Pertempuran Pulau Savo

artikel daftar Wikimedia

Pertempuran Pulau Savo atau disebut Pertempuran Pulau Savo Pertama, dan disebut sumber Jepang sebagai Pertempuran Kepulauan Solomon Pertama (第一次ソロモン海戦, Dai-ichi-ji Soromon Kaisen) adalah pertempuran laut semasa Perang Pasifik Perang Dunia II antara Angkatan Laut Kekaisaran Jepang dan armada Angkatan Laut Sekutu. Pertempuran ini berlangsung pada 8-9 Agustus 1942 dan merupakan pertempuran laut dalam skala besar yang pertama sepanjang Kampanye Guadalkanal.

Sebagai reaksi pendaratan amfibi Sekutu di timur Kepulauan Solomon, Laksamana Madya Gunichi Mikawa membawa gugus tugasnya yang terdiri dari tujuh kapal penjelajah dan satu kapal perusak ke Selat New Georgia (juga dikenal Sekutu sebagai "the Slot") dari pangkalan Jepang di Britania Baru dan Irlandia Baru untuk menyerang armada amfibi Sekutu dan armada pelindungnya. Armada pelindung Sekutu terdiri dari delapan kapal penjelajah dan 15 kapal perusak di bawah Laksamana Muda (Inggris) Victor Crutchley VC, tetapi hanya lima kapal penjelajah dan tujuh kapal perusak terlibat dalam pertempuran. Mikawa membuat armada Sekutu terkejut dan memukul mundur kapal-kapal Sekutu, serta menenggelamkan satu kapal penjelajah Australia dan tiga kapal penjelajah Amerika. Sebaliknya Jepang hanya menderita kerusakan ringan. Armada Mikawa segera mundur seusai pertempuran tanpa berusaha menghancurkan kapal pengangkut Sekutu yang mendukung pendaratan pasukan.

Sekutu menarik mundur armada kapal amfibi dan kapal-kapal perang yang tersisa dari Kepulauan Solomon, dan penguasaan laut sekitar Guadalkanal untuk sementara diserahkan kepada Jepang. Dua hari sebelumnya, pasukan darat Sekutu telah mendarat di Guadalkanal dan pulau-pulau di sekitarnya. Penarikan kapal-kapal Sekutu meninggalkan mereka dalam situasi genting. Mereka hampir tidak memiliki perbekalan, peralatan, dan makanan yang cukup untuk terus mempertahankan tumpuan pantai mereka. Meskipun demikian, kegagalan Mikawa untuk menghancurkan kapal-kapal Sekutu ketika ada kesempatan untuk itu, nantinya terbukti sebagai kesalahan strategis penting bagi Jepang. Sekutu berarti masih dibolehkan Jepang untuk mempertahankan tempat berpijak mereka di Guadalkanal, hingga akhirnya mereka muncul sebagai pemenang dalam pertempuran mempertahankan Guadalkanal dari Jepang.

Latar belakang

Operasi di Guadalkanal

Pada 7 Agustus 1942, pasukan Sekutu (terutama berintikan Korps Marinir Amerika Serikat) mendarat di Guadalkanal, Tulagi, dan Kepulauan Florida di timur Kepulauan Solomon. Pendaratan Sekutu dimaksudkan untuk mencegah Jepang menggunakan Guadalkanal sebagai pangkalan militer. Dari Solomon timur, pasukan Jepang mengancam rute logistik antara Amerika Serikat dan Australia. Sekutu juga ingin menggunakan Guadalkanal sebagai titik awal dalam kampanye militer merebut kembali Kepulauan Solomon, mengisolir atau merebut kembali pangkalan utama Jepang di Rabaul, serta mendukung kampanye Nugini Sekutu. Pendaratan Sekutu di Guadalkanal merupakan awal dari kampanye Guadalkanal yang berlangsung selama enam bulan.[6]

Komandan keseluruhan angkatan laut Sekutu di Guadalkanal dan operasi Tulagi adalah Laksamana Madya Frank Jack Fletcher yang juga komandan gugus tugas kapal induk yang memberikan perlindungan udara. Laksamana Muda (AS) Richmond K. Turner adalah komandan armada amfibi yang mengantarkan 16.000 pasukan Sekutu ke Guadalkanal dan Tulagi.[7] Di bawah komando Turner juga terdapat armada pengawal pimpinan Laksamana Inggris Victor Crutchley yang terdiri dari 8 kapal penjelajah, 15 kapal perusak, dan 15 kapal penyapu ranjau. Armada Crutchley dimaksudkan untuk melindungi armada amfibi Turner dan memberikan dukungan tembakan meriam sewaktu pendaratan pasukan. Crutchley memegang komando armada yang sebagian besar terdiri dari kapal-kapal Amerika dari kapal penjelajah berat HMAS Australia yang dijadikannya sebagai kapal bendera.[8]

Pendaratan Sekutu membuat Jepang terkejut. Saat matahari terbenam 8 Agustus 1942, Sekutu telah berhasil merebut Tulagi serta pulau-pulau kecil Gavutu dan Tanambogo yang berdekatan, berikut lapangan terbang di Guadalkanal yang sedang dibangun Jepang.[9] Pada tanggal 7 Agustus dan 8 Agustus, pesawat-pesawat Jepang yang berpangkalan di Rabaul beberapa kali menyerang armada amfibi Sekutu, dan menyebabkan kebakaran di atas kapal pengangkut Amerika Serikat George F. Elliott (dan kemudian tenggelam), serta mengakibatkan kerusakan berat pada Jarvis.[10] Dalam serangan udara tersebut, Jepang menderita kerugian 36 pesawat, sementara Amerika Serikat kehilangan 19 pesawat, termasuk 14 pesawat tempur yang berpangkalan di kapal induk.[11]

HMAS Canberra (kiri tengah) sedang melindungi tiga kapal pengangkut Sekutu yang menurunkan pasukan dan perbekalan di Tulagi (tampak di belakang dan tengah kanan).

