Kerajaan Bawah Air

Kerajaan Bawah Air adalah sebuah kerajaan yang letaknya ada dibawah air telaga yang sangat luas dan sangat dalam yang berada di sebelah utara Gunung Gede. Kerajaan ini berdiri tahun 1490 masehi didirikan oleh Raden Patah dari Kasultanan Demak dan yang menjadi Sultan serta satu-satunya sultan yang dinobatkan oleh Sultan Demak Raden Patah adalah Sultan Agung Hasanuddin. Sultan Agung Hasaanuddin ini merupakan murid dari Sunan Kudus. Menjadi murid Sunan Kudus sejak kecil karena dititipkan oleh orang tuanya yaitu ibunya sendiri Nyi Rarasantang. yang merupakan putri dari Prabu Silihwangi. Keberadaan Raden Hasanuddin ini selama ini tidak banyak yang tahu, karena anak Nyi Rara Santang ini tidak ingin diketahui keberadaannya karena dilahirkan dari suami yang berbeda yang meninggal dibunuh sewaktu Hasanuddin masih berusia 1,5 (satu setengah) tahun dan diketahui dari cerita yang dituliskan oleh anak-anak Kyai Muchammad Sjaichan dalam bukunya Sifat dan Perjuangan Kyai Muchammad Sjaicha, seorang Kyai yang berasal dari Grumbul Karang Duren Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Kyai Muchammad Sjaican pernah menjabat sebagai Kepala Kantor Kecamatan Purwojati pensiun tahun 1977, disusun oleh Rd. Raras Wuri Miswandaru, S.Pd, M.Pd, anaknya yang ke 9 dari 12 bersaudara.

Penemuan Istana Kerajaan Bawah Air

Sunan Kudus memiliki seorang murid yang berbeda dengan lainnya yang bernama Hasanuddin, selain sangat berbakat baik dari pengetahuannya tentang kenegaraan, kemasyarakatan maupun kanuragan, murid yang satu ini juga memiliki sikap yang tenang dan bijaksana, meskipun sedikit tersirat ada ketegangan syarat dimukanya seperti sedang menahan kondisi pikiran dan batin tertentu. Tidak akan terlihat oleh orang lain kecuali oleh gurunya, Sunan Kudus. Sedikit banyak mewarisi sifat gurunya, sedikit keras dalam bertindak dan berprinsip yang memang sebenarnya sudah bawaan sebelumnya sejak kecil. Murid istimewa ini kelak akan menjadi seorang sultan di sebuah kerajaan di wilayah Jawa Barat.

Raden Patah, Sultan pertama di tanah jawa dari kasultanan Demak Bintoro waktu masa mudanya ternyata sewaktu menjelajah pulau jawa sampai juga di daerah jawa barat salah satunya di daerah sebelah utara Gunung Gede, terdapat telaga yang sangat luas sekali seperti lautan karena hampir tidak terlihat batas pinggirnya. Air di telaga ini sangat melimpah dan jernih, berbagai macam ikan dan tumbuhan air begitu jelas terlihat karena jernih dan bening air telaga ini. Raden Patah setelah mengamati tempat ini ternyata terdapat 7 (tujuh) mata air yang sangat besar dan deras sekali air yang keluar dan sangat dalam air telaga ini lebih kurang 50 meter kedasar telaga. Seperti mendapatkan ilham dan firasat yang menuntun Raden Ratah untuk semakin masuk ke dalam air. Semakin ke dalam banyak sekali terlihat berbagai macam ikan yang ukurannya sangat besar-besar. Sesampainya di dasar telaga Raden patah melihat ada lobang yang besar, aneh, seperti sumur di dalam dasar telaga. Semakin penasaran, Raden Patah memasuki sumur di dasar telaga tersebut. Inilah salah satu kelebihan dari kesaktian Raden patah, mampu menahan nafas yang sanggat lama, bahkan seperti dapat bernafas dalam air.

