Ruhutisme
RUHUTISME
Istilah Baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diperkenalkan oleh Boni Hargens, inisiator Gerakan Nasional Anti Diskriminasi, sekaligus juga pengajar Ilmu Politik Universitas Indonesia dan Direktur Lembaga Pemilih Indonesia.
Sejarah Etimologis
Kata ini berasal nama seorang politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, SH. Ia lahir di Medan, Sumatera Utara, 24 Maret 1954. Ia dikenal masyarakat luas sebagai seorang pengacara, pemeran sinetron, dan politikus Indonesia. Nama Ruhut melejit berkat perannya sebagai tokoh pongah Poltak yang mengaku Raja Minyak dari Tarutung di sinetron Gerhana. Ruhut juga pernah menjabat sebagai Ketua DPP Partai Demokrat. Ruhut adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Humala Sitompul dan Surtani Panggabean. Ia menyelesaikan pendidikan akademiknya di Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran, Bandung pada tahun 1979. Ia termasuk sosok pengacara yang siap menangani kasus-kasus yang berbau kontroversial dan kurang populer di masyarakat. Salah satunya adalah bersama-sama dengan pengacara Hotma Sitompul, menjadi pengacara Ketua Umum Partai Golkar, Akbar Tandjung, dan juga sejumlah yayasan milik mantan Presiden Soeharto saat semua orang menghujat Orde Baru.
Meski demikian, tak dapat dipungkiri nama Ruhut terkenal sejak dia bermain sebagai tokoh pongah Poltak yang mengaku Raja Minyak dari Tarutung di sinetron Gerhana. Keterlibatan Ruhut dalam sinetron ini berawal dari ketidak sengajaan saat membaca skenario Gerhana produksi Star Vision. Ruhut memang telah lama menjadi pengacara Star Vision. Meski awalnya hanya dirancang untuk tampil sampai episode ke-13, namun penampilan Ruhut sebagai Bang Poltak sangat digemari pemirsa. Maka berlanjutlah perannya sampai puluhan episode berikutnya. Selain Gerhana, Ruhut juga membintangi Anak Ibuku, Taman Mertua Indah, dan James Bono. Selain itu, Ruhut juga kerap menjadi bintang tamu di banyak program humor dari Ngelaba, Asep Show, sampai Ketoprak Humor.
Dalam Pemilu 2009, Ruhut yang bergabung sebagai koordinator tim sukses Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono melontarkan pernyataan kontroversial Mantan politisi Golkar ini kembali merelakan lehernya ditebas jika Ketua Pansus Hak Angket Century tidak diduduki oleh Idrus Marham, pendatang baru.
Dalam sebuah diskusi di kesempatan lain, Ruhut terlibat dalam diskusi. Hadir sebagai pembicara pada saat itu, Fuad Bawazier mewakili tim sukses Jusuf Kalla-Wiranto dan Permadi mewakili tim sukses Megawati-Prabowo. Pada kesempatan itu Ruhut melontarkan pernyataan bahwa "Arab tidak pernah membantu Indonesia". Hal ini menimbulkan kecaman dan reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat, khususnya kalangan keturunan Arab dan juga dari kalangan Islam.
Pada 3 Juni 2009, Front Pembela Islam (FPI), sebuah organisasi Islam, menyatakan akan menangkap Ruhut Sitompul atas pernyataanya yang telah menyinggung etnis Arab, bila Kepolisian Indonesia tidak menanggapi permintaan Forum Keturunan Arab Indonesia (FOKARI) yang sebelumnya juga sudah meminta polisi untuk menangkap Ruhut.
