Pergerakan Demokratisasi Gwangju

Pergerakan Demokratisasi Gwangju, juga dikenal di Korea Selatan sebagai 18 Mei (Hangul오일팔; Hanja五一八; RROilpal; lit. Lima Satu Delapan),[b] adalah serangkaian unjuk rasa yang dipimpin mahasiswa yang dilakukan di Gwangju, Korea Selatan, pada bulan Mei 1980, terhadap kudeta yang dilakukan oleh Chun Doo-hwan. Perlawanan tersebut diredam dengan kekerasan oleh militer Korea Selatan dengan persetujuan dan dukungan logistik dari Amerika Serikat di bawah pemerintahan Carter, yang takut perlawanan tersebut dapat menyebar ke kota-kota lain dan menggoda Korea Utara untuk campur tangan.[9]

Pergerakan Demokratisasi Gwangju
Bagian dari gerakan Minjung
Foto-foto korban pembantaian Gwangju
Aula Peringatan dalam Pemakaman Nasional 18 Mei di Gwangju tempat para korban dikuburkan
Tanggal18 Mei 1980 (1980-05-18) – 27 Mei 1980; 44 tahun lalu (1980-05-27)
LokasiGwangju, Korea Selatan
Sebab
TujuanDemokratisasi
  • Mengakhiri pemerintahan diktator di Korea Selatan
Metode
HasilPerlawanan diredam
  • Protes pro-demokrasi bereskalasi menjadi perlawanan bersenjata setelah pemerintah Korea Selatan mengerahkan pasukan untuk mengakhiri unjuk rasa dengan kekerasan
  • Peningkatan jangka panjang dalam dukungan terhadap Gerakan Minjung, berujung pada akhir dari kediktatoran Korea Selatan pada tahun 1987
Pihak terlibat

Warga Gwangju

  • Peserta protes
  • Warga bersenjata
  • Komite Pemukiman Warga
  • Komite Pemukiman Mahasiswa
Tokoh utama
Korea Selatan Chun Doo-hwan
Korea Selatan Roh Tae-woo
Jeong Ho-yong
Lee Hee-seong
Hwang Yeong-si
Yoon Heung-jung
Ahn Byung-ha[a]
Kepemimpinan yang terdesentralisasi, pemerintahan Provinsi Jeolla Selatan
Unit terlibat
Tidak diketahui
(berbagai milisi sipil)
Jumlah
Awalnya:
3.000 tentara terjun payung
Blokade Gwangju:
23.000 tentara
200.000 pengunjuk rasa
(kekuatan gabungan yang diperkirakan)
Jumlah korban
22 tentara tewas
(termasuk 13 akibat salah serang)
4 polisi tewas
(beberapa lainnya dibunuh oleh angkatan darat setelah perlawanan selesai)
109 tentara terluka
144 polisi terluka
Total:
26 tewas
253 terluka
165 tewas (hanya korban jiwa yang terkonfirmasi)
76 hilang (diduga tewas)
3.515 terluka
1.394 ditangkap
Hingga 600–2.300 orang tewas; lihat bagian korban jiwa.

Sebelum perlawanan terjadi, pada akhir tahun 1979, kudeta 17 Mei menyebabkan Chun Doo-hwan dilantik sebagai diktator militer dan darurat militer diimplementasikan. Setelah naik ke kekuasaan, Chun menangkap para pimpinan oposisi, menutup semua universitas, melarang aktivitas politik, dan membungkam pers.

Perlawanan tersebut dimulai saat mahasiswa Universitas Nasional Chonnam yang berdemonstrasi terhadap darurat militer ditembaki, dibunuh, dipukuli, dan disiksa oleh militer Korea Selatan.[10][11][12] Beberapa warga Gwangju mengangkat senjata dan membentuk milisi, menggerebek kantor polisi dan gudang persenjataan setempat, dan berhasil mengambil kendali atas sebagian besar wilayah kota sebelum pasukan kembali masuk ke kota dan meredam perlawanan. Meskipun pemerintah Korea Selatan mengklaim 165 orang tewas dalam pembantaian tersebut, kesarjanaan mengenai pembantaian tersebut memperkirakan 600 hingga 2.300 korban jiwa.[13] Di bawah kediktatoran militer Chun, pemerintah Korea Selatan melabel perlawanan tersebut sebagai "kerusuhan" dan mengklaim bahwa perlawanan tersebut dihasut oleh "simpatisan dan perusuh komunis" yang bertindak di bawah perintah dari pemerintah Korea Utara.[14][15]

