Ekspedisi Usamah bin Zaid

Ekspedisi Kekhalifahan Rasyidin ke Romawi Bizantium pada 632 M
(Dialihkan dari Pengiriman Pasukan Usamah)

Ekspedisi Usamah bin Zaid (bahasa Arab: سرية أسامة, translit. sariyat usāmah) adalah sebuah ekspedisi militer dari Kekhalifahan Rasyidin yang dipimpin oleh Usamah bin Zaid. Ekspedisi ini terjadi pada bulan Juni 632, di mana pasukan Muslim memulai penyerangan ke wilayah Suriah Bizantium, dan memulai Penaklukan Suriah oleh Muslim.[1][2] Ekspedisi tersebut dilakukan tiga tahun setelah Pertempuran Mu'tah.

Ekspedisi Usamah bin Zaid
Bagian dari Peperangan Bizantium–Arab
TanggalJuni, 632 M
LokasiBalqa, sekarang di Yordania
Hasil
  • Operasi sukses
Pihak terlibat
Kekhalifahan Rasyidin Kekaisaran Romawi Bizantium
Tokoh dan pemimpin
Heraklius
Kekuatan
Sekitar 3.000 tentara Tidak diketahui
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Setelah Haji Perpisahan, nabi Islam Muhammad menunjuk Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan ekspedisi yang menyerang wilayah Balqa di Kekaisaran Bizantium. Muhammad mengirim Usamah ke Suriah untuk membalas kekalahan Muslim di Pertempuran Mu'tah, di mana ayah Usama dan anak angkat Muhammad, Zaid bin Haritsah, terbunuh.[3]

Kampanye Usamah berhasil dan pasukannya adalah pasukan Muslim pertama yang berhasil menginvasi dan menyerbu wilayah Bizantium, sehingga membuka jalan bagi penaklukan Muslim selanjutnya atas Suriah dan Penaklukan Muslim atas Mesir, yang keduanya terjadi selama masa hidup Usamah.

Latar belakang

sunting

Pertempuran Mu'tah terjadi pada bulan September 629 di dekat desa Mu'tah, sebelah timur Sungai Yordan dan Karak, antara pasukan Muhammad dan pasukan Kekaisaran Bizantium yang bersama pengikut Arab Kristen Ghassaniyah mereka. Dalam sumber-sumber sejarah Islam, pertempuran tersebut biasanya digambarkan sebagai upaya kaum Muslim untuk membalas dendam terhadap Ghassaniyah setelah seorang pejabat Ghassan mengeksekusi utusan Muhammad yang sedang dalam perjalanan ke Busra.[4] Tentara Muslim menjadi kewalahan[5][6] setelah tiga pemimpin Muslim (termasuk ayah Usamah, Zaid bin Haritsah), terbunuh. Komando pasukan diberikan kepada Khalid bin Walid dan dia berhasil menyelamatkan sisa pasukan.[5] Pasukan Muslim yang selamat mundur ke Madinah.

Persiapan

sunting

Setelah Haji Perpisahan pada tahun 632, Muhammad menunjuk Usamah sebagai komandan pasukan ekspedisi yang akan menginvasi wilayah Balqa di Kekaisaran Bizantium. Tujuan yang dinyatakan dari ekspedisi ini adalah untuk membalas kekalahan Muslim di Pertempuran Mu'tah, di mana ayah Usamah dan anak angkat Muhammad, Zaid bin Haritsah, telah terbunuh.[3][7]

Pada awalnya, sejumlah tokoh Muslim menolak pengiriman ekspedisi dan memprotes Muhammad. Mereka beralasan bahwa Usamah masih terlalu muda untuk jabatan komandan. Muhammad yang sedang sakit kemudian terpaksa dibawa untuk menemui orang-orang muslim yang protes.[8] Al-Bukhari mencatat dalam kitab sahih-nya,

Nabi menunjuk Usamah sebagai komandan pasukan [untuk dikirim] ke Suriah. [Tetapi] Orang-orang Muslim berbicara tentang Usamah [tidak menyukainya]. Nabi menemui mereka [dan] berkata, "Saya telah diberitahu bahwa Anda telah membicarakan [protes mengenai pemgangkatan] Usamah. [Ketahuilah bahwa] dia adalah orang yang paling saya cintai dari semua orang"