Prihatin atas berkurangnya pesawat tempur kapal induk yang dimiliki, ditambah kecemasan terhadap ancaman serangan-serangan udara Jepang, dan bahan bakar yang tersisa di kapal-kapal di bawah komandonya merupakan alasan Fletcher memerintahkan penarikan mundur gugus tugas kapal induk pada malam 8 Agustus 1942.[12]

Beberapa sejarawan berpendapat bahwa situasi bahan bakar kapal-kapal Fletcher sama sekali belum kritis. Meskipun demikian, Fletcher menyatakan secara tidak langsung, bahwa keadaan bahan bakar kapal-kapalnya sudah kritis untuk membenarkan tindakannya mundur dari daerah pertempuran.[13] Penulis biografi Fletcher mencatat bahwa Fletcher menyimpulkan pendaratan yang dipimpinnya sudah berhasil, dan tidak ada target penting yang memerlukan dukungan udara jarak dekat. Namun setelah prihatin atas kerugian 21 pesawat tempur yang diderita kapal induknya, Fletcher menyimpulkan bahwa kapal-kapal induknya sedang terancam oleh serangan pesawat pengebom torpedo dan perlu diisi ulang bahan bakar sebelum tibanya armada angkatan laut Jepang. Fletcher lalu menarik mundur armadanya setelah memberi peringatan kepada Turner dan Vandegrift. Meskipun sudah diperingati, Turner berasumsi Fletcher mengerti kapal-kapalnya berkewajiban terus memberi dukungan udara hingga semua kapal angkut Sekutu selesai membongkar muatan pada 9 Agustus.[14]

Walaupun pekerjaan membongkar muatan ternyata lebih lambat daripada yang direncanakan, Turner memutuskan bahwa tanpa dukungan udara dari kapal induk, kapal-kapalnya harus ditarik dari Guadalkanal. Turner merencanakan untuk membongkar muatan sebanyak mungkin sepanjang malam sebelum berangkat keesokan harinya.[15]

Reaksi Jepang

Jepang tidak siap menghadapi operasi Sekutu di Guadalkanal. Reaksi awal Jepang termasuk di antaranya serangan udara dan meminta bala bantuan. Mikawa, komandan Armada 8 Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang baru dibentuk dan bermarkas di Rabaul, memberangkatkan dua kapal angkut yang membawa 519 prajurit angkatan laut menuju Guadalkanal pada 7 Agustus 1942. Ketika Jepang mengetahui bahwa pasukan Sekutu di Guadalkanal lebih kuat daripada dilaporkan sebelumnya, kedua kapal angkut tersebut diperintahkan untuk kembali ke Rabaul.[16]

Mikawa juga mengumpulkan seluruh kapal-kapal perang Jepang yang berada di kawasan itu untuk menyerang pasukan Sekutu di Guadalkanal. Di Rabaul sedang bersandar kapal penjelajah berat [[Kapal penjelajah Jepang Chōkai|Chōkai]] (kapal komando yang dinaiki Mikawa), kapal penjelajah ringan [[Kapal penjelajah Jepang Tenryū|Tenryū]], dan Yūbari, serta kapal perusak Yunagi. Empat kapal penjelajah berat dari Divisi Kapal Penjelajah 6 di bawah komando Laksamana Muda Aritomo Goto yang sedang dalam perjalanan dari Kavieng adalah Aoba, Furutaka, [[Kapal penjelajah Jepang Kako|Kako]], dan [[Kapal penjelajah Jepang Kinugasa|Kinugasa]].[17]

Sebelum perang, Angkatan Laut Jepang telah berlatih taktik pertempuran malam secara ekstensif, dan hal tersebut tidak disadari oleh Sekutu.[18] Mikawa mengharapkan dapat berhadapan dengan armada angkatan laut Sekutu di lepas pantai Guadalkanal dan Tulagi pada malam 8 Agustus dan 9 Agustus 1942. Bila terjadi bentrokan, pertempuran malam akan menguntungkan dirinya dan kapal-kapal Jepang. Mikawa dapat mempraktikkan keahlian pertempuran malam yang dimilikinya sekaligus menghindari serangan udara dari pesawat Sekutu yang tidak bisa beroperasi secara efektif pada malam hari. Kapal-kapal perang Mikawa berkumpul di laut dekat Tanjung St. George pada malam 7 Agustus sebelum melaju ke arah timur-tenggara.[19]

Pertempuran

Awal pertempuran

Rute yang diambil armada Mikawa dari Rabaul dan Kavieng (dimulai dari kiri atas peta), berhenti sejenak di lepas pantai timur Bougainville (tengah), dan melayari Selat Georgia Baru sebelum menyerang armada Sekutu di lepas pantai Guadalkanal dan Tulagi (kanan bawah)

Mikawa memutuskan untuk melayarkan armadanya di utara Pulau Buka dan kemudian ke laut di timur Bougainville. Armada Jepang beristirahat selama 6 jam di timur Kieta pada pagi 8 Agustus. (Penyesuaian waktu selama 6 jam tersebut dimaksudkan untuk menghindari serangan udara siang hari sewaktu kapal-kapal Jepang sedang mendekati Guadalkanal.)[20] Armada Jepang kemudian melanjutkan pelayaran di sepanjang Selat Georgia Baru yang berbahaya dan dikenal sebagai "The Slot". Kapal-kapal Jepang berharap tidak ada pesawat Sekutu yang akan melihat iring-iringan mereka di waktu malam. Namun ternyata armada Jepang dipergoki Sekutu di Selat George ketika kapal-kapal Jepang hampir bertabrakan dengan kapal selam USS S-38 yang sedang menunggu untuk melakukan pengadangan. USS S-38 berada dalam posisi terlalu dekat untuk menembakkan torpedo, namun kapten kapal selam yang bernama Mayor H.G. mengirim pesan radio: "DUA KAPAL PERUSAK DAN TIGA KAPAL LEBIH BESAR DARI JENIS TIDAK DIKETAHUI MENUJU KE ARAH SATU EMPAT KOSONG PADA KECEPATAN TINGGI DELAPAN MIL BARAT TANJUNG ST. GEORGE"[21]

Sampai di Bougainville, Mikawa menempatkan kapal-kapalnya hingga tersebar dalam kawasan yang luas untuk mengaburkan komposisi armada. Empat pesawat terbang laut diluncurkannya dari kapal penjelajah untuk mencari kapal-kapal Sekutu di selatan Kepulauan Solomon.

