Masturbasi (istilah lainnya onani atau rancap) adalah perangsangan seksual yang sengaja dilakukan pada organ kelamin untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Perangsangan ini dapat dilakukan tanpa alat bantu ataupun menggunakan suatu objek atau alat, atau kombinasi dari keduanya. Masturbasi merupakan suatu bentuk autoerotisisme yang paling umum, meskipun hal tersebut dapat pula dilakukan dengan bantuan orang lain.

Hewan juga melakukan masturbasi, baik di alam bebas maupun dalam pemeliharaan.[1] Masturbasi dilakukan oleh sebagian besar pria maupun wanita. Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95% pria dan 89% wanita pernah melakukan masturbasi.[2] Masturbasi merupakan tindakan seksual pertama yang dilakukan oleh sebagian besar pria dan wanita, meskipun lebih banyak wanita yang telah melakukan sanggama sebelum mereka pernah melakukan masturbasi. Sebagian besar pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya lebih sering dibandingkan wanita, dan mereka cenderung selalu atau biasanya mengalami orgasme ketika bermasturbasi. Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua setelah sanggama, bahkan masih saja ada yang melakukan masturbasi meskipun telah memiliki pasangan seksual tetap.

Seringkali setelah masa bayi, sebagian besar anak-anak kadangkala menemukan kenikmatan ketika organ genitalnya dirangsang, tetapi jangan dipahami perilaku ini sebagai "seksual" sebelum mereka memasuki masa remaja. Selama masa remaja, persentase mereka (baik laki-laki maupun perempuan) yang melakukan masturbasi meningkat dengan pesat, terutama pada pria. Sebagian besar orang terus melakukan masturbasi ketika mereka telah dewasa, dan banyak juga yang melakukannya sepanjang hidup mereka. Kaum wanita biasanya menggunakan alat untuk melakukan masturbasi, di antaranya menggunakan timun, terung, maupun alat-alat modern berupa vibrator dan dildo.

Etimologi

sunting

Istilah masturbasi dipinjam dari bahasa Inggris, masturbation. Ada dua versi etimologi untuk kata ini. Yang pertama adalah dari kata bahasa Yunani, mezea (μεζεα, bentuk jamak untuk penis) atau dari gabungan kata bahasa Latin, manus (tangan) dan turbare (mengganggu). Versi lainnya adalah gabungan dari kata Latin manus (tangan) dan stuprare (mempermainkan), sehingga berarti "mempermainkan penis dengan tangan". Dalam bahasa Melayu, kegiatan masturbasi dikenal sebagai rancap, namun kata ini dalam penggunaan sehari-hari di Indonesia jarang dipergunakan lagi. Masturbasi dalam budaya Indonesia dianggap tabu dibicarakan secara terbuka, ungkapan kata kiasan sering dipakai untuk menyebutkan tindakan ini, seperti "mengocok", "main sabun", dan sebagainya.

Teknik

sunting

Cara masturbasi pada laki-laki dan perempuan umumnya dilakukan dengan cara menggosok atau mengelus-elus daerah kemaluan dengan telapak tangan atau jari, dan dimungkinkan juga menggesek-gesekkan kemaluan mereka pada objek seperti bantal. Organ tubuh lainnya juga dapat merasakan kenikmatan bermasturbasi dengan cara menyentuh, menggosok, atau mencubit puting atau organ tubuh lainnya yang peka rangsangan seksual. Laki-laki maupun perempuan terkadang menggunakan zat pelumas untuk mengintensifkan sensasi saat masturbasi. Membaca, melihat, mendengar, atau berfantasi hal-hal pornografi sering digunakan sebagai bumbu tambahan bermasturbasi. Sering kali orang akan mengingat kenangan dan fantasi selama masturbasi.

Setelah pria dan wanita mencapai orgasme saat masturbasi, diperlukan waktu berhenti sejenak untuk mengurangi kegembiraan dan kelelahan yang menjadi efek dari orgasme untuk dapat melanjutkan masturbasi. Mereka mungkin mengulangi siklus ini beberapa kali dalam rentang waktu hitungan menit atau jam setelah orgasme, lalu melanjutkan lagi untuk mencapai orgasme yang lebih kuat intensitas kenikmatannya.

Wanita

sunting
Berkas:Wiki-fisting.png
Seorang perempuan yang sedang melakukan masturbasi dengan cara memasukkan tangannya ke dalam vagina.

Teknik masturbasi pada wanita dengan cara membelai atau menggosok vulva, terutama klitoris dengan menggunakan telunjuk atau jari tengah secara terpisah maupun bersamaan. Kadang-kadang satu atau lebih jari dapat dimasukkan ke dalam vagina untuk digerakkan berulang kali menyentuh dinding frontal tempat Titik G berada.[3] Alat bantu masturbasi seperti vibrator, dildo, atau bola-bola Ben Wa juga dapat digunakan untuk merangsang vagina dan klitoris. Banyak perempuan membelai payudara dan merangsang puting dengan tangan mereka untuk mendapat stimulasi seksual yang lebih hebat saat masturbasi, bahkan rangsangan anus juga dinikmati oleh beberapa wanita. Pelicin kadang-kadang digunakan selama masturbasi, terutama ketika masturbasi memasukkan objek ke dalam vagina. Banyak wanita tidak membutuhkan pelumas tersebut dikarenakan pelumasan alami mereka sudah cukup melicinkan gesekan saat penetrasi objek ke dalam vagina.