Pada tahun 1997, 18 Mei ditetapkan sebagai hari peringatan nasional untuk pembantaian tersebut dan sebuah pemakaman nasional untuk para korban didirikan.[16] Penyelidikan lebih lanjut mengkonfirmasi adanya berbagai kekejaman yang telah dilakukan oleh pasukan. Pada tahun 2011, dokumen-dokumen Perlawanan Gwangju masuk ke dalam daftar Warisan Ingatan Dunia UNESCO. Dalam politik Korea Selatan kontemporer, penyangkalan Pembantaian Gwangju Massacre umumnya didukung oleh kelompok konservatif dan sayap kanan ekstrim.[17][18]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Ahn Byung-ha, saat itu Direktur Jenderal kepolisian di Jeonnam, memprotes terhadap perintah militer untuk menekan warga dengan tembakan api. Pada tanggal 26 Mei dicopot jabatannya dan ditahan oleh Komando Keamanan Pertahanan, tempat ia kemudian diinterogasi dan disiksa.[1]
  2. ^ Di Korea Selatan pergerakan ini juga dikenal sebagai Pergerakan Demokratisasi Gwangju 18 Mei (5·18 광주 민주화 운동; 五一八光州民主化運動),[4] Perjuangan Demokratisasi Gwangju (광주 민주화 항쟁; 光州民主化抗爭), Perlawanan Demokratis 18 Mei (5·18 민주화 운동; 五一八民主化運動),[5] atau Perlawanan Gwangju (광주 항쟁; 光州抗爭).[6][7][8]

Referensi

sunting
  1. ^ 유승용 (April 12, 2023). "[영상채록 5·18] "오월 광주엔 민주경찰 있었다"…아들 안호재가 말하는 故안병하 치안감". KBS (dalam bahasa Korea). 
  2. ^ "Chun Doo-hwan arrived in Gwangju by helicopter before troops opened fire on civilians" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 May 2019. Diakses tanggal 14 May 2019. 
  3. ^ "38 years later, nobody convicted for the murder of civilians during Gwangju Massacre of 1980" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2022. Diakses tanggal 16 May 2018. 
  4. ^ Embassy of the United States in Seoul. "South Korea Current Issues > Backgrounder". Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 March 2013. Diakses tanggal 16 May 2013. 
  5. ^ "Human Rights Documentary Heritage 1980 Archives for the May 18th Democratic Uprising against Military Regime, in Gwangju, Republic of Korea". UNESCO. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 May 2024. Diakses tanggal 23 February 2014. 
  6. ^ "Scars still raw 40 years after dictator crushed South Korea uprising". South China Morning Post (dalam bahasa Inggris). Agence France-Presse. 17 May 2020. Diakses tanggal 29 March 2022. 
  7. ^ Seymour, Tom (29 March 2021). "South Korea confronts legacy of 1980 massacre at this year's Gwangju Biennale". The Art Newspaper. Diakses tanggal 29 March 2022. 
  8. ^ Gallo, William (27 May 2020). "As South Koreans Reexamine a 1980 Massacre, Some Ask US to Do the Same". VOA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 29 March 2022. 
  9. ^ "2 Days in May That Shattered Korean Democracy". The Nation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 March 2024. Diakses tanggal 20 June 2024. 
  10. ^ "Gwangju apology: South Korea sorry for 'rape and torture' by troops". South China Morning Post (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 November 2018. Diakses tanggal 7 November 2018. 
  11. ^ Sallie Yea, "Rewriting Rebellion and Mapping Memory in South Korea: The (Re)presentation of the 1980 Kwangju Uprising through Mangwol-dong Cemetery," Urban Studies, Vol. 39, no. 9, (2002): 1556–1557
  12. ^ Patricia Ebrey et al., "East Asia: A Cultural, Social, and Political History (Second Edition)" United States: Wadsworth Cengage Learning (2009): 500
  13. ^ 5월단체, "5.18 관련 사망자 606명" (dalam bahasa Korea). Yonhap News Agency. 13 May 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 December 2013. Diakses tanggal 25 May 2013. 
  14. ^ "TV shows tarnish Gwangju history," Joong Ang Daily, 21 May 2013: http://koreajoongangdaily.joins.com/news/article/article.aspx?aid=2971886 Diarsipkan 9 August 2014 di Wayback Machine.
  15. ^ Martin, Bradley K. (18 May 2021). "Gwangju massacre deniers still seek comfort in North plot". Asia Times (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 September 2021. 
  16. ^ May, The Triumph of Democracy. Ed. Shin Bok-jin, Hwang Chong-gun, Kim Jun-tae, Na Kyung-taek, Kim Nyung-man, Ko Myung-jin. Gwangju: May 18 Memorial Foundation, 2004. p. 275.
  17. ^ Sallie Yea, "Rewriting Rebellion and Mapping Memory in South Korea: The (Re)presentation of the 1980 Kwangju Uprising through Mangwol-dong Cemetery," Urban Studies, Vol. 39, no. 9, (2002): 1556
  18. ^ "Dying for democracy: 1980 Gwangju uprising transformed South Korea," The Japan Times, 17 May 2014: http://www.japantimes.co.jp/news/2014/05/17/asia-pacific/politics-diplomacy-asia-pacific/dying-democracy-1980-gwangju-uprising-transformed-south-korea/#.U-SllvldWZg Diarsipkan 11 August 2014 di Wayback Machine.