Usamah mengumpulkan pasukan sekitar 3000 orang, 1000 di antaranya adalah prajurit kavaleri, dan Abu Bakar juga bergabung dengan Usamah dalam kampanye. Usamah juga telah mengirim mata-mata ke wilayah tersebut, dari situ dia mengetahui bahwa musuh masih tidak menyadari kedatangan pasukannya yang akan segera terjadi.[9]

Namun, karena kematian Muhammad pada 8 Juni, kampanye tersebut ditunda dan Abu Bakar (m. 632–634) terpilih sebagai Khalifah di Madinah.[10] Dengan kematian Muhammad, beberapa pemimpin dan warga Muslim kembali menolak untuk pergi di bawah komando Usamah dengan alasan yang sama.[11] Beberapa sahabat Muhammad, kemudian berbicara dengan Umar dan memintanya membujuk Abu Bakar untuk menggantikan Usamah sebagai panglima tentara dengan mereka yang lebih tua dan berpengalaman.[2] Namun Abu Bakar marah dan tidak menerima alasan Umar yang dianggapnya telah berusaha membatalkan keputusan Muhammad.[12] Abu Bakar kemudian menggelar pertemuan syura dan menepis kekhawatiran ini.[13]

Abu Bakar berada di bawah tekanan besar sehubungan dengan ekspedisi ini karena pemberontakan dan kemurtadan yang meningkat di seluruh Arab,[14] tetapi dia bertekad menegaskan kembali keputusan Muhammad dan mengirim ekspedisi di bawah kepemimpinan Usamah.[15][16]

Ekspedisi

sunting

Menurut ath-Thabari, sebelum Usamah keluar dan menyerbu penduduk Suriah, Abu Bakar memerintahkan Usamah untuk mengikuti sepuluh aturan perang.[17] Hadis sepuluh aturan Abu Bakar juga disebutkan dalam seri Hadis Sunni al-Muwattha:[18]

Kemudian (Abu Bakar) berkata, "Hai manusia, berhentilah. Saya perintahkan kepada kalian sepuluh [perkara]: Jangan berkhianat, jangan memutilasi [mayat-mayat], jangan membunuh anak-anak kecil, jangan membunuh orang-orang yang [sudah] tua, jangan menebang pohon-pohon kurma dan jangan membakarnya, jangan menebang pohon yang sedang berbuah, dan jangan menyembelih domba, sapi atau unta kecuali [untuk] dimakan. Kelak, kamu akan melewati orang-orang yang sedang beribadat di gereja, maka biarkanlah mereka dalam peribadatan mereka. Kelak, kamu akan melewati orang-orang yang menyumbangkan makanan dan bejana berisi air, maka ambil dan makanlah dengan menyebut nama tuhanmu. Kelak kalian akan berhadapan dengan orang-orang yang menghunuskan pedangnya dan menutup dirinya rapat-rapat dengan benteng dan perisai, maka hadapilah mereka dengan nama tuhanmu yang maha besar!"[17]

Ath-Thabari menyatakan bahwa ekspedisi tersebut berhasil, dan pasukan Usamah yang mencapai wilayah Suriah menjadi pasukan Muslim pertama yang berhasil menyerang wilayah Bizantium, sehingga membuka jalan bagi penaklukan Muslim berikutnya atas Suriah dan Mesir dari Kekaisaran Bizantium. Ath-Thabari mencatat,[17]

[Pasukan Usamah] maju dengan cepat ke lembah Dzul Marwah dan akhirnya melakukan apa yang diperintahkan Nabi kepadanya. Dia menyebarkan pasukan berkuda di antara suku-suku Quda'a (yang merupakan pengikut Ghassaniyah) dan menyerang [suku] Abil. Dia mengambil tawanan dan barang rampasan yang berlimpah, dan menyelesaikan misinya dalam waktu empat puluh hari, kemudian kembali."