Posisi umum saat masturbasi antara lain berbaring, telentang, telungkup, duduk, jongkok, berlutut, atau berdiri. Saat mandi, wanita dapat mengarahkan penyemprot air pemandian pada klitoris dan vulvanya untuk mendapatkan sensasi kenikmatan masturbasi. Saat telungkup bisa menggunakan tangan, wanita bisa mengangkang dan menggesek vulvanya dengan bantal, tepi tempat tidur, tumit, atau kaki pasangannya. Berdiri sambil menggesek-gesekkan vulva pada ujung bagian kursi, sudut mebel, bahkan mesin cuci dapat digunakan untuk merangsang klitoris melalui labia meskipun masih mengenakan pakaian penutup kemaluan mereka. Beberapa masturbasi menggunakan tekanan tanpa kontak langsung pada klitoris, misalnya dengan mengosok-gosok telapak tangan pada saat masih mengenakan pakaian. Pada tahun 1920, Havelock Ellis melaporkan bahwa ada penjahit menggunakan mesin jahit yang sedang digunakan untuk dapat mencapai orgasme dengan hanya duduk dekat tepi kursi dan melakukan masturbasi tanpa diketahui orang lain. Selain itu, ia juga menerangkan bahwa perempuan dapat merasakan sensasi kenikmatan masturbasi saat mengendarai sepeda.[4]

Wanita menstimulasi seksual diri mereka dengan menyilangkan kaki mereka dengan erat dan mengepalkan otot-otot di kaki mereka, sehingga menciptakan tekanan pada kemaluan. Hal ini dapat dilakukan di depan umum tanpa dicurigai atau diperhatikan orang sekitar. Pikiran, fantasi, dan kenangan sensual dapat menghasilkan gairah dan orgasme, sehingga beberapa wanita bisa orgasme spontan. Hal ini tidak benar-benar memenuhi syarat sebagai masturbasi karena tidak ada stimulus fisik yang terlibat.[5][6]

Terapi seksual kadang-kadang merekomendasikan pasien perempuan untuk masturbasi sampai orgasme, terutama jika mereka tidak pernah melakukan masturbasi sebelumnya.[7][8]

 
Masturbasi pria yang dilukiskan Édouard-Henri Avril.

Teknik masturbasi pria dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan kecenderungan selera pribadi. Teknik dapat berbeda antara pria yang telah disunat dan mereka yang belum. Beberapa teknik yang biasanya dilakukan untuk satu individu bisa menjadi sulit atau tidak nyaman bagi individu lainnya.

Teknik masturbasi pria yang paling umum adalah dengan hanya memegang penis dengan kepalan longgar, kemudian menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah secara dinamis. Beberapa jenis rangsangan biasanya diperlukan untuk mencapai orgasme dan ejakulasi. Kecepatan gerakan tangan akan bervariasi dari orang ke orang, meskipun tidak jarang untuk kecepatan umumnya meningkat saat mendekati ejakulasi, kemudian menurun selama ejakulasi berlangsung.[9] Bagi laki-laki yang belum disunat, masturbasi dilakukan dengan memompa kulup ke atas dan ke bawah kepala penis dengan gerakan cepat setelah kulup telah lentur untuk digesek-gesekkan pada penis. Kelenjar pada penis yang tidak disunat dapat meningkatkan dan memperpanjang waktu rangsangan karena kulup mengurangi gesekan. Untuk laki-laki yang disunat kontak langsung antara tangan dan kulit penis lebih peka, menghindari rasa sakit dan iritasi dari gesekan yang dihasilkan perlu menggunakan pelicin selama masturbasi.

Masturbasi pada pria juga dapat dilakukan dengan hanya melingkari penis dengan jari telunjuk dan jempol. Sebuah teknik yang menempatkan jemari dan ibu jari di penis seperti sedang memainkan seruling. Berbaring telungkup di permukaan yang nyaman seperti kasur atau bantal, kemudian penis digesek-gesekkan pada permukaan lembut tersebut merupakan teknik lainnya. Teknik ini biasa digunakan pria saat menggunakan vagina buatan yang berupa boneka atau sejenisnya.