Pada pukul 10.20 dan 11.10, kapal-kapal armada Mikawa ditemukan oleh pesawat pengintai Australia Lockheed Hudson yang berpangkalan di Teluk Milne, Nugini.[22] Pesawat Hudson yang pertama salah mengidentifikasi armada Mikawa sebagai "tiga kapal penjelajah, tiga kapal perusak, dan dua kapal induk pesawat terbang laut". (Catatan: Beberapa laporan menyatakan awak pesawat Hudson yang pertama mengidentifikasi kapal-kapal musuh dengan benar, namun komposisi armada musuh diubah oleh perwira intelijen di Teluk Milne.) Awak pesawat Hudson juga mencoba melapor kapal-kapal Jepang yang dilihat mereka ke stasiun radio Sekutu di Fall River, Nugini. Setelah tidak mendapat jawaban, mereka kembali ke Teluk Milne pada pukul 12.42 untuk memastikan laporan mereka diterima sesegera mungkin. Pesawat Hudson yang kedua juga gagal melaporkan penampakan kapal Jepang melalui radio, namun berhasil menyelesaikan patroli dan mendarat di Teluk Milne pada pukul 15.00. Menurut laporan awak pesawat Hudson yang kedua, ada "dua kapal penjelajah berat, dua kapal penjelajah ringan, dan satu kapal lain tipe tidak diketahui". Berdasarkan alasan yang tidak jelas, laporan tersebut tidak direlai ke armada Sekutu yang berada di lepas pantai Guadalkanal hingga berturut-turut pada pukul 18.45 dan 21.30 tanggal 8 Agustus.[23]

Pesawat amfibi Mikawa kembali pada pukul 12.00, dan melaporkan adanya dua kelompok kapal Sekutu, satu kelompok di laut Guadalkanal dan satu kelompok lagi di laut Tulagi. Mikawa menyusun kembali formasi kapal-kapal perangnya, dan mulai berlayar menuju Guadalkanal. Armada Jepang telah memasuki selat dekat Pulau Choiseul pada pukul 16.00 tanggal 8 Agustus. Mikawa menyampaikan rencana pertempuran berikut ini kepada kapal-kapal perangnya: "Dalam serangan dadakan, kita akan berlayar dari S. (selatan) Pulau Savo dan menembakkan torpedo ke armada utama musuh yang ada di depan area jangkar Guadalkanal; setelah itu kita akan mengubah arah ke Tulagi untuk menembaki musuh dengan meriam dan torpedo. Kita lalu akan mundur mulai dari utara Pulau Savo."[24]

Sewaktu melewati Selat Georgia Baru, kapal-kapal Mikawa tidak terdeteksi oleh pihak Sekutu. Turner telah memerintahkan komandan angkatan udara Sekutu di kawasan Pasifik Selatan, Laksamana (AS) John S. McCain, Sr. untuk melakukan misi-misi pengintaian ekstra di Selat Georgia Baru pada siang hari 8 Agustus 1942. Namun, karena alasan-alasan yang tidak jelas, McCain tidak memerintahkan bawahannya untuk melakukan misi pengintaian. Laporan juga tidak disampaikan McCain kepada Turner bahwa perintah pengintaian telah dilaksanakan. Oleh karena itu, Turner salah paham dan percaya bahwa Selat Georgia Baru telah berada di bawah observasi Sekutu sepanjang hari.[25]

Peta susunan kapal-kapal Sekutu pada malam 8 Agustus.
Kapal-kapal perang Sekutu dibagi menjadi tiga kelompok untuk melindungi kapal-kapal angkut yang sedang membongkar muatan sepanjang malam hari. "Armada patroli selatan" melakukan patroli antara Tanjung Lunga dan Pulau Savo untuk menutup jalan masuk antara Pulau Savo dan Tanjung Esperance di Guadalkanal. Armada selatan terdiri dari kapal penjelajah Australia HMAS Australia dan HMAS Canberra, kapal penjelajah Amerika Serikat USS Chicago, kapal perusak USS Patterson, dan USS Bagley. "Armada patroli utara" yang terdiri dari kapal penjelajah USS Vincennes, USS Astoria, dan USS Quincy, serta kapal perusak USS Helm dan USS Wilson melakukan patroli dalam kawasan berbentuk persegi antara area jangkar Tulagi dan Pulau Savo; tugas mereka mempertahankan alur pelayaran antara Pulau Savo dan Pulau Florida. "Armada timur" yang terdiri dari kapal penjelajah USS San Juan dan HMAS Hobart ditambah dua kapal perusak Amerika Serikat menjaga pintu masuk timur ke selat antara Pulau Florida dan Pulau Guadalkanal.[26] Crutchley menugaskan dua kapal perusak Amerika yang dilengkapi radar ke barat Pulau Savo untuk memberikan peringatan dini kalau ada kapal Jepang yang mendekat. Kapal perusak USS Ralph Talbot melakukan patroli di alur pelayaran utara dan kapal perusak USS Blue melakukan patroli di alur pelayaran selatan, keduanya terpisahkan oleh jarak 12–30 kilometer (8–20 mil). Pada waktu itu, Sekutu tidak menyadari semua keterbatasan radar primitif di atas kapal-kapal mereka. Efektivitas radar mereka dapat sangat terdegradasi oleh adanya daratan yang berdekatan.[27] Waspada terhadap potensi ancaman dari kapal selam Jepang terhadap kapal angkut Sekutu, Crutchley menempatkan tujuh kapal perusak yang tersisa sebagai perlindungan terdekat di sekeliling dua area jangkar kapal angkut.[28]

Para awak kapal-kapal Sekutu sudah lelah setelah dua hari terus berjaga dan berperan dalam mendukung pendaratan. Selain itu, cuaca sangat panas dan lembap, hingga menyebabkan orang makin lelah, dan menurut kenangan Samuel Eliot Morison ', "mendorong pelaut lelah untuk menjadi lengah." Kelelahan awak kapal diatasi dengan menetapkan sebagian besar kapal perang Crutchley dalam keadaan "Siaga II" pada malam 8 Agustus, yang berarti setengah bagian awak kapal bertugas sementara setengah bagian lainnya beristirahat, di bangku tidur mereka atau dekat pos tempur mereka.[29]

Pada malam harinya, Turner mengadakan rapat bersama Crutchley dan komandan Marinir Mayor Jenderal Alexander A. Vandegrift di atas kapal komando Sekutu di laut Guadalkanal. Rapat tersebut untuk membicarakan keberangkatan kapal induk Fletcher dan hasil jadwal penarikan mundur kapal-kapal angkut. Pada pukul 20.55, Crutchley berangkat dari kapal HMAS Australia yang tergabung dalam armada selatan. Komando diserahkannya kepada Kolonel Laut Howard D. Bode di atas kapal Chicago yang ditugaskannya bertanggung jawab atas armada selatan. Crutchley tidak memberi tahu para komandan armada kapal penjelajah lain bahwa dirinya sedang tidak berada di tempat. Hal tersebut nantinya menambah rusaknya hierarki komando. Setelah terjaga dari tidur di kabinnya, Bode memutuskan untuk tidak menempatkan kapalnya sebagai pemimpin kapal-kapal grup selatan, dan kembali tidur, padahal menurut protokol, kapal paling senior harus berada di depan. Dalam rapat, Turner, Crutchley, dan Vandegrift membahas laporan adanya armada "kapal induk pesawat terbang laut" seperti disampaikan oleh awak pesawat Hudson milik Australia sebelumnya hari itu. Mereka memutuskan bahwa hal tersebut bukan merupakan ancaman pada malam itu, karena kapal induk pesawat terbang laut biasanya tidak akan terlibat dalam pertempuran laut. Vandegrift berkata bahwa dirinya masih perlu memeriksa situasi bongkar muatan yang sedang dilakukan kapal-kapal angkut di Tulagi sebelum dapat merekomendasikan jadwal penarikan mundur kapal-kapal angkut. Pada tengah malam, Vandegrift berangkat untuk melakukan inspeksi. Crutchley memutuskan untuk tidak kembali bersama HMAS Australia ke armada selatan, tapi tetap menempatkan kapalnya persis di luar area jangkar kapal angkut di Guadalkanal. Keputusan tersebut diambilnya tanpa memberi tahu komandan kapal-kapal Sekutu yang lain.[30]

Peta arah kedatangan dan keberangkatan kapal-kapal Mikawa dari area pertempuran.

