Perjalanan antarbintang
Perjalanan antarbintang mengacu pada gagasan teoretis tentang wahana antarbintang atau pesawat ruang angkasa berawak yang bergerak di antara bintang atau sistem planet di galaksi. Perjalanan antarbintang akan jauh lebih sulit daripada penerbangan antarplanet. Jarak antar planet di Tata Surya kurang dari 30 satuan astronomi (SA), jarak antar bintang mencapai ratusan ribu SA, dan biasanya dinyatakan dalam tahun cahaya. Karena luasnya jarak tersebut, perjalanan antarbintang yang memungkinan berdasarkan fisika yang diketahui saat ini perlu terjadi pada persentase kecepatan cahaya yang tinggi. Meskipun demikian, waktu perjalanan akan tetap memakan waktu lama, setidaknya beberapa dekade dan mungkin ribuan tahun atau lebih lama.[1]
Kecepatan yang diperlukan untuk perjalanan antarbintang dalam rentang kehidupan manusia jauh melebihi apa yang dapat diberikan oleh teknologi perjalanan ruang angkasa saat ini. Bahkan dengan sistem propulsi yang sangat efisien secara hipotetis, energi kinetik untuk mencapai kecepatan tersebut sangat besar menurut standar pengembangan energi saat ini. Selain itu, tabrakan pesawat ruang angkasa dengan debu kosmik dan gas bisa sangat berbahaya bagi penumpang dan pesawat ruang angkasa itu sendiri.
Sejumlah strategi telah diusulkan untuk mengatasi masalah ini, mulai dari bahtera raksasa yang akan membawa seluruh masyarakat dan ekosistem, hingga wahana antariksa mikroskopis. Banyak sistem propulsi pesawat ruang angkasa yang berbeda telah diusulkan untuk memberikan kecepatan yang dibutuhkan pesawat ruang angkasa, termasuk propulsi nuklir, propulsi bertenaga sinar, dan metode lain berdasarkan fisika spekulatif.[2]
Untuk mewujudkan perjalanan antarbintang berawak dan nirawak, berbagai tantangan teknologi dan ekonomi yang cukup besar harus dihadapi. Bahkan pandangan paling optimis tentang perjalanan antarbintang menganggap bahwa perjalanan antarbintang mungkin baru layak diwujudkan beberapa dekade dari sekarang. Namun, terlepas dari tantangannya, jika atau ketika perjalanan antarbintang terwujud, perjalananan tersebut diharapkan membawa berbagai manfaat bagi umat manusia.[3]
Referensi
sunting- ^ Mauldin, John H. (May 1992). Prospects for interstellar travel (dalam bahasa Inggris). Published for the American Astronautical Society by Univelt.
Interstellar travel.
- ^ "Interstellar Travel". www.bis-space.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-16. Diakses tanggal 2017-06-16.
- ^ Crawford, I. A. (2009). "The Astronomical, Astrobiological and Planetary Science Case for Interstellar Spaceflight". Journal of the British Interplanetary Society. 62: 415–421. arXiv:1008.4893 . Bibcode:2009JBIS...62..415C.
Bacaan lanjutan
sunting- Crawford, Ian A. (1990). "Interstellar Travel: A Review for Astronomers". Quarterly Journal of the Royal Astronomical Society. 31: 377–400. Bibcode:1990QJRAS..31..377C.
- Hein, A.M. (September 2012). "Evaluation of Technological-Social and Political Projections for the Next 100-300 Years and the Implications for an Interstellar Mission". Journal of the British Interplanetary Society. 33 (9/10): 330–340. Bibcode:2012JBIS...65..330H.
- Long, Kelvin (2012). Deep Space Propulsion: A Roadmap to Interstellar Flight. Springer. ISBN 978-1-4614-0606-8.
- Mallove, Eugene (1989). The Starflight Handbook . John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-471-61912-3.
- Odenwald, Sten (2015). Interstellar Travel: An Astronomer's Guide. ISBN 978-1-5120-5627-3.
- Woodward, James (2013). Making Starships and Stargates: The Science of Interstellar Transport and Absurdly Benign Wormholes. Springer. ISBN 978-1-4614-5622-3.
- Zubrin, Robert (1999). Entering Space: Creating a Spacefaring Civilization . Tarcher / Putnam. ISBN 978-1-58542-036-0.
Pranala luar
sunting- Leonard David – Reaching for interstellar flight (2003) – MSNBC (MSNBC Webpage)
- NASA Breakthrough Propulsion Physics Program (NASA Webpage)
- Bibliography of Interstellar Flight (source list)
- DARPA seeks help for interstellar starship Diarsipkan 2014-03-04 di Wayback Machine.
- How to build a starship – and why we should start thinking about it now (Article from The Conversation, 2016)