Ada banyak variasi lain pada teknik masturbasi untuk laki-laki. Pria juga dapat menggosok atau memijat kelenjar pada bagian tepi penis mereka. Beberapa pria menggunakan kedua tangan secara langsung pada penis mereka selama masturbasi, ada juga yang menggunakan salah satu tangan mereka membelai testis mereka, puting, atau organ tubuh lainnya sebagai rangangan tambahan bagi mereka. Puting adalah zona sensitif seksual baik pria maupun wanita, dan stimulasi yang kuat pada puting selama masturbasi biasanya menyebabkan penis menjadi ereksi lebih cepat. Beberapa pria mungkin saja melakukan teknik masturbasi sambil mengoyang-goyangkan panggul seperti saat hubungan seksual dengan wanita. Selain itu juga dapat menggunakan vibrator dan perangkat seksual lainnya yang lebih sering dikaitkan dengan masturbasi wanita. Beberapa laki-laki sangat fleksibel dapat mencapai dan merangsang penis mereka dengan lidah atau bibir mereka, dan melakukan autofellatio.

Masturbasi mutual

sunting
 
Lukisan Johann Nepomuk Geiger pada tahun 1840 yang menggambarkan laki-laki dan perempuan yang sedang melakukan mutual masturbasi.

Masturbasi mutual adalah tindakan seksual di saat dua orang atau lebih merangsang diri sendiri atau satu sama lain secara seksual, biasanya dengan tangan. Hal ini dapat menjadi bagian permulaan untuk sanggama, dan digunakan sebagai selingan sebagai sanggama alternatif sebelum atau tanpa penetrasi. Bagi sebagian orang, hubungan seksual frotteurisme adalah aktivitas seksual pilihan utama bagi pasangan yang tidak ingin hubungan seksual penuh sehingga menikmati masturbasi mutual.

Masturbasi mutual dipraktikkan oleh orang-orang dari semua orientasi seksual. Ketika digunakan sebagai alternatif dari hubungan seksual penetrasi penis dan vagina, tujuannya mungkin untuk menjaga keperawanan atau mencegah kehamilan. Beberapa orang memilih sebagai alternatif untuk seks bebas karena menghasilkan kepuasan seksual tanpa hubungan seksual yang sebenarnya.

Masturbasi mutual bisa dilakukan oleh laki-laki atau perempuan secara berpasangan atau berkelompok dengan atau tanpa benar-benar menyentuh orang lain seperti yang ditunjukkan oleh contoh berikut:

Masturbasi nonkontak

sunting

Dua orang masturbasi di hadapan satu sama lain tetapi tidak saling menyentuh.

Masturbasi kontak

sunting

Satu orang menyentuh orang lain untuk saling masturbasi. Orang lain mungkin melakukan hal yang sama selama atau setelahnya.

Kelompok nonkontak

sunting

Lebih dari dua orang masturbasi di hadapan satu sama lain dalam kelompok, tetapi tidak menyentuh satu sama lain.

Grup kontak

sunting

Lebih dari dua orang secara fisik menyentuh satu sama lain untuk melakukan masturbasi sebagai sebuah kelompok.

Masturbasi foreplay

sunting

Stimulasi manual alat kelamin masing-masing di saat sesi akhirnya mengarah pada hubungan seksual.[10]

Kontroversi masturbasi

sunting

Mayoritas masyarakat hingga abad ke-20 menganggap masturbasi sebagai hal yang tidak baik. Persepsi memalukan dan berdosa yang terlanjur tertanam disebabkan karena penyalahgunaan pada kata itu hingga kini masih tetap ada dalam terjemahan modern, meskipun para ahli kesehatan sepakat menyatakan bahwa masturbasi tidak mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental. Tidak juga ditemukan bukti bahwa anak kecil yang melakukan perangsangan diri sendiri bisa mengalami celaka.

Sumber kepuasan seksual yang penting ini oleh beberapa kalangan masih ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan karena ketidaktahuan mereka bahwa masturbasi adalah kegiatan yang aman, juga karena pengajaran agama berabad-abad yang menganggapnya sebagai kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak di antara kita telah menerima pesan-pesan negatif dari para orang tua kita, atau pernah dihukum ketika tertangkap basah melakukan masturbasi saat usia anak-anak. Pengaruh dari kejadian-kejadian ini seringkali mengakibatkan kebingungan dan rasa berdosa yang sulit dihilangkan. Saat di mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah merasuk jiwa (kompulsif). Masturbasi kompulsif seperti halnya perilaku kejiwaan yang lainnya adalah pertanda adanya masalah kejiwaan, dan perlu mendapatkan penanganan dari psikiater.

Berlawanan dengan keyakinan kuno, masturbasi tidak akan menyebabkan munculnya birahi tanpa kendali, tidak akan menyebabkan buta atau tuli, menyebabkan flu, tumbuh rambut pada tangan anda, gagap, atau menyebabkan kematian.[11] Masturbasi merupakan ungkapan seksualitas yang alami dan tidak berbahaya bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman seseorang akan bagian-bagian tubuhnya dengan cara bagaimana memuaskannya, membangun rasa percaya diri, dan sikap dapat memahami diri sendiri.[12] Pengetahuan ini selanjutnya bisa dibawa untuk memperoleh hubungan seksual yang memuaskan di masa depan, baik dengan cara masturbasi bersama-sama pasangan karena bisa memberitahukan pasangannya tentang apa saja yang bisa memuaskan diri mereka. Suatu hal yang bagus bagi setiap pasangan untuk membicarakan perilaku masturbasi mereka, dan juga untuk menenangkan pasangan jika sewaktu-waktu salah satu di antara mereka lebih memilih untuk melakukan masturbasi daripada sanggama.