Ketika armada Mikawa sudah mendekati kawasan Guadalkanal, kapal-kapal Jepang meluncurkan tiga pesawat terbang laut yang diberangkatkan sebagai misi pengintaian terakhir terhadap kapal-kapal Sekutu. Ketiga pesawat tersebut juga bersiap untuk memberikan penerangan dengan cara menjatuhkan suar dalam pertempuran yang diperkirakan segera terjadi. Meskipun beberapa kapal-kapal Sekutu mendengar dan/atau mengamati adanya satu atau lebih pesawat terbang laut di udara sejak pukul 23.45 pada tanggal 8 Agustus, tak satu pun dari komandan kapal Sekutu menafsirkan keberadaan pesawat-pesawat tak dikenal di tempat mereka berada sebagai ancaman yang dapat ditindaklanjuti. Tak satu pun dari mereka yang juga melaporkan penampakan pesawat terbang laut Jepang kepada Crutchley atau Turner.[31]

Armada Mikawa datang beriringan dalam satu garis lurus sepanjang 3 kilometer, Chōkai berada paling depan, diikuti Aoba,Kako, Kinugasa, Furutaka, Tenryū, Yūbari, dan Yunagi. Kira-kira antara 00.44 dan 00.54 tengah malam 9 Agustus, pengamat di kapal-kapal Mikawa melihat Blue sekitar 9 kilometer di depan iring-iringan armada Jepang.[32]

Pertempuran di selatan Pulau Savo

Untuk menghindari Blue, Mikawa mengubah arah untuk membawa armadanya melewati utara Pulau Savo.[33] Kapal-kapal Jepang juga diperintahkannya untuk melambatkan kecepatan hingga 22 knot (41 km/h) dengan maksud mengurangi gelombang yang menjadikan kapal-kapal mudah tertangkap radar.[34] Empat menit kemudian, pengamat di kapal Mikawa melihat kapal yang kemungkinan Ralph Talbot yang jauhnya sekitar 16 kilometer atau sebuah sekunar berukuran kecil dari negara asal tidak diketahui.[35][36] Kapal-kapal Jepang terus mempertahankan arah sambil mengarahkan lebih dari 50 pucuk meriam ke arah Blue, dan siap membuka tembakan ketika sudah ada tanda-tanda mereka dilihat oleh Blue.[33] Ketika Blue jauhnya sudah kurang dari 2 kilometer dari armada Mikawa, Blue secara tiba-tiba berbalik arah karena sudah tiba di titik akhir jalur patroli, dan berlayar menjauh. Kelihatannya Blue sama sekali tidak menyadari adanya iring-iringan armada Jepang dalam jumlah besar yang sedang berlayar di dekatnya.[37] Melihat kapal-kapalnya masih tidak terdeteksi, Mikawa berbalik arah ke alur pelayaran di selatan Pulau Savo dan meningkatkan kecepatan, awalnya 26 knot (48 km/h), dan kemudian menjadi 30 knot (56 km/h). Pada 01.25, Mikawa memerintahkan kapal-kapalnya untuk beroperasi secara mandiri dan tidak bergantung kepada kapal komando. Pada pukul 01.31, Mikawa mengeluarkan perintah, "Kepada semua kapal, serang."[38]

Sekitar waktu itu pula, Yunagi memisahkan diri dan berbalik arah, mungkin karena kapal-kapal di depannya sudah tidak terlihat, atau mungkin diperintahkan oleh Mikawa untuk menjadi "garda belakang" armada Mikawa. Satu menit kemudian, pengamat di kapal Jepang melihat sebuah kapal perang di lambung kiri. Kapal tersebut adalah kapal perusak Jarvis yang rusak berat hari sebelumnya. Jarvis berangkat dari Guadalkanal, dan sedang berlayar sendirian tanpa dikawal menuju Australia untuk diperbaiki. Tidak diketahui apakah Jarvis melihat kapal-kapal Jepang atau tidak, karena radio yang dimilikinya rusak. Furutaka meluncurkan torpedo ke arah Jarvis yang semuanya luput.[39] Kapal-kapal Jepang melewati Jarvis hingga dalam jarak dekat 1.100 m, dan cukup dekat bagi perwira di atas Tenryū untuk dapat mengamati dek Jarvis tanpa melihat aktivitas dari seorang pun dari awaknya. Bila Jarvis memang ternyata mengetahui adanya kapal-kapal Jepang yang lewat, kapal itu tidak terlihat memperlihatkan reaksi yang mencolok.[40]

Dua menit setelah melihat Jarvis, para pengintai di kapal Jepang melihat kapal perusak dan kapal penjelajah armada selatan sekitar 12.500 m jauhnya, tampak seperti bayangan hitam diterangi api George F. Elliot yang sedang terbakar.[41] Beberapa menit kemudian, sekitar pukul 01.38, kapal penjelajah Jepang mulai meluncurkan torpedo secara bertubi-tubi ke arah kapal-kapal armada selatan Sekutu.[42] Pada waktu itu, pengintai di Chōkai menemukan kapal-kapal armada utara Sekutu pada jarak 16 km.[43] Chōkai mulai memperhatikan armada utara Sekutu sebagai sasaran baru, dan begitu pula kapal-kapal Jepang yang lain, sambil bersiap menghantam armada selatan Sekutu dengan tembakan meriam.[44]

Awak kapal perusak Patterson sedang siaga setelah diperintahkan siap beraksi. Kapten kapal Patterson menganggap serius penampakan kapal Jepang siang hari sebelumnya dan terlihatnya pesawat-pesawat tidak dikenal. Pada pukul 01.43, Patterson melihat sebuah kapal, kemungkinan Kinugasa 5.000 m tepat di depan, dan segera mengirimkan peringatan lewat radio dan lampu sinyal: "Awas! Awas! Kapal asing memasuki pelabuhan!" Patterson melaju hingga kecepatan penuh, dan menembakkan peluru suar ke arah kapal-kapal Jepang. Kapten kapal perusak Patterson memerintahkan awaknya melakukan serangan torpedo, namun perintahnya tidak terdengar akibat bisingnya suara meriam yang ditembakkan kapalnya sendiri.[45]

