Pergerakan Demokratisasi Gwangju, juga dikenal di Korea Selatan sebagai 18 Mei (Hangul: 오일팔; Hanja: 五一八; RR: Oilpal; lit. Lima Satu Delapan),[b] adalah serangkaian unjuk rasa yang dipimpin mahasiswa yang dilakukan di Gwangju, Korea Selatan, pada bulan Mei 1980, terhadap kudeta yang dilakukan oleh Chun Doo-hwan. Perlawanan tersebut diredam dengan kekerasan oleh militer Korea Selatan dengan persetujuan dan dukungan logistik dari Amerika Serikat di bawah pemerintahan Carter, yang takut perlawanan tersebut dapat menyebar ke kota-kota lain dan menggoda Korea Utara untuk campur tangan.[9]
Protes pro-demokrasi bereskalasi menjadi perlawanan bersenjata setelah pemerintah Korea Selatan mengerahkan pasukan untuk mengakhiri unjuk rasa dengan kekerasan
Peningkatan jangka panjang dalam dukungan terhadap Gerakan Minjung, berujung pada akhir dari kediktatoran Korea Selatan pada tahun 1987
Awalnya: 3.000 tentara terjun payung Blokade Gwangju: 23.000 tentara
200.000 pengunjuk rasa (kekuatan gabungan yang diperkirakan)
Jumlah korban
22 tentara tewas (termasuk 13 akibat salah serang) 4 polisi tewas (beberapa lainnya dibunuh oleh angkatan darat setelah perlawanan selesai) 109 tentara terluka 144 polisi terluka Total: 26 tewas 253 terluka
165 tewas (hanya korban jiwa yang terkonfirmasi) 76 hilang (diduga tewas) 3.515 terluka 1.394 ditangkap
Hingga 600–2.300 orang tewas; lihat bagian korban jiwa.
Sebelum perlawanan terjadi, pada akhir tahun 1979, kudeta 17 Mei menyebabkan Chun Doo-hwan dilantik sebagai diktator militer dan darurat militer diimplementasikan. Setelah naik ke kekuasaan, Chun menangkap para pimpinan oposisi, menutup semua universitas, melarang aktivitas politik, dan membungkam pers.
Perlawanan tersebut dimulai saat mahasiswa Universitas Nasional Chonnam yang berdemonstrasi terhadap darurat militer ditembaki, dibunuh, dipukuli, dan disiksa oleh militer Korea Selatan.[10][11][12] Beberapa warga Gwangju mengangkat senjata dan membentuk milisi, menggerebek kantor polisi dan gudang persenjataan setempat, dan berhasil mengambil kendali atas sebagian besar wilayah kota sebelum pasukan kembali masuk ke kota dan meredam perlawanan. Meskipun pemerintah Korea Selatan mengklaim 165 orang tewas dalam pembantaian tersebut, kesarjanaan mengenai pembantaian tersebut memperkirakan 600 hingga 2.300 korban jiwa.[13] Di bawah kediktatoran militer Chun, pemerintah Korea Selatan melabel perlawanan tersebut sebagai "kerusuhan" dan mengklaim bahwa perlawanan tersebut dihasut oleh "simpatisan dan perusuh komunis" yang bertindak di bawah perintah dari pemerintah Korea Utara.[14][15]
Pada tahun 1997, 18 Mei ditetapkan sebagai hari peringatan nasional untuk pembantaian tersebut dan sebuah pemakaman nasional untuk para korban didirikan.[16] Penyelidikan lebih lanjut mengkonfirmasi adanya berbagai kekejaman yang telah dilakukan oleh pasukan. Pada tahun 2011, dokumen-dokumen Perlawanan Gwangju masuk ke dalam daftar Warisan Ingatan Dunia UNESCO. Dalam politik Korea Selatan kontemporer, penyangkalan Pembantaian Gwangju Massacre umumnya didukung oleh kelompok konservatif dan sayap kanan ekstrim.[17][18]
^Ahn Byung-ha, saat itu Direktur Jenderal kepolisian di Jeonnam, memprotes terhadap perintah militer untuk menekan warga dengan tembakan api. Pada tanggal 26 Mei dicopot jabatannya dan ditahan oleh Komando Keamanan Pertahanan, tempat ia kemudian diinterogasi dan disiksa.[1]
^Di Korea Selatan pergerakan ini juga dikenal sebagai Pergerakan Demokratisasi Gwangju 18 Mei (5·18 광주 민주화 운동; 五一八光州民主化運動),[4]Perjuangan Demokratisasi Gwangju (광주 민주화 항쟁; 光州民主化抗爭), Perlawanan Demokratis 18 Mei (5·18 민주화 운동; 五一八民主化運動),[5] atau Perlawanan Gwangju (광주 항쟁; 光州抗爭).[6][7][8]
^Sallie Yea, "Rewriting Rebellion and Mapping Memory in South Korea: The (Re)presentation of the 1980 Kwangju Uprising through Mangwol-dong Cemetery," Urban Studies, Vol. 39, no. 9, (2002): 1556–1557
^Patricia Ebrey et al., "East Asia: A Cultural, Social, and Political History (Second Edition)" United States: Wadsworth Cengage Learning (2009): 500
^ May, The Triumph of Democracy. Ed. Shin Bok-jin, Hwang Chong-gun, Kim Jun-tae, Na Kyung-taek, Kim Nyung-man, Ko Myung-jin. Gwangju: May 18 Memorial Foundation, 2004. p. 275.
^Sallie Yea, "Rewriting Rebellion and Mapping Memory in South Korea: The (Re)presentation of the 1980 Kwangju Uprising through Mangwol-dong Cemetery," Urban Studies, Vol. 39, no. 9, (2002): 1556