Dalam beberapa kejadian, masturbasi bersama-sama mungkin bisa diterima. Dilakukan sendirian ataupun dengan kehadiran pasangan, kegiatan ini bisa sangat menyenangkan dan menambah keintiman jika ini tidak dianggap sebagai sebuah bentuk penolakan. Seperti kegiatan yang lainnya, jika ini tidak dikomunikasikan dengan baik, masturbasi bisa diterjemahkan sebagai tanda amarah, keterasingan, ataupun ketidakbahagiaan terhadap hubungan yang sedang berlangsung.

Dampak negatif masturbasi

sunting

Masturbasi juga mempunyai dampak buruk, baik fisik, pikiran ataupun jiwa. Dampak negatifnya, antara lain:

Ketagihan

sunting

Orang yang melakukan masturbasi akan keenakan dan terus mengulangi masturbasi, sehingga tingkat ketagihan meningkat, seperti pada narkoba, rokok, dan lainnya. Jika orang itu tidak dikontrol, bisa sampai 3 kali sehari. Secara psikologi, masturbasi akan menyebabkan orang tidak puas hanya dengan imajinasi. Ia akan mencari ke sumber-sumber pornografi, dan secara berkala ia akan terikat erat ke pornografi. Kasus seperti ini tidak jarang atau bisa juga sebaliknya, karena melihat pornografi maka ia melakukan masturbasi.

Pikiran

sunting

Jika melihat sesuatu yang bisa membangkitkan birahi sehingga tergoda untuk berimajinasi, pada akhirnya akan masturbasi.

Pekerjaan

sunting

Jika orang tetap tidak melepaskan diri dari masturbasi, maka itu akan mengganggu bahkan bisa menghancurkan hidup dan pekerjaannya. Orang yang selalu masturbasi, pikirannya akan terus mengarah imajinasi mesum sehingga imajinasi lain seperti ide yang brilian dan baik perlahan-lahan akan terkikis.

Pandangan agama

sunting

Ada perbedaan pendapat dalam hal ini. Pertama haram, dan kedua boleh-boleh saja. Ulama yang berpendapat demikian, mendasarkan keharamannya pada Al-Qur'an surah Al-Mu'minuun:5-7, yang artinya: "Dan orang orang yang mememelihara kemaluannya kecuali terhadap istrinya atau hamba sahaya, mereka yang demikian itu tak tercela. Tetapi barangsiapa mau selain yang demikian itu, maka mereka itu orang-orang yang melewati batas." Keharaman ini juga didasarkan pada alasan bahwa orang yang onani itu ibaratnya melepaskan syahwatnya bukan pada tempatnya. Seperti itu jelas tidak diperbolehkan.

Sedang ulama yang memperbolehkan onani atau masturbasi ini beralasan bahwa mani adalah sesuatu yang lebih. Karenanya boleh dikeluarkan. Bahkan hal itu diibaratkan dengan memotong daging lebih. Pendapat demikian ini didukung Imam Hambali dan Ibnu Hazm. Sedang ulama Hanafiah memberikan batas kebolehan dalam keadaan:

  • Takut melakukan perzinaan.
  • Tidak mampu kawin, tapi syahwat berlebihan.

Rasulullah SAW juga telah mengajarkan bagaimana menghindari luapan birahi bagi para pemuda yang belum mampu menikah dianjurkan sering-sering melakukan puasa, karena puasa itu hikmah, dan puasa bisa membendung syahwat atau nafsu birahi. Sabda Rasul: "Hai para pemuda, barang siapa di antara kalian sudah ada kemampuan (fisik dan modal berumah tangga), maka kawinlah karena perkawinan itu bisa menjinakkan pandangan dan kemaluan. Tetapi barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu bisa membendung syahwat.