Pada kira-kira saat yang bersamaan dengan Patterson melihat kapal-kapal Jepang dan beraksi, pesawat terbang laut Jepang yang terbang di atasnya, atas perintah Mikawa, menjatuhkan suar udara langsung di atas Canberra dan Chicago.[46] Nakhoda Frank Getting di atas kapal penjelajah Canberra langsung bereaksi. memerintahkan agar kecepatan ditambah, dan berbalik arah dari rencana semula kembali ke pelabuhan. Canberra tetap berada di tengah-tengah antara kapal-kapal Jepang dan kapal angkut Sekutu, dan meriamnya mulai membidik ke arah sasaran yang terlihat.[47] Kurang dari satu menit kemudian, setelah Canberra menembakkan meriam ke kapal Jepang, Chōkai dan Furutaka membalas tembakan, dan beberapa di antaranya tepat mengenai Canberra hanya dalam beberapa detik saja. Aoba dan Kako ikut menembaki Canberra, dan dalam tiga menit berikutnya Canberra terkena hingga 24 tembakan dari meriam kaliber besar. Tembakan-tembakan awal menewaskan perwira meriam, melukai Getting hingga tewas, dan merusakkan kedua ruang boiler, mematikan aliran listrik ke seluruh kapal sebelum Canberra dapat menembakkan meriamnya atau menyampaikan peringatan ke kapal-kapal Sekutu lainnya. Canberra terhenti di tengah laut dalam keadaan terbakar, miring 5-10 derajat ke arah lambung kanan. Awaknya tidak mampu memadamkan api atau memompa keluar kompartemen yang banjir akibat padamnya listrik. Semua kapal-kapal Jepang berada dalam posisi sebelah lambung kiri Canberra. Oleh karena itu, kerusakan pada lambung kiri terjadi akibat terkena tembakan yang datang dari bagian bawah lambung kiri dan tembus hingga di bawah garis air pada lambung kanan, atau dari terkena tembakan satu atau dua torpedo dari sisi lambung kanan.[48] Kalau Canberra tepat terkena torpedo di sisi lambung kanan, maka torpedo tersebut mungkin berasal dari kapal-kapal Sekutu yang berdekatan. Pada waktu itu kapal penjelajah Amerika Serikat Bagley adalah satu-satunya kapal yang berada di sisi lambung kanan Canberra, dan telah menembakkan beberapa torpedo beberapa saat sebelumnya.[49]

Pemandangan dari kapal penjelajah Jepang Chōkai selama pertempuran saat suar udara menerangi kapal-kapal Sekutu armada selatan.

Awak kapal Chicago menyaksikan tiba-tiba kapal yang dinaiki mereka diterangi oleh suar yang dijatuhkan dari udara, serta Canberra yang tiba-tiba berbelok di depan mereka. Mereka lalu menjadi siaga dan membangunkan Kolonel Laut Bode yang sedang "tidur lelap". Bode memerintahkan meriam 5 inci (127 mm) untuk menembakkan peluru suar ke arah kapal-kapal Jepang, namun peluru suar tersebut tidak menyala.[50] Pada pukul 01.47, sebuah torpedo, kemungkinan dari Kako datang menghantam haluan Chicago, menyebabkan guncangan ke seluruh bagian kapal hingga merusakkan pengendali meriam utama. Torpedo kedua kena, namun gagal meledak, pecahan peluru menghantam tiang utama kapal dan menewaskan dua awak kapal. Chicago berlayar ke barat selama 40 menit,[51] meninggalkan di belakangnya kapal-kapal angkut yang seharusnya dilindungi. Kapal penjelajah Chicago menembakkan meriam sekundernya ke kapal-kapal Jepang yang berada paling belakang, dan mungkin mengenai Tenryū, dan mengakibatkan kerusakan kecil. Walaupun secara teknis, komando berada di tangannya, Bode tidak lagi berusaha memaksakan perintahnya terhadap kapal-kapal Sekutu di armada selatan. Lebih parah lagi, Bode tidak mencoba memberi peringatan kepada kapal-kapal Sekutu atau mengabari personel Sekutu di kawasan Guadalkanal bahwa kapalnya sudah meninggalkan kawasan pertempuran.[52]

Sementara itu terjadi duel meriam antara Patterson dengan armada Jepang. Patterson terkena tembakan meriam di bagian buritan yang mengakibatkan kerusakan sedang dan menewaskan 10 awak kapal. Patterson terus mengejar dan menembak ke arah kapal-kapal Jepang, dan kemungkinan mengenai Kinugasa hingga rusak sedang.[53] Patterson sudah tidak lagi melihat kapal-kapal Jepang yang sudah berlayar ke arah timur laut sepanjang pantai timur Pulau Savo.[54] Awak kapal Bagley yang melihat armada Jepang tidak lama setelah Patterson dan Canberra, melakukan satu putaran penuh ke arah lambung kiri sebelum menembakkan torpedo ke iring-iringan kapal Jepang yang sudah mulai menghilang. Satu atau dua di antaranya mungkin mengenai Canberra. Setelah itu, Bagley tidak berperan lebih lanjut dalam pertempuran.[55] Yunagi dan Jarvis saling tembak-menembak namun tidak berhasil menyebabkan kerusakan. Yunagi lalu meninggalkan kawasan pertempuran ke arah barat, dengan maksud bergabung dengan iring-iringan armada Jepang di utara dan barat Pulau Savo.[56]

Pada pukul 01.44, setelah kapal Mikawa berlayar menuju ke armada utara Sekutu, Tenryū dan Yūbari memisahkan diri dari armada Jepang, dan mengambil arah yang lebih ke barat. Jejak Yūbari dan Tenryū diikuti oleh Furutaka yang kemungkinan mengalami masalah dengan kemudi,[57] atau berusaha menghindari kemungkinan tabrakan dengan Canberra. Dengan demikian, armada utara Sekutu hampir dalam keadaan terkepung karena kapal-kapal Jepang datang mendekat dari dua arah.[58]

Pertempuran di utara Pulau Savo

Peta pertempuran di timur laut Pulau Savo.