Ekspedisi ini menjadi penting dalam sejarah Islam karena bagaimana Usamah yang masih berusia delapan belas tahun diangkat sebagai panglima tertinggi, veteran terkemuka dan sahabat nabi berpangkat tinggi seperti Umar, Sa'ad bin Abi Waqqash , Sa'id bin Zaid, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Qatadah bin Nu'man.[19][20][21][22][23]

Referensi

sunting
  1. ^ Abu Khalil, Shawqi (1 March 2004). Atlas of the Prophet's biography: places, nations, landmarks. Dar-us-Salam. hlm. 249. ISBN 978-9960897714. 
  2. ^ a b Gil 1997, hlm. 31.
  3. ^ a b Razwy, Sayed Ali Asgher. A Restatement of the History of Islam & Muslims. hlm. 283. 
  4. ^ El Hareir & M'Baye 2011, hlm. 142.
  5. ^ a b Buhl 1993, hlm. 756-757.
  6. ^ Kaegi 1992, hlm. 67.
  7. ^ Tabari, Al (25 Sep 1990), The last years of the Prophet (translated by Isma'il Qurban Husayn), State University of New York Press, hlm. 163–164, ISBN 978-0887066917  online Diarsipkan 8 November 2012 di Wayback Machine.
  8. ^ Razwy, Sayyid Ali Ashgar. "A Restatement of History of Islam and Muslim: Usama's Expedition". al-islam.org. Diakses tanggal 2023-04-20. 
  9. ^ Gil 1997, hlm. 32.
  10. ^ Al-Farooq a book by Shubli No'mani
  11. ^ "19 - The Life of Imam Ali: Prophet's (pbuh) Death - Dr. Sayed Ammar Nakshwani - Ramadhan 1435". YouTube. YouTube. 
  12. ^ "Caliph Abu Bakr: Encounter with the Tribes - Expedition to Syria". alim.org. Diakses tanggal 2023-04-20. 
  13. ^ Syakir, Mahmud (2000). التاريخ الإسلامي - ج 3: الخلفاء الراشدون [At-Tarikh al-Islami - Juz 3: Al-Khulafa' Ar-Rasyidun] (dalam bahasa Arab). IslamKotob. hlm. 220–222. ISBN 978-9-9534-4236-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 2022-07-06. 
  14. ^ "Abu Bakr | Biography & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-06. He suppressed the tribal political and religious uprisings known as the riddah (“political rebellion,” sometimes translated as “apostasy”), thereby bringing central Arabia under Muslim control. 
  15. ^ Gil 1997, hlm. 31-32.
  16. ^ Mubarakfuri 2005, hlm. 303.
  17. ^ a b c Tabari, Al (1993), The conquest of Arabia, State University of New York Press, hlm. 16, ISBN 978-0791410714 
  18. ^ Aboul-Enein, H. Yousuf and Zuhur, Sherifa, Islamic Rulings on Warfare, p. 22, Strategic Studies Institute, US Army War College, Diane Publishing Co., Darby PA, ISBN 1-4289-1039-5
  19. ^ bin ʿAlī bin Muḥammad Abu 'l-Faras̲h̲ bin al-Jauzī, ʿAbdurraḥmān (2016). تلقيح فهوم اهل الاثر في عيون التاريخ و السير (Talqīḥ fuhūm ahl al-athar fī ʻuyūn al-tārīkh wa-al-siyar) (dalam bahasa Arabic). دار الارقم بن ابي الارقم - بيروت / لبنان. hlm. 57. ISBN 9789953442112. Diakses tanggal 9 December 2021. 
  20. ^ Nur ad-Din al-Halabi, Ali (632). "سرية أسامة بن زيد بن حارثة رضي الله تعالى عنه إلى أبنى". Diakses tanggal 9 December 2021. 
  21. ^ Sirah Nabawiyah #91- Nabi-Nabi Palsu Di Zaman Nabi ﷺ - Ust. Dr. Firanda Andirja M.A; 8 December 2021 di YouTube
  22. ^ bin Burhan Al-Din Al-Halabi, Ali. "سرية أسامة بن زيد بن حارثة رضي الله تعالى عنه إلى أبنى". Wikisource (dalam bahasa Arabic). Wikisource. Diakses tanggal 9 December 2021. 
  23. ^ al-Jumayli, Said (1995). كتاب غزوات النبي صلى الله عليه وآله وسلم. Beirut: Dar al-Hilal. hlm. 142. Diakses tanggal 9 December 2021. 

Bibliografi

sunting