Pandangan Syiah

sunting

Masturbasi dilarang sama sekali dalam sekte Syiah. Al-Qur'an mengatakan, "Orang-orang beriman adalah... mereka yang melindungi organ seksual mereka kecuali dari pasangan mereka... Oleh karena itu, barangsiapa berusaha lebih luar itu (dalam kepuasan seksual), maka mereka adalah orang yang melampaui batas."[13]

Pandangan Sunni

sunting

Mazhab Hanafi, Syafi'i, Maliki dan Hambali memiliki sikap yang berbeda dalam masalah ini. Beberapa melihatnya dilarang dalam kasus-kasus tertentu, misalnya jika itu mengarah dengan pria atau wanita untuk mengabaikan pasangan mereka secara seksual. Masturbasi dianjurkan ketika mereka melihatnya sebagai kejahatan yang lebih rendah daripada hubungan seksual terlarang. Hal ini umumnya dilarang menurut mazhab Hanafi dan Hambali, kecuali salah satu ketakutan perselingkuhan atau perzinaan. Jika berada di bawah tekanan keinginan, dalam hal ini diperbolehkan untuk mencari bantuan melalui masturbasi. Hal ini dilarang sepanjang waktu menurut mazhab Maliki dan Syafi'i.[14]

Kristen

sunting

Dalam Alkitab

sunting

Pada masalah masturbasi, Ibrani dan Alkitab tidak mencela ataupun mendorong praktik ini. Kisah Alkitab Onan secara tradisional dikaitkan mengacu pada tindakan masturbasi dan daripadanya diganjar penghukuman, tetapi tindakan dijelaskan oleh cerita ini adalah coitus interruptus, bukan masturbasi.[15][16][17][18][19] Tidak ada klaim eksplisit dalam Alkitab bahwa masturbasi akan berdosa, namun Imamat pasal 15 dalam Hukum Musa menyatakan bahwa jika cairan sperma pria dikeluarkan di luar hubungan seksual, maka ia harus mencuci semua dagingnya dalam air (mandi), dan ia menjadi najis sampai malam.[20][21]

Katolik

sunting

Gereja Katolik mengajarkan bahwa "Masturbasi merupakan gangguan moral yang serius" dan bahwa "kedua Magisterium Gereja-dalam perjalanan konstan tradisi dan moral umat telah menyatakan tanpa ragu-ragu bahwa masturbasi adalah intrinsik dan tindakan serius."[22]

Meskipun "dikatakan bahwa psikologi dan sosiologi menunjukkan bahwa masturbasi adalah fenomena normal perkembangan seksual, terutama di kalangan kaum muda," ini tidak mengubah fakta bahwa itu "adalah tindakan intrinsik dan serius" dan "bahwa, apa pun motif untuk bertindak dengan cara ini, sengaja menggunakan fakultas seksual di luar hubungan suami-istri yang normal pada dasarnya bertentangan dengan finalitas fakultas. untuk itu tidak memiliki hubungan seksual yang disebut oleh tatanan moral, yaitu hubungan yang menyadari penuh rasa saling memberi diri dan prokreasi manusia dalam konteks cinta sejati.

Kristen Ortodoks Timur

sunting

Gereja Ortodoks Timur atau Gereja Kristen Ortodoks dalam pandangan seksualitas sebagai karunia dari Allah yang menemukan pemenuhannya dalam hubungan perkawinan, dan karenanya penyalahgunaan karunia seksualitas manusia adalah dosa. Karena tindakan masturbasi adalah self-directed, dan sifatnya tidak mampu mengekspresikan cinta dan kepedulian terhadap orang lain, dipandang sebagai distorsi penggunaan karunia seksualitas. Hal ini terutama terlihat ketika masturbasi menjadi kecanduan. Dalam setidaknya, praktek kenikmatan sendiri dipandang sebagai tidak menghormati tujuan karunia Allah dalam seksualitas.[23]

Dari para uskup dan teolog dari gereja Kristen awal, Santo Yohanes Krisostomus dan Saint Basil Agung (330 AD) ke zaman modern teolog Kristen Ortodoks, seperti Stanley Harakas, Alexander Schmemann dan Thomas Hopko, ajaran Ortodoks pada moralitas seksual ini tetap konsisten.

Dosa-dosa seksual percabulan, perzinaan dan masturbasi, serta kebencian, kecemburuan, mabuk dan dosa-dosa lainnya dianggap dosa jantung sebanyak tubuh. Diperkirakan bahwa berpaling dari dosa seksual berpaling dari pemanjaan diri untuk tujuan kepuasan diri. Daripada beralih ke keinginan daging, Ortodoks mengklaim Kristen untuk beralih ke sifat Roh Kudus, yang buahnya diyakini kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri.[24]

Protestan

sunting

Para teolog menuju pertengahan abad ke-20 memiliki pandangan yang berbeda dalam hal ini, dan beberapa hari bahkan mengambil sudut pandang pro-masturbasi. Beberapa melihatnya sebagai tindakan pemanjaan diri dan masuk dalam dosa daging, dan percaya bahwa praktek ini terutama dianggap sebagai dosa karena mengundang hawa nafsu. Mereka yang melihatnya dalam kisaran perilaku seksual yang diijinkan adalah sebagai kewaspadaan terhadap perzinaan, seks pra-nikah, atau bentuk lain dari perilaku seksual yang tidak diijinkan, dan sebagai metode menyeimbangkan perbedaan libido antara pasangan.[25][26]

Yahudi

sunting

Dalam Imamat pasal 15 Hukum Musa menyatakan bahwa jika cairan sperma pria dikeluarkan di luar hubungan seksual, maka ia harus mencuci semua dagingnya dalam air (mandi), dan ia menjadi najis sampai malam., dan kemudian di malam hari mulai menghitung jangka waktu tujuh hari (ayat 13), setelah itu ia harus mencuci dalam air lagi, kemudian membawa dua ekor burung merpati atau merpati kepada para imam pada hari ke-8 yang akan berkorban untuknya. Ini "mengalir" mengacu pada ejakulasi air mani (ayat 32), baik melalui masturbasi atau emisi nokturnal. Namun, ayat 3 menyatakan bahwa ia diberikan najis bahkan jika aliran ini "diblokir", yaitu bahkan jika ia berhenti sendiri ejakulasi pendek.