Pada saat kapal-kapal Mikawa menyerang armada selatan Sekutu, nakhoda tiga kapal penjelajah Amerika Serikat dari dari armada utara sedang tidur, sementara kapal-kapal mereka berlayar dengan tenang pada kecepatan 10 knot (19 km/h).[59] Walaupun awak kapal di atas ketiga kapal-kapal tersebut melihat terangnya suar dan tembakan meriam dari pertempuran di selatan Pulau Savo, atau menerima peringatan dari Patterson tentang adanya kapal-kapal musuh memasuki wilayah, kapal-kapal Sekutu perlu waktu beberapa lama sebelum menaikkan tingkat siaga dari Siaga II ke Siaga I.[60] Pada pukul 01.44, kapal penjelajah Jepang mulai menembakkan torpedo ke armada utara Sekutu. Pada pukul 01.50, Jepang mengarahkan lampu sorot berkekuatan tinggi ke tiga kapal penjelajah armada utara, dan membuka tembakan meriam.[53]

Awak anjungan USS Astoria segera memerintahkan semua awak dalam posisi tempur setelah melihat cahaya suar di selatan Pulau Savo, sekitar pukul 01.49. Pada pukul 01.52, tak lama setelah diterangi lampu sorot Jepang dan peluru meriam mulai berjatuhan di sekitar kapal, awak pembidik meriam utama Astoria melihat kapal penjelajah Jepang dan melepaskan tembakan. Kapten kapal Astoria terbangun dari tidur dan sadar bahwa kapalnya bertempur, langsung berlari ke anjungan dan memerintahkan agar tembakan dihentikan karena khawatir tembakan dari kapalnya mungkin mengenai kapal-kapal dari armada sendiri. Sementara tembakan meriam masih gencar berjatuhan di sekeliling kapal, tidak kurang dari semenit kemudian, kapten kapal memerintahkan agar Astoria balas menembak. Meskipun demikian, meriam-meriam Chōkai sudah berada jarak tembak optimal, dan Astoria dengan cepat terkena oleh sejumlah tembakan meriam dan terbakar.[61] Dari pukul 02.00 sampai 02.15, Aoba, Kinugasa, dan Kako membantu Chōkai menembaki Astoria hingga menghancurkan kamar mesin kapal dan menghentikan laju kapal yang sedang terbakar itu. Pada pukul 02.16, salah satu turet meriam Astoria yang masih operasional menembak ke arah lampu sorot Kinugasa, namun luput dan mengenai turet depan Chōkai hingga membuatnya bungkam dan menyebabkan kerusakan sedang.[62]

Kapal penjelajah USS Quincy melihat suar yang dijatuhkan pesawat-pesawat Jepang di atas kapal armada selatan, dan juga menerima pesan peringatan dari Patterson. Ketika Quincy baru saja membunyikan perintah siap di pos tempur ketika diterangi oleh lampu-lampu sorot armada Jepang. Kapten kapal Quincy memberikan perintah untuk mulai menembak, tapi awak meriam belum siap. Hanya dalam beberapa menit, Quincy terlibat dalam baku tembak antara Aoba, Furutaka, dan Tenryū. Quincy terkena secara telak dan terbakar. Kapten kapal lalu memerintahkan awaknya untuk mengubah arah ke timur armada Jepang. Namun ketika baru saja berganti arah, Quincy dihantam dua torpedo yang dilepaskan Tenryū hingga rusak parah. Quincy masih dapat menembakan beberapa salvo meriam. Salah satunya mengenai ruang peta Chōkai yang berada sejauh 6 meter dari Laksamana Mikawa, serta menewaskan atau melukai 36 awak kapal. Mikawa sendiri tidak terluka. Pukul 02.10, tembakan-tembakan meriam Jepang menewaskan dan melukai hampir semua awak anjungan Quincy, termasuk kapten kapal. Pada pukul 02.16, Quincy kembali dihajar sebuah torpedo yang dilepaskan Aoba, dan meriam kapal yang tersisa bungkam. Asisten perwira Quincy diutus ke anjungan untuk meminta instruksi, dan melaporkan keadaan yang dilihatnya:

Ketika aku sampai di lantai anjungan, aku melihatnya penuh dengan serakan mayat, dan hanya tiga atau empat awak yang masih hidup. Di ruang kemudi, satu-satunya awak yang selamat adalah juru isyarat yang sedang memegang kemudi, dan berusaha dengan sia-sia mengoreksi kemiringan kapal untuk membawanya ke pelabuhan. Setelah bertanya kepadanya, aku diberi tahu bahwa kapten kapal yang pada waktu itu terbujur di dekat kemudi, memberi instruksi kepadanya untuk mengandaskan kapal ke pantai, dan dirinya sedang berusaha membawa kapal ke Pulau Savo yang jauhnya sekitar empat mil (6 km) arah lambung kiri buritan. Aku melangkah ke sisi lambung kiri ruang kemudi, dan melihat ke luar untuk melihat apakah pulau sudah dekat ketika menyadari kapal sudah miring dengan cepat ke arah lambung kiri, dan mulai tenggelam pada bagian haluan. Kapten berdiri tegak hanya untuk beberapa saat, untuk kemudian terjatuh. Kelihatannya dia sudah meninggal, tanpa mengucapkan sepatah kata pun kecuali sebuah erangan.

Quincy tenggelam, dimulai mulai dari haluan pada pukul 02.38.[63]
Dengan lampu-lampu sorotnya, kapal penjelajah Jepang Yūbari menyoroti armada utara kapal-kapal Sekutu.
Seperti halnya Quincy dan Astoria, Vincennes juga melihat suar udara di selatan, dan bahkan benar-benar menyaksikan tembakan-tembakan meriam dari pertempuran laut selatan Pulau Savo. Pada pukul 01.50, ketika kapal-kapal penjelajah Amerika diterangi lampu-lampu sorot Jepang, Vincennes ragu-ragu memulai tembakan karena mengira lampu-lampu sorot tersebut kemungkinan berasal dari kapal-kapal kawan. Tidak lama setelah itu, Kako mulai menembaki Vincennes yang langsung membalas dengan tembakan meriam pada pukul 01.53.[64] Setelah Vincennes mulai terkena telak oleh peluru-peluru meriam Jepang, komandan kapal Kolonel Laut Frederick L. Riefkohl memerintahkan kecepatan ditambah hingga 25 knot (46 km/h), namun beberapa saat kemudian, Vincennes terkena torpedo dari Chōkai pada pukul 01.55 dan menyebabkan kerusakan berat. Kinugasa ikut membantu Kako berulang-ulang menembaki Vincennes. Satu tembakan dari Vincennes mengenai Kinugasa yang menyebabkan kerusakan sedang pada mesin kemudi. Kapal-kapal Jepang lainnya juga menembak dan Vincennes terkena tembakan hingga sebanyak 74 kali. Pada pukul 02.03, sebuah torpedo, kali ini dari Yūbari, kembali mengenai sasarannya di Vincennes. Setelah semua ruang boiler hancur, Vincennes berhenti melaju, kebakaran "di mana-mana" dan miring ke arah lambung kiri. Pukul 02.16, Riefkohl memerintahkan bawahannya untuk meninggalkan kapal, dan setelah itu Vincennes tenggelam pada pukul 02.50.[65]

