Penyebaran biji adalah pergerakan biji atau benih tumbuhan dari tumbuhan induknya. Pergerakan tumbuhan yang sangat terbatas membutuhkan vektor penyebar untuk memindahkan bijinya secara biotik maupun abiotik. Biji dapat disebar secara individual maupun dalam jumlah banyak sekaligus, dan dapat bervariasi antara ruang dan waktu. Mekanisme penyebarannya memiliki peran penting dalam pendataan populasi dan struktur genetika dari populasi tumbuhan, juga interaksinya dengan spesies lain. Gravitasi, angin, lontaran atau balistik, air, dan oleh hewan adalah lima cara utama persebaran biji.

Manfaat sunting

Persebaran biji memiliki manfaat bagi hewan. Kelestarian spesies sering kali lebih tinggi ketika anakan disebar jauh dari induknya selama masih berada pada habitat yang sejenis, karena predator dan patogen memiliki kemungkinan besar untuk memangsa beberapa spesies yang memiliki kesamaan genetika.[1] Kompetisi dengan tumbuhan induk juga lebih sedikit jika biji disebar jauh dari induknya.

Penyebaran biji juga memungkinkan tumbuhan untuk mencapai lokasi yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya (habitatnya).[2] Dan persebaran biji oleh tumbuhan yang memiliki buah berdaging, biji sering kali ikut masuk ke dalam saluran pencernaan hewan dan tidak dicerna. Proses ini dapat membantu mempercepat perkecambahan setelah keluar dari saluran pencernaan bersama dengan kotoran hewan.[3]

Persebaran oleh hewan juga dapat menghindarkan biji dari bahaya yang ada di luar seperti kebakaran hutan musiman atau degradasi lahan.[4][5] Persebaran biji juga memungkinkan tumbuhan membentuk koloni di lokasi yang masih kosong.[6]

Jenis sunting

Persebaran biji dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu secara gravitasi, angin, air, dan oleh hewan.

Gravitasi sunting

Gravitasi adalah cara yang paling sederhana bagi tumbuhan dalam menyebarkan biji. Ketika buah sudah terlalu berat, maka buah akan lepas dari tangkainya dan jatuh menuju ke tanah sehingga buah itu sendiri menjadi cara untuk menyebarkan biji. Contoh tumbuhan yang melakukan ini adalah kelapa dan apel. Semakin bulat bentuk buah, maka kemungkinan besar biji akan berguling menjauhi induk sehingga jarak persebarannya semakin jauh. Seringkali persebaran ini diikuti oleh metode persebaran lain seperti oleh air mengalir dan dimakan oleh hewan.[7]

Cara lain yaitu dengan cara balistik atau lontaran, tumbuhan melontarkan bijinya ketika pemicunya tersedia.[8]

Angin sunting

 
Biji dandelion yang ringan tertiup angin

Persebaran oleh angin, disebut juga anemokori adalah salah satu cara yang primitif dalam persebaran biji. Biji dapat terbang karena tertiup oleh angin atau berguling di atas tanah dengan bantuan angin.[9] Contohnya yaitu dandelion dan maple. Karakteristik lainnya dari persebaran jenis ini adalah dibutuhkannya biji dalah jumlah besar untuk meningkatkan kemungkinan perkecambahan di lokasi akhir. Luas wilayah persebaran yang mungkin didapatkan oleh tumbuhan juga menjadi pembatas, seperti Asteraceae yang tumbuh di suatu pulau kecil akan memiliki massa biji yang lebih besar relatif terhadap "sayap"nya dibandingkan dengan Asteraceae yang tumbuh di dataran utama, karena biji yang terbang terlalu tinggi akan jatuh di lautan dan tidak dapat tumbuh.[10] Sebagian gulma menggunakan metode persebaran jenis ini karena di lahan pertanian yang datar dan luas metode lainnya hampir tidak tersedia setiap saat.

Air sunting

 
Biji Entada phaseoloides yang lebar dan ringan dapat mengapung di air

Disebut juga dengan hidrokori. Metode persebaran dengan air terutama dilakukan oleh tumbuhan air dan tumbuhan yang hidup dekat dengan perairan. Persebarannya dapat menjangkau jarak yang cukup jauh.

