroen Sohar mendapat pendidikan militer intensif. Setelah lulus, A Rivai mendapatkan pangkat Gyui Syoi (Letnan Dua) dan ditugaskan dikantor militer Jepang, Dai Ichi Shotaitjo, hingga menjelang kemerdekaan Indonesia.

Berita kekalahan Jepang dan pembentukan BPKR (Badan Pembantu Keamanan Rakyat) yang berpusat di Yogyakarta waktu itu menyebar. Sehingga para eks-Gyu Gun di Palembang selanjutnya membentuk BPKR di Palembang untuk mengawasi pelucutan senjata tentara jepang yang dilakukan di bekas sekolah Mizuho Gakuen (HIS zaman Belanda, sekarang SMPN 1 Palembang) oleh mantan perwira Gyu Gun, termasuk Gyui Syoi A. Rivai. Markas utama BPKR Palembang selanjutnya dipusatkan di Gedung Methodist Jalan Tengkuruk.

Pada 13 Nopember 1945 BPKR Palembang dirubah menjadi BKR (Badan Keamanan Rakyat) dengan struktur pimpinan yang lebih jelas dari BPKR. Pada struktur pimpinan BKR Palembang, Gyui Syoi A. Rivai, menduduki posisi strategis sebagai Kepala Divisi Keamanan. Pimpinan BKR Palembang saat itu sendiri dijabat oleh Gyui Syoi Hasan Kasim dengan wakilnya Gyui Syoi Mohammad Rifai. Jabatan dibawah pimpinan langsung dibagi pada kepala divisi (pembantu pimpinan).

Pada saat BKR berubah ke TKR dan menjadi Sub Komandemen Sumatera Selatan (Subkoss) Divisi Garuda, Gyui Syoi A. Rivai dinaikkan pangkatnya menjadi Letnan Satu. Lettu. A. Rivai ditempatkan sebagai wakil Brigade Garuda Merah Pertempuran (BGMP) sebagai wakil komando di bawah Mayor Iskandar.

Sebagai wakil komando BGMP Subkoss dan kepala divisi keamanan BKR, Beliau bertanggung jawab pada keamanan pasukan BGMP Subkoss yang sedang siap bertempur menjelang peristiwa perang 5 hari 5 malam. Ketika mulai terjadi bentrok senjata awal pada 28 Desember 1946, Lettu A. Rivai memeriksa pasukan yang berkontak senjata di jalan Pagaralam, sekitar Charitas. Beliau dengan keberaniannya mengendarai sepeda motor menuju medan tempur di sana.

Pada saat beliau tiba di lokasi sebuah peluru  menembak bahu kanan beliau yang membuatnya terlempar dari motor. Pasukan TKR yang sedang bertempur kemudian mengamankan beliau ke Klinik dr. Ibnu Sutowo Jalan Dempo. Namun, sebagai sebagai seorang perwira, tetapi peristiwa ini tidak membuat beliau jerah. Selama perawatan beliau terus mengumpulkan berbagai informasi keadaan tentara BKR yang sedang menghadapi situasi hangat menjelang perang 5 hari 5 malam.

Pada tanggal 1 Januari 1947, Belanda mulai melakukan serangan membabi buta ke berbagai pelosok Palembang. Mendengar hal ini, Lettu A. Rivai sebagai kepala divisi keamaan pimpinan TKR gelisah. Belum pulih dari perawatan dan dalam keadaan masih terluka, Beliau mengajak Letda Aziz yang baru dirawat semalam untuk bergabung dengan pasukan di Sungai Jeruju tanpa sepengetahuan perawat dan kepala klinik.

Namun, saat itu pasukan Sungai Jeruju sebagai markas BGMP mendapat serangan luar biasa dari Belanda. Lettu A. Rivai yang baru tiba langsung mengendalikan pasukan BGMP.  Selanjutnya mengumpulkan pasukan untuk menyusun rencana perlawanan balik ke Belanda.

Besoknya, tanggal 2 Januari 1947, perang kemudian kembali berkecamuk hebat di Sungai Jeruju dan Lettu A. Rivai memimpin langsung di garis depan. Tapi, sebuah montir yang ditembakan Belanda, tepat meledak di dekat Belaiu. Beliau terlempar ke Sungai Jeruju dan jasad beliau baru diketemukan keesok harinya mengapung di Sungai Musi dekat pipa kilang minyak Stanvac Plaju.