Dalam pertempuran ini, kapal perusak Helm dan Wilson berusaha keras untuk dapat melihat kapal-kapal Jepang. Kedua kapal perusak itu sempat menembak ke arah kapal penjelajah Mikawa, namun sama sekali tidak menyebabkan kerusakan apa pun pada kapal-kapal Jepang. Keduanya juga tidak menderita kerusakan sedikit pun.[66]

Pada pukul 02.16, armada Jepang berhenti menembak ke arah armada utara Sekutu karena kapal-kapal Sekutu sudah berada di luar jangkauan tembak di sisi utara Pulau Savo. Ralph Talbot memergoki dengan Furutaka, Tenryū, dan Yūbari sewaktu mereka mundur dari Pulau Savo. Kapal-kapal Jepang menyoroti Ralph Talbot, dan beberapa tembakan meriam dengan telak mengenainya, serta menyebabkan kerusakan berat. Namun Ralph Talbot melarikan diri ke arah hujan badai yang berada di dekatnya, dan kapal-kapal Jepang membiarkannya pergi.[67]

Keputusan Mikawa

Pukul 02.16 Mikawa berunding dengan para staf mengenai apakah mereka harus berbelok untuk melanjutkan pertempuran dengan kapal-kapal perang Sekutu yang tersisa, dan mencoba menenggelamkan kapal angkut Sekutu yang sedang berada di dua area jangkar. Beberapa faktor memengaruhi keputusan utama dari Mikawa. Kapal-kapalnya sudah tersebar dan perlu waktu beberapa lama untuk berkumpul kembali.[68] Kapal-kapalnya perlu mengisi ulang tabung-tabung torpedo, dan itu merupakan tugas padat karya yang akan memakan waktu. Mikawa juga tidak tahu jumlah dan lokasi kapal-kapal Sekutu yang tersisa, dan kapalnya sudah menghabiskan begitu banyak amunisi yang dibawa.[69]

Satu hal yang terpenting, Mikawa tidak memiliki perlindungan udara dan percaya bahwa ada kapal induk Amerika Serikat yang sedang berada di kawasan itu. Mikawa mungkin menyadai bahwa Angkatan Laut Jepang tidak lagi memiliki kapal penjelajah berat yang sedang dalam tahap produksi. Oleh karena itu, Jepang diperkirakannya tidak dapat mengganti kapal-kapal yang mungkin akan tenggelam akibat serangan udara bila ia tetap bertahan di dekat Guadalkanal.[70] Mikawa tidak tahu bahwa kapal-kapal induk Amerika Serikat sudah ditarik mundur dari kawasan pertempuran dan tidak akan menjadi ancaman pada keesokan harinya. Walaupun beberapa staf Mikawa mendesak untuk berlanjut dengan menyerang kapal angkut Sekutu, konsensus yang mereka ambil adalah mundur dari kawasan pertempuran.[71] Berdasarkan keputusan bersama, Mikawa pada pukul 02.20 memerintahkan kapal-kapalnya untuk mundur.[72]

Akibat

Kapal perusak Amerika Serikat Blue dan Patterson mengevakuasi awak kapal dari Canberra yang sedang terbakar.

Pada pukul 04.00 tanggal 9 Agustus Patterson menghampiri Canberra untuk membantunya memadamkan api. Pada pukul 05.00, api kelihatannya sudah dapat dikendalikan. Namun Turner yang waktu itu bermaksud menarik mundur semua kapal-kapal Sekutu sebelum pukul 06.30 memerintahkan kapal Canbera untuk ditenggelamkan saja bila tidak dapat disertakan dalam armada kapal-kapalnya. Setelah awak yang selamat dipindahkan, kapal perusak USS Selfridge dan USS Ellet menenggelamkan Canberra dengan tembakan torpedo dan meriam.[73]

Masih di pagi yang sama tanggal 9 Agustus, Jenderal Vandegrift memberitakan kepada Laksamana Turner bahwa pasukannya membutuhkan lebih banyak perbekalan yang diturunkan dari kapal-kapal angkut sebelum mereka ditarik mundur. Oleh karena itu, Turner menunda penarikan mundur kapal-kapalnya hingga sore hari. Sementara itu, awak kapal Astoria berusaha keras untuk menyelamatkan kapal mereka yang hampir tenggelam. Namun kebakaran di Astoria akhirnya menjadi tidak terkendalikan lagi, dan kapal itu tenggelam pada pukul 12.15.[74]

Pada pagi tanggal 9 Agustus, sebuah kapal Coastwatchers Australia dari Bougainville menyampaikan peringatan lewat radio akan adanya serangan udara Jepang yang sudah diberangkatkan dari Rabaul. Awak kapal angkut Sekutu sempat menghentikan kegiatan membongkar muatan untuk sementara, tapi menjadi bingung ketika serangan udara tidak juga tiba. Sekutu tidak mengetahui hingga perang berakhir kalau serangan udara Jepang yang dinanti waktu itu hanya ditujukan terhadap kapal perusak Jarvis di selatan Guadalkanal, dan menenggelamkannya dengan semua awaknya. Kapal angkut dan kapal perang Sekutu semuanya telah diberangkatkan dari kawasan Guadalkanal sebelum malam 9 Agustus.[75]

Pada malam 9 Agustus 1942, Mikawa dari atas Chōkai melepas empat kapal penjelajah dari Divisi Penjelajah 6 untuk kembali ke pangkalannya di Kavieng. Pada pukul 08.10 tanggal 10 Agustus, kapal penjelajah Kako terkena torpedo dan ditenggelamkan oleh kapal selam USS S 44 110 kilometer (70 mil) sebelum sampai di tujuan. Ketiga kapal penjelajah Jepang lainnya berhasil menyelamatkan semua awak Kako yang selamat (71 awak diperkirakan hilang atau tewas), sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kavieng.[76]

Dari waktu pertempuran hingga beberapa bulan kemudian, hampir semua perbekalan Sekutu dan bala bantuan dikirim ke Guadalkanal dengan kapal angkut dalam konvoi-konvoi kecil, terutama pada siang hari, ketika ada perlindungan dari pesawat-pesawat Sekutu yang berpangkalan di Hebrida Baru dan Lapangan Udara Henderson, serta pesawat-pesawat terbang yang ada di kapal-kapal induk. Pada waktu itu, pasukan Sekutu di Guadalkanal tidak menerima amunisi dan perbekalan yang cukup untuk bertahan dari sejumlah serangan-serangan Jepang untuk merebut Guadalkanal.[77]