Atas kejadian ini, Ruhut mendapatkan teguran dari Partai Demokrat, dan kemudian dengan secara pribadi dan atas nama Partai Demokrat menyatakan maaf atas pernyataannya tersebut. Kasus ini tidak berlanjut hingga ke jenjang pengadilan. “Kasus yang seperti begini dari dulu sudah ada. Sejak zaman Megawati sudah ada, waktu itu Sri Mulyani-nya (maksudnya Menkeu) si Cina, Kwik Kian Gie”. Isu rasistis kembali menimpa Ruhut dalam diskusi "Angket Century SBY Jatuh" yang digelar Forum Umat Islam di Wisma Darmala Sakti, Jakarta. Dalam diskusi tersebut, ia menyebutkan :
Salah seorang peserta diskusi, Adi, meminta pencabutan kata-kata tentang etnis tersebut, namun Ruhut akhirnya keluar meninggalkan ruangan. Pada 20 November 2009, Ruhut mengeluarkan pernyataan merelakan telinganya dipotong jika dana bailout Rp. 6,7 triliun Bank Century mengalir ke Partai Demokrat dan Presiden SBY. “Tidak ada kaitannya dengan SBY dan Demokrat dengan aliran dana Bank Century. Kalau ada, potong leher saya”, kata Ruhut. Berdekatan dengan pernyataan itu, Ruhut juga menyatakan lehernya siap ditebas pedang jika putra kesayangan SBY, Edhie Baskoro. (Ibas) juga menikmati "uang haram" kasus Bank Century.
“Kalau Ibas terima Rp. 500 Miliar, potong leher saya.”
Pada 20 Desember 2009, Ruhut kembali mengeluarkan pernyataan yang kontroversial bahwa ia rela dirajam jika Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani bila dipanggil oleh Panitia“.. Saya akan menjamin saat Boedi dipanggil tidak datang, Sri Mulyani tidak datang saat dipanggil. Teman-teman bisa panggil saya keluar, rajam saya, cabut nyawa saya”. Khusus (Pansus) Bank Century tidak hadir.
Ruhut mengaku Partai Demokrat dirugikan. Menurutnya, nama putra bungsu Presiden SBY (Edhie Baskoro), Joko Suyanto, dan Trio Mallarangeng (Andi, Rizal dan Choel) difitnah menerima duit panas Bank Century.
Pada Pansus Century 6 Januari 2010, Ruhut Sitompul berseteru dengan Gayus Lumbuun hingga kemudian dia menyebut Prof. Gayus sebagai "bangsat". Pernyataan yang dianggap kasar itu mengundang kontroversi.
Pada Pansus Bank Century, Ruhut juga melukai hati etnis Makasar khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya karena menyebut wakil presiden 2004-2009 M. Yusuf Kala dengan sebutan "Daeng".
Terakhir, pada tanggal 5 Desember 2013 ia menyerang Pengamat Politik Universitas Indonesia Boni Hargens dengan menyebut warna kulitnya yang hitam yang dikaitkannya dengan hitamnya lumpur Lapindo dalam sebuah debat di stasiun televisi (TV-One). Akibat tindakan tersebut, Ruhut Sitompul dilaporkan ke Polda Metro Jaya Jakarta dan kasusnya saat ini dalam tahap penyidikan, selangkah lebih maju dari penyelidikan, dan selangkah menuju penetapan sebagai tersangka.
Tindakan yang berulang-ulang ini menjadi preseden yang kuat untuk menarik kesimpulan bahwa kengawuran yang dilakukan Ruhut Sitompul merupakan satu jenis sistem berpikir. Inilah konteks historis kenapa terminologi (istilah) „ruhutisme“ muncul.
PENGERTIAN
RUHUTISME adalah sistem berpikir yang kacau atau ngawur, yang tidak didasarkan pada penalaran silogistis yang berbasis data yang akurat, yang secara tendensius menyerang lawan bicara secara personal (ad hominem) dalam sebuah diskusi atau diskursus/perbantahan publik, dan bahkan menyerang lawan bicara secara irasional dengan menghina identitas ras dan etnik yang bersangkutan.
RUHUTIS: adalah adjektif atau kata sifat yang mengacu pada sikap atau tindakan seseorang yang cendrung menyerang lawan bicara secara ngawur, tidak berbasis data yang akurat, dan cendrung rasis.
RUHUTIAN: adalah orang yang bertindak atau bersikap cendrung menyerang lawan bicara secara ngawur, tidak berbasis data yang akurat, dan cendrung rasis.
SUMBER:
1. wikipedia 2. Dari berbagai sumber lain