Setelah memasuki lubang sumur dasar telaga, ternyata lubang itu berbelok kembali ke arah atas seperti membentuk huruh “U”, diikutinya lubang itu naik ke atas dan sampailah raden Patah pada permukaan air sumur di ujung satunya, terbelalak dan terkejut Raden Patah, ternyata ujung sumur tersebut berada di dalam aula gua yang sangat luas, lebih dari 300 meter persegi. Raden Patah keluar naik ke lantai aula gua dan melihat sekeliling, suasana di dalam gua hening dan sejuk. Di ujung sebelah selatan terdapat singgasana dari batu pualam dengan berhias permata yang terlihat sudah lama sekali tidak terpakai. Semakin ke dalam masuk semakin panjang lorong gua yang sangat luas tersebut, diikutinya lorong gua tersebut dan ternyata sangat panjang sampai kurang lebih 3 (tiga kilometer) panjang gua tersebut dan ujung gua tersebut juga ternyata tidak jauh berbeda dengan bagian muka, berada di dalam dasar telaga juga tetapi jauh diujung telaga sebelah timur. Gua dalam telaga itu memiliki beberapa bagian seperti kamar dan beberapa bagian ruang, bahkan ada kolam renang tersendiri.

Kelak Goa inilah menjadi keraton dari Kerajaan Bawah Air dan yang menjadi raja adalah Sultan Agung Hasanuddin yang merupakan murid dari Sunan Kudus. Menjadi sultan karena diangkat langsung oleh Penguasa tertinggi Kesultanan Demak Raden patah dan menjadi kerajaan bawahan kesultanan Demak. Sultan Agung Hasanuddin ini sebenarnya masih keturunan dari Raja Pakuan Pajajaran Prabu Siliwangi dari anak perempuannya Nyi Rarasantang. Menjadi seorang sultan di sebuah kerajaan yang sangat berbeda diperlukan pengawal dan pasukan yang memiliki kelebihan tersendiri. Untuk mendampingi Sultan Agung Hasanuddin diutuslah murid Sunan Kalijaga yang memiliki kelebihan tersendiri dengan dunia air, dialah yang menjadi panglima dari pasukan Kerajaan Bawah Air. Panglima utamanya ada empat orang dan mereka berempatlah pasukan kerajaan itu yang dipimpin murid sunan Kalijaga. Sedangkan rakyatnya sebanyak 25 (dua puluh lima) orang yang dibawa langsung dari Kesultanan Demak yang merupaka orang-orang pilihan dan semuannya dibekali oleh para guru-gurunya para walisongo dengan berbagai kelebihan salah satunya mampu bernafas dalam air.

Saat ini telaga tempat Kerajaan Bawah Air ini sudah menyusut banyak menjadi daratan dan banyak rumah dan gedung berdiri di atasnya. Saya meneliti tempat ini dari pencarian tempat yang memiliki 7 (tujuh) mata air tahun 2015, semakin banyak bangunan dan perumahan yang dibangun di atasnya dan banyak terjadi pengurukan telaga yang saat ini sudah menjadi semacam danau kecil. Tetapi kedua pintu masuk masih tidak terlihat karena berada di bawah air meskipun airnya sudah sangat menyusut dan sudah terpisah jauh. Hutan di sekitar yang tidak jauh dari pintu masuk sejak zaman belanda dijadikan perkebunan karet dan hutan pinus, saat ini sudah dijadikan beberapa komplek perumahan sekolahan dan tempat usaha serta kantor pemerintahan. Saya tidak bisa menyebutkan tepatnya tempat ini karena takut ada penjarahan harta benda yang sangat berharga yang jumlahnya sangat banyak yang berada di dalam Keraton Kerajaan bawah Air ini, baik harta benda berupa emas permata, alat musik gamelan jawa maupun perhiasan-perhiasan ruangan, tetapi yang pasti dulu tempat ini banyak sekali menghasilkan buah kemang, manggis dan rambutan, dan tidak jauh dari rel kereta api. Ada keunikan ketika saya berenang di air yang ada di bagian pintu depan, tidak tahu mengapa susah sekali badan saya yang beratnya 185 kg ini untuk tenggelam, ketika mencoba menyelam selalu badan saya terangkat keluar. Meskipun begitu banyak juga yang sudah mati tenggelam . Berbeda dengan bagian air di sekitar pintu belakang gua, baru menginjak air dipinggiran saja bawaannya mau langsung tenggelam, padahal dipinggiran saja airnya sangat dalam dan menurut cerita sering tampak ular besar dan buaya di tempat ini. Dan saat ini mata air yanng tadinya ada 7 (tujuh) tempat sekarang tinggal 3 (tiga) tempat mata air yang masih lancar mengeluarkan air jernih.

?
(Hubungi saya!) SJ.Wasono
dari Banyumas Jawa Tengah Indonesia

Saya seorang auditor, penulis dan pengamat sejarah