Selain ini 7 hari upacara kekotoran, tidak ada konsekuensi atau hukuman yang ditentukan untuk masturbasi atau hanya ejakulasi dapat ditemukan dalam Hukum Musa. Namun, Gulir Temple, yang digunakan oleh sekte yang bertanggung jawab atas Gulungan Laut Mati, menyatakan bahwa seorang pria bisa tidak diperkenankan memasuki pekarangan suci Bait Allah Yerusalem Baru selama tujuh hari setelah ejakulasi.

Yahudi Ortodoks

sunting

Talmud melarang masturbasi laki-laki, karena tidak perlu menumpahkan air mani, atau pikiran kotor terhadap wanita selain istri dan pria itu halal. Larangan ini berasal dari narasi Alkitab Onan (Talmud Niddah 13a). Talmud (ibid) menyamakan tindakan pembunuhan dan penyembahan berhala. Murka ditampilkan oleh Allah terhadap Onan itu dipanggil bukan melalui tindakan menumpahkan sperma, tetapi melalui ketidaktaatan terhadap perintah Allah untuk Onan menghamili janda kakaknya (lihat kisah dalam Kejadian 38:8-10).

Pandangan denominasi Yahudi lainnya

sunting

Rabbi dari gerakan Progresif (yaitu, gerakan Reformasi dan Rekonstruksionis) telah memutuskan pada kesimpulan yang lebih liberal. Rekonstruksionis Rabbi Alexis Roberts mempertahankan bahwa masturbasi adalah bahaya, alami dan sehat. Ini mungkin menyediakan rilis dan kesenangan, serta pengetahuan diri yang berguna untuk kenikmatan seks dengan pasangan. Ini mungkin membuat lebih mudah bagi orang muda untuk memiliki rilis seksual pada tahun-tahun ketika mereka terlalu muda untuk matang dalam berkomitmen, dan menjalin hubungan cinta."[27] Reformasi Rabbi Jonathan Stein, dalam skema yang diusulkan untuk evaluasi Reformasi normatif kegiatan seksual yang berbeda, diusulkan bahwa masturbasi dianggap "mutar", istilah umumnya diterjemahkan sebagai "diperbolehkan", tetapi ia menjadikan sebagai "ditoleransi".[28] Rabbi Walter Jacob, menulis atas nama komite Responsa Reformasi, menegaskan, "Meskipun laporan tradisi sangat jelas, kami akan mengambil pandangan yang berbeda dalam masturbasi, dalam terang saat pemikiran psikologis. masturbasi perlu berkecil hati, tapi kami tidak akan menganggap itu berbahaya atau berdosa."[29]

Zoroastrianisme

sunting

Dalam kitab suci Zoroaster Avesta, adalah stres pada kebersihan fisik, daftar masturbasi sukarela di antara dosa-dosa yang tak terampunkan bahwa seseorang dapat melakukan. Ayat 26-28 dari Fargard VIII, Bagian V dari negara Vendidad.

O Pembuat material dunia, engkau Kudus! Jika seorang pria tanpa sadar mengeluarkan benihnya, apa hukuman yang ia harus membayar?

Ahura Mazda menjawab: "Delapan ratus garis dengan Aspahê-astra, delapan ratus garis dengan Sraoshô-karana."

O Pembuat material dunia, engkau Kudus! Jika seorang pria secara sukarela mengeluarkan benihnya, apa hukuman untuk itu? Apa penebusan untuk itu? Apa pembersihan dari itu?

Ahura Mazda menjawab: "Untuk perbuatan itu tidak ada yang bisa membayar, tidak ada yang bisa menebus, tidak ada yang bisa membersihkan dari itu, yang merupakan pelanggaran yang tidak ada penebusan, selama-lamanya."

Ketika begitu?

"Ini sangat, jika orang berdosa menjadi profesor hukum Mazda, atau orang yang telah diajarkan di dalamnya. Tapi jika dia menjadi bukan profesor hukum Mazda, atau salah satu yang telah diajarkan di dalamnya, maka hukum ini Mazda mengambil dosa dari dia, jika dia mengaku dan memutuskan tidak pernah melakukan lagi perbuatan tersebut dilarang."