Lili air membentuk buah yang mengambang di air untuk beberapa saat dan lalu jatuh ke dasar laut untuk membentuk akar di dasar kolam. Biji dari Palmaceae juga dapat disebarkan oleh air jika mereka hidup dekat dengan perairan, bahkan dapat tersebar hingga ke seberang lautan, misal kelapa. Bakau hidup di dekat perairan dan persebaran bijinya amat tergantung pada pasang surutnya air. Jika sedang pasang rendah, biji yang jatuh dapat langsung menyentuh tanah dan tumbuh dekat dengan induknya.

Oleh hewan sunting

 
Geum urbanum memiliki duri yang dilengkapi dengan kait yang digunakan untuk menempel pada bulu unggas dan rambut hewan
 
Bidens tripartita yang dapat menempel pada hewan maupun pakaian manusia

Disebut juga zookori, hewan dapat menyebarkan biji melalui berbagai cara. Biji dapat menempel pada kulit, bulu, atau rambut hewan (epizookori) biasanya dicirikan dengan biji berlendir yang bersifat adhesif, biji berkait, berduri, dan sejenisnya.[11] Contohnya adalah Trifolium angustifolium[6] dan berbagai spesies di dalam famili Apiaceae dan Asteraceae.[11] Epizookori diperkirakan hanya dilakukan oleh kurang dari 5 persen spesies tumbuhan.[11] Epizookori dapat menyebar ke lokasi yang sangat jauh dengan media hewan yang berbagai jenis. Epizookori juga menjadi penyebab utama munculnya spesies invasif.[6]

Penyebaran dengan cara melalui saluran pencernaan (endozookori) adalah mekanisme bagi sebagian besar spesies tumbuhan pohon.[12] Endozookori membentuk simbiosis mutualisme antara hewan dan tumbuhan, dengan hewan mendapatkan nutrisi dan tumbuhan terbantu persebaran bijinya. Beragam jenis hewan dapat menjadi media endozookori, terutama burung dan mamalia, dan tidak jarang kura-kura dan ikan.[13] Jumlah spesies tumbuhan yang menyebarkan bijinya secara endozookori dapat bervariasi antar habitat dengan hutan hujan tropis dapat mencapai 90 persen dari spesies tumbuhan penghuni hutan.[12] Endozookori menjadi perhatian khusus bagi para pakar konservasi hutan karena membantu membentuk ekologi dan populasi di dalam hutan.[14] Berkurangnya populasi spesies hewan penyebar biji karena perburuan liar dapat membentuk dampak negatif bagi populasi pohon di hutan yang sangat bergantung pada metode persebaran biji ini.[15]

Hewan pemakan bij seperti tupai juga dapat menjadi media persebaran biji. Ketika tupai menyimpan biji yang dikumpulkannya di dalam tanah biji tersebut dapat mengambil kesempatan untuk berkecambah sebelum tupai tersebut membuka kembali "tabungannya".[16][17] Kumbang kotoran juga dapat menyebarkan biji lebih jauh setelah keluar dari saluran pencernaan hewan.[18]

