Syaiful Anuar
Lahir 06 April 1985 Pantaicermin, Riau, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Pekarjaan Penulis, Peneliti

Syaiful Anuar lahir di Pantaicermin, Tapung, Riau pada tanggal 06 April 1985 dari pasangan Mhd. Nur AZ., dengan Nurdiyah. Ia anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya bernama Asnel Amani. Semasa kecilnya, Syaiful Anuar tumbuh dalam keluarga sederhana yang hidup dari hasil berladang. Pada tahun 1992 ia bersekolah di SD Negeri 2 Tapung, enam tahun kemudian tamat. Pada tahun kelulusannya 1998, melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Tapung hingga lulus pada tahun 2001. Pada masa itu, belum ada sekolah lanjutan yang representatif di Tapung, ia pun berhijrah dari kampungnya ke Bangkinang. Pada tahun 2001, ia bersekolah di SMA Negeri 2 Bangkinang, lulus pada tahun 2004. Sebelum melanjutkan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi, Syaiful Anuar pernah mendaftar sebagai calon anggota TNI. Tapi bagi anak lelaki satu-satunya dalam keluarga, ia tidak lulus secara administrasi. Pada tahun yang sama (2004), ia mengikuti tes masuk perguruan tinggi dan diterima di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Riau, lulus pada Mei 2008[1]. Semasa inilah ia mulai aktif menulis dan membantu dosennya melakukan berbagai penelitian. Setahun dalam masa tenggang menjelang S2, ia bekerja sebagai penulis lepas. Pada Aguatus 2009, ia melanjutkan pendidikan pada konsentrasi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, di Pascasarjana Universitas Negeri Padang, hingga lulus pada Februari 2011[2]. Sejak tahun 2008 Syaiful Anuar lebih tunak menulis, berbagai penelitian sastra, budaya Melayu, dan kemasyarakatan dilakukan bersama Penulis Riau lainnya. Karya sastranya (puisi) termuat dalam beberapa antologi bersama. Lebih dari 10 judul buku referensi juga telah diterbitkan bersama rekan-rekannya hingga pada tahun 2015.

Kehidupan Pribadi

sunting

Filosofi ilmu pengetahuan telah diajarkan orang tuanya sejak masa kanak-kanak. Syaiful Anuar, hidup dalam motivasi kedua orang tuanya yang sangat mengutamakan pendidikan. Sikap dan pola pikir itulah yang membuat Syaiful Anuar harus sekolah, meski dalam keterbatasan penghidupan. Pada umur 6 tahun, ia masih harus menunda keinginan bersekolah. Pada masa itu, orang tuanya terlambat mendapat uang untuk pendaftaran masuk sekolah dan pada umur 7 tahun, ia baru bersekolah. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan membuat Syaiful Anuar mulai menulis pada tahun 2008. Sebelumnya, ia sudah terlibat sebagai penulis dalam pengkajian yang dilakukan dosennya semasa kuliah. Berawal dari keterlibatannya itu, ia menemukan dirinya dalam dunia tulis-menulis. Pada tahun 2008-2010, ia bekerja sebagai editing dan layout jurnal ilmiah di Labor Bahasa, Sastra, dan Jurnalistik FKIP Universitas Riau[3]. Dalam tahun 2009-2012, ia bergabung sebagai peneliti di Pusat Penelitian Kebuayaan dan Kemasyarakatan Unviersitas Riau[4]. Saat ini, Syaiful Anuar menjalani kehidupannya dengan melakukan penelitian bidang kebudayaan di Riau. Ia tergabung dalam lembaga InKalam (Institut Kajian Alam Melayu) bersama beberapa penulis Riau. Konsentrasi pengkajiannya tentang Kebudayaan Melayu Riau[5], tidak terlapas dari kehidupan masa kecil yang dijalaninya. Lingkungan perkampungan dengan budaya Melayu yang masih terjaga, Syaiful Anuar berproses dan terlibat memerankan kebudayaannya itu.

  • Mantra Pengobatan Masyarakat Tapung (Kajian Estetika). Pekanbaru: UR. 2008
  • Cerita Rakyat Penamaan Tanjung Sungai Tapung (Kajian Kategori dan Fungsi Sosial Taks). Padang: UNP. 2011.
  • 101Pusi Anak Negeri Jerebu. Pekanbaru: Unri Press. 2015
  • Antologi Puisi Puti Bungsu. Pekanbaru: Unri Press. 2015[6].

Referensi

sunting
  1. ^ http://www.unri.ac.id/
  2. ^ http://www.unp.ac.id/
  3. ^ ejournal.unri.ac.id/index.php/jb
  4. ^ http://lppm.unri.ac.id/
  5. ^ https://wiki-indonesia.club/wiki/Melayu_Riau
  6. ^ https://rumahsastrasite.wordpress.com/