Menurut agama Hindu, mencari Kama (kesenangan sensual) adalah salah satu dari empat tujuan hidup manusia. Terlepas dari seseorang yang telah mengambil sumpah selibat (Brahmacharya), Hindu memberikan kebebasan penuh dalam seksualitas.

Risalah Hindu pada seks Kama Sutra (4 ke 6 Masehi) tidak mengutuk masturbasi sama sekali dan apalagi menjelaskan secara rinci prosedur terbaik untuk melakukan masturbasi, "Churn instrumen Anda dengan singa menerkam: duduk dengan kaki terentang di sudut kanan ke satu lain, menopang diri dengan dua tangan ditanam di tanah antara di dalamnya, dan di antara lengan."[30]

Namun, selibat (Brahmacharya) merupakan salah satu dasar agama Hindu dan masturbasi adalah salah satu hambatan untuk kemurnian seksual selama fase Brahmacharya kehidupan. Kata brahmacharya cenderung untuk mengambil konotasi mendisiplinkan penggunaan dan melestarikan energi seksual dan juga dipahami secara luas dalam yoga sebagai "nafsu seksual," yang dapat dipahami sebagai berlaku sesuai dalam konteks yang berbeda (misalnya iman dalam pernikahan, selibat untuk aspiran spiritual dll), dalam istilah yang lebih ekstrem (lengkap selibat penuh berhenti) atau dalam istilah yang lebih spesifik dalam kaitannya dengan melestarikan dan sublimasi energi seksual laki-laki daripada kehilangan melalui ejakulasi.

Buddha

sunting

Yang paling digunakan perumusan etika Buddhis adalah Lima Sila dan Jalan Mulia Beruas Delapan, yang mengatakan bahwa seseorang harus mengikuti pandangan benar terhadap kesenangan. Ajaran mengambil bentuk sukarela, usaha pribadi, bukan mandat ilahi atau instruksi. Yang ketiga dari Lima Sila adalah "menahan diri dari melakukan perbuatan asusila".[31] Namun apa yang mendefinisikan "perbuatan asusila" tidak jelas dan sering diperdebatkan, dan sekolah Buddhis yang berbeda memiliki interpretasi yang berbeda dari Lima Sila.

Perlu dipahami bahwa Buddhisme, dalam hal praktis, diajukan oleh Sang Buddha sebagai metode yang manusia bisa mengakhiri penderitaan mereka, melarikan diri samsara dan mencapai pencerahan dengan menaklukkan kebodohan mereka, hasrat dan mewujudkan peresapan, alam hampa diri dan fenomena. Biasanya ini memerlukan berlatih meditasi dan mengikuti Empat Kebenaran Mulia dan Jalan Mulia Beruas Delapan sebagai cara untuk menaklukkan hawa nafsu dari pikiran asusila, bersama dengan lima kelompok, menyebabkan penderitaan dan kelahiran kembali dalam siklus karma. Masturbasi (bahasa Pali: sukkavissaṭṭhi) menjadi keinginan duniawi dan sering hasrat untuk beberapa mudah dilihat, dari sudut pandang ini, sebagai masalah bagi orang yang ingin mencapai tujuan tertinggi dari pencerahan.