Manusia sunting

Penyebaran biji dengan bantuan manusia dikenal dengan antropokari. Penyebaran ini dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Penyebaran sengaja misalnya di pertanian dan perkebunan. Penyebaran tidak sengaja biasanya terjadi karena biji tanaman menempel di pakian.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Harms, K; Wright, SJ; Calderon, O; Hernandez, A; Herre, EA (2000). "Pervasive density-dependent recruitment enhances seedling diversity in a tropical forest". Nature. 404 (6777): 493–495. doi:10.1038/35006630. PMID 10761916. 
  2. ^ Wenny, D.G. and Levey, D.J. (1998). "Directed seed dispersal by bellbirds in a tropical cloud forest". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 95 (11): 6204–7. doi:10.1073/pnas.95.11.6204. PMC 27627 . PMID 9600942. 
  3. ^ Fedriani, J. M., Delibes, M. (2009). "Functional diversity in fruit-frugivore interactions: A field experiment with Mediterranean mammals". Ecography. 32 (6): 983. doi:10.1111/j.1600-0587.2009.05925.x. 
  4. ^ Lengyel, S.; et al. (2010). "Convergent evolution of seed dispersal by ants, and phylogeny and biogeography in flowering plants: a global survey". Perspectives in Plant Ecology, Evolution and Systematics. 12 (1): 43–55. doi:10.1016/j.ppees.2009.08.001. 
  5. ^ Manzaneda, Antonio J.; Fedriani, Jose M. and Rey, Pedro J. (2005). "Adaptive advantages of myrmecochory: the predator-avoidance hypothesis tested over a wide geographic range" (PDF). Ecography. 28 (5): 583–592. doi:10.1111/j.2005.0906-7590.04309.x. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-06-20. Diakses tanggal 2014-04-02. 
  6. ^ a b c Manzano, Pablo; Malo, Juan E. (2006). "Extreme long-distance seed dispersal via sheep". Frontiers in Ecology and the Environment. 4 (5): 244–248. doi:10.1890/1540-9295(2006)004[0244:ELSDVS]2.0.CO;2. JSTOR 3868790. 
  7. ^ "Dispersal of seeds by gravity". Diakses tanggal 2009-05-08. 
  8. ^ Schulze, Ernst-Detlef; Beck, Erwin and Müller-Hohenstein, Klaus (2005). Plant Ecology. Springer. hlm. 543–. ISBN 978-3-540-20833-4. 
  9. ^ Gurevitch, J., Scheiner, S.M., & G.A. Fox (2006). Plant Ecology, 2nd ed. Sinauer Associates, Inc., Massachusetts.
  10. ^ Cody, M.L. and Overton, J.M. (1996). "Short-term evolution of reduced dispersal in island plant populations". Journal of Ecology. 84: 53–61. doi:10.2307/2261699. JSTOR 2261699. 
  11. ^ a b c Sorenson, A.E. (1986). "Seed dispersal by adhesion". Annual Review of Ecology and Systematics. 17: 443–463. doi:10.1146/annurev.es.17.110186.002303. 
  12. ^ a b Howe, H. F. and Smallwood J. (1982). "Ecology of Seed Dispersal" (PDF). Annual Review of Ecology and Systematics. 13: 201–228. doi:10.1146/annurev.es.13.110182.001221. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-06-01. Diakses tanggal 2014-04-02. 
  13. ^ Corlett, R.T. (1998). "Frugivory and seed dispersal by vertebrates in the Oriental (Indomalayan) Region". Biological Reviews. 73 (4): 413–448. doi:10.1017/S0006323198005234. PMID 9951414. 
  14. ^ Terborgh, J. (1986) "Community aspects of frugivory in tropical forests": in Fleming, T.H.; Estrada, Alejandro (eds.) Frugivory and Seed Dispersal, Advances in Vegetation Science, Vol. 15, Springer, ISBN 978-0-7923-2141-5.
  15. ^ Chapman, C.A. and Onderdonk, D.A. (1998). "Forests without primates: primate/plant codependency". American Journal of Primatology. 45 (1): 127–141. doi:10.1002/(SICI)1098-2345(1998)45:1<127::AID-AJP9>3.0.CO;2-Y. PMID 9573446. 
  16. ^ Forget, P.M. and Milleron, T. (1991). "Evidence for secondary seed dispersal by rodents in Panama". Oecologia. 87 (4): 596–599. doi:10.1007/BF00320426. 
  17. ^ Samuni-Blank, M.; et al. (2012). "Intraspecific directed deterrence by the mustard oil bomb in a desert plant". Current Biology. 22 (13): 1–3. doi:10.1016/j.cub.2012.04.051. PMID 22704992. 
  18. ^ Andresen E. and Levey, D.J. (2004). "Effects of dung and seed size on secondary dispersal, seed predation, and seedling establishment of rainforest trees". Oecologia. 139 (1): 45–54. doi:10.1007/s00442-003-1480-4. PMID 14740290. 

Bahan bacaan terkait sunting

Pranala luar sunting