Referensi

sunting
  1. ^ Bruce Bagemihl: Biological Exuberance: Animal Homosexuality and Natural Diversity. St. Martin's Press, 1999. ISBN 0-312-19239-8
  2. ^ Your Guide to Masturbation: Who Masturbates?
  3. ^ Keesling, Barbara (November/December 99 (Last Reviewed: 30 August 2004)). "Beyond Orgasmatron". Psychology Today. Diakses tanggal 2006-07-29. 
  4. ^ Ellis, Havelock (1927), Studies in the Psychology of Sex (3rd edition), Volume I,; Auto-Eroticism: A Study of the Spontaneous Manifestations of the Sexual Impulse; section I; "The Sewing-machine and the Bicycle:" quotes one Pouillet as saying "it is a well-recognized fact that to work a sewing-machine with the body in a certain position produces sexual excitement leading to the orgasm. The occurrence of the orgasm is indicated to the observer by the machine being worked for a few seconds with uncontrollable rapidity. This sound is said to be frequently heard in large French workrooms, and it is part of the duty of the superintendents of the rooms to make the girls sit properly."
  5. ^ Koedt, Anne (1970). "The Myth of the Vaginal Orgasm". Chicago Women's Liberation Union. Diakses tanggal 2010-11-18. 
  6. ^ The Kinsey Institute Data from Alfred Kinsey's studies. Published online.
  7. ^ Shuman, Tracy (2006-02). "Your Guide to Masturbation". WebMD, Inc./The Cleveland Clinic Department of Obstetrics and Gynecology. Diakses tanggal 2006-07-29. 
  8. ^ Knowles, Jon (2002-11). "Masturbation — From Stigma to Sexual Health". Katharine Dexter McCormick Library/Planned Parenthood Federation of America, Inc. Diakses tanggal 2006-07-29.  [pranala nonaktif]
  9. ^ "Advanced Masturbation". 2004-10-22. Diakses tanggal 2009-07-11.  "The Full Fist Masturbation Technique" and "The Thumb-Forefinger Masturbation Technique"
  10. ^ "Mutual Masturbation". 2006-06-12. Diakses tanggal 2010-08-07.  — A biographical collection of data for a sociological repository on the topic of mutual masturbating to study changes on the activity over time.
  11. ^ Bahaya onani dan akibatnya
  12. ^ Fenomena masturbasi
  13. ^ Marriage and Morals in Islam
  14. ^ Marriage in Islam - Part 1 by by Hussein Khalid Al-Hussein, Ph.D. Refer to: Section Al-`Alaqat Al-Mubahah (Allowed Relationships)
  15. ^ Coogan, Michael (2010). God and Sex. What the Bible Really Says (edisi ke-1st). New York, Boston: Twelve. Hachette Book Group. hlm. 110. ISBN 978-0-446-54525-9. OCLC 505927356. Diakses tanggal May 5, 2011. Although Onan gives his name to "onanism," usually a synonym for masturbation, Onan was not masturbating but practicing coitus interruptus. 
  16. ^ Catholic Answers: Birth Control (official Catholic tract declared free from error by a book censor and approved by a bishop.) Quote: "The Bible mentions at least one form of contraception specifically and condemns it. Coitus interruptus, was used by Onan to avoid fulfilling his duty according to the ancient Jewish law of fathering children for one’s dead brother."
  17. ^ Ellens, J. Harold (2006). "6. Making Babies: Purposes of Sex". Sex in the Bible: a new consideration. Westport, Conn.: Praeger Publishers. hlm. 48. ISBN 0-275-98767-1. OCLC 65429579. Diakses tanggal 2012-01-24. He practiced coitus interruptus whenever he made love to Tamar. 
  18. ^ Confirmed by The Web Bible Encyclopedia at Christian Answers: Onan quote: "Some have mistakenly assumed that Onan's sin was masturbation. However, it seems clear that this is not the case. Onan was prematurely withdrawing from sexual intercourse with his new wife, Tamar. This is a form of birth control still practiced today (coitus interruptus)."
  19. ^ Church Father Epiphanius of Salamis agrees, according to Riddle, John M. (1992). "1. Population and Sex". Contraception and abortion from the ancient world to the Renaissance. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. hlm. 4. ISBN 0-674-16875-5. OCLC 24428750. Diakses tanggal 2012-01-24. Epiphanius (fourth century) construed the sin of Onan as coitus interruptus.14 
  20. ^ Michael S. Patton (1985). "Masturbation from Judaism to Victorianism". Journal of Religion and Health. Springer Netherlands. 24 (2): 133–146. doi:10.1007/BF01532257. ISSN 0022-4197. Diakses tanggal 12 November 2011. Nevertheless, there is no legislation in the Bible pertaining to masturbation. 
  21. ^ Alex W. Kweea and David C. Hoover (2008). "Theologically-Informed Education about Masturbation: A Male Sexual Health Perspective" (PDF). Journal of Psychology and Theology. La Mirada, CA, USA: Rosemead School of Psychology. Biola University. 36 (4): 258–269. ISSN 0091-6471. Diakses tanggal 12 November 2011. The Bible presents no clear theological ethic on masturbation, leaving many young unmarried Christians with confusion and guilt around their sexuality. 
  22. ^ Cardinal Seper, Franjo (2005-12-29). "Persona Humana: Declaration on certain questions concerning sexual ethics". § IX. The Roman Curia. Diakses tanggal 2008-07-23. 
  23. ^ Fr. John Matusiak. "Church's view of masturbation". Orthodox Church in America. Diakses tanggal 2008-06-26. 
  24. ^ Archpriest Joseph F Purpura, Antiochian Orthodox Christian Archdiocese. "Pre-marital Sexual Relations". Moral and Ethical Issues: Confronting Orthodox Youth across North America. Author Books and Barnes & Noble. Diakses tanggal 2008-06-26. 
  25. ^ Miller, Jeff (2008). "Masturbation". Bible.org. 
  26. ^ Wright, Anne (2009). Grandma's Sex Handbook. Intimate Press. hlm. 123–146. ISBN 978-0-578-02075-4. 
  27. ^ "Masturbation: Is It Kosher?". Beliefnet.
  28. ^ Stein, Jonathan (Fall 2001). "Toward a Taxonomy for Reform Jews to Evaluate Sexual Behavior". CCAR Journal. Central Conference of American Rabbis. Diakses tanggal 2007-08-27. 
  29. ^ Jacob, Walter (1979). "Masturbation". American Reform Responsa. Central Conference of American Rabbis. Diakses tanggal 2007-08-28. 
  30. ^ How to Raise Kids Who Won't Hate You By Alan Thicke; p.125
  31. ^ Higgins, Winton. "Buddhist Sexual Ethics". BuddhaNet Magazine. Diakses tanggal 2007-01-15.