Meskipun kalah dalam Pertempuran Pulau Savo, Sekutu akhirnya memenangi pertempuran mempertahankan Guadalkanal yang merupakan pencapaian penting sebelum akhirnya mengalahkan Jepang dalam perang. Keputusan Mikawa untuk tidak ambil risiko dengan mengejar kapal-kapal angkut Sekutu pada pagi hari 9 Agustus kemungkinan dapat mengakhiri kampanye Guadalkanal pada tahap awal, dan arah jalannya perang di Pasifik Selatan mungkin dapat berbeda jauh. Meskipun kapal-kapal perang Sekutu di Guadalkanal menerima kekalahan telak dari Jepang, misi mereka untuk melindungi kapal-kapal angkut penting Sekutu dari bahaya tetap terlaksana. Selama berbulan-bulan berikutnya, sebagian besar dari kapal-kapal angkut yang sama kemudian dipakai berulang kali ke Guadalkanal membawa perbekalan penting dan bala bantuan untuk pasukan Sekutu. Keputusan Mikawa untuk tidak menghancurkan kapal-kapal angkut Sekutu meskipun waktu itu ada kesempatan nantinya terbukti sebagai kesalahan strategis yang penting di pihak Jepang.[78]

Lukisan Jepang dari masa Perang Dunia II yang menggambarkan kehancuran tiga kapal penjelajah Amerika Serikat oleh kapal-kapal perang Jepang di Pulau Savo.
Sebuah komisi penyelidik resmi Angkatan Laut Amerika Serikat yang dikenal sebagai Komisi Investigasi Hepburn selanjutnya menyiapkan sebuah laporan mengenai pertempuran ini. Komisi mewawancarai hampir semua perwira utama Sekutu yang terlibat peristiwa ini selama beberapa bulan terhitung Desember 1942.[79] Laporan hanya berisi rekomendasi pemberian tindakan disipliner secara formal kepada seorang perwira, yakni Kolonel Laut Howard D. Bode. Laporan komisi tidak sampai merekomendasikan tindakan formal terhadap perwira-perwira Sekutu yang lain, termasuk Laksamana Fletcher, Turner, McCain, Crutchley, dan Kolonel Laut Riefkohl. Karier Turner, Crutchley, dan McCain tampaknya tidak terpengaruh oleh kekalahan mereka dalam Pertempuran Pulau Savo atau kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Meskipun demikian, Riefkohl tidak pernah lagi bertugas sebagai kapten kapal. Setelah mengetahui bahwa isi laporan yang diterbitkan komisi ternyata sangat kritis terhadap tindakan-tindakannya, Kolonel Laut Bode menembak dirinya sendiri di tempat tinggal perwira di Balboa, Zona Kanal Panama pada 19 April 1943, dan meninggal dunia pada hari berikutnya.[80] Crutchley mendapat anugerah Legion of Merit kelas Chief Commander pada September 1944. Laksamana Yamamoto menyampaikan sebuah pesan ucapan selamat kepada Mikawa atas kemenangannya di Pulau Savo, "Keberanian dan kegigihan bertempur setiap orang dalam organisasi Anda sangat dihargai. Saya berharap Anda masih dapat meningkatkan prestasi dan terus berusaha sekuat tenaga mendukung pasukan angkatan darat kekaisaran yang sekarang sedang berjuang mati-matian." Namun, ketika Mikawa kemudian diketahui telah melewatkan kesempatan menghancurkan kapal-kapal angkut Sekutu, Laksamana Yamamoto menerima kritikan bertubi-tubi dari para rekannya.[81] Laksamana Turner kemudian berkomentar mengenai alasan armadanya kalah begitu telak dalam pertempuran:

Angkatan Laut Amerika Serikat masih terobsesi oleh perasaan superioritas mental dan teknis yang kuat dibandingkan musuh. Meskipun terdapat bukti yang cukup mengenai kemampuan lawan, sebagian besar tentara dan perwira kita memandang rendah musuh dan merasa mereka adalah pemenang yang pasti dalam semua pertempuran di bawah kondisi apa pun. Hasil bersih dari semua ini adalah letargi pikiran yang fatal yang disebabkan oleh suatu keyakinan tanpa kesiapan, dan penerimaan rutin terhadap standar-standar perilaku di masa damai yang usang. Saya percaya bahwa faktor psikologis ini, sebagai sebab kekalahan kita, adalah lebih penting daripada unsur pendadakan.[82]

Sejarawan Richard B. Frank menambahkan bahwa, "Letargi pikiran ini tidak akan sembuh secara menyeluruh tanpa beberapa pukulan keras terhadap kebanggaan Angkatan Laut (Amerika Serikat) di sekitar Guadalkanal, tapi setelah Savo, Amerika Serikat bangun kembali dari atas geladak dan bersiap untuk melakukan pertempuran paling ganas dalam sejarah."[82]

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 306–307.
  2. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 100–101.
  3. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 100.
  4. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 121. Rincian korban tewas di pihak Sekutu menurut kapal: Quincy-389, Vincennes-342, Astoria-235, Canberra-85, Ralph Talbot-14, Patterson-10, dan Chicago-2. Walaupun Jarvis tenggelam kemudian pada 9 Agustus berikut seluruh awak kapal (233), kerugian ini biasanya dianggap sebagai peristiwa terpisah dari Pertempuran Pulau Savo. Chicago dalam perbaikan hingga Januari 1943. Ralph Talboth diperbaiki di Amerika Serikat. hingga November 1942. Patterson diperbaiki di lokasi.
  5. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 117. Rincian korban tewas di pihak Jepang menurut kapal: Chōkai-34, Tenryū-23, dan Kinugasa-1. Walaupun Kako tenggelam keesokan harinya (10 Agustus) sebelum mencapai pelabuhan asal di Kavieng sekaligus menewaskan 71 awak kapal, kerugian ini biasanya dianggap sebagai peristiwa terpisah dari Pertempuran Pulau Savo. Semua kapal-kapal penjelajah Jepang yang rusak diperbaiki di tempat.
  6. ^ Hogue, Pearl Harbor to Guadalcanal, hal. 235-236
  7. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 14.
  8. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 621-624
  9. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 14–15.
  10. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 90–103.
  11. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 80.
  12. ^ Hammel, Carrier Clash, hal. 99.
  13. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 104–105; Frank Guadalcanal hal. 94; dan Morison Struggle for Guadalcanal, hal. 28.
  14. ^ Lundstrom, Black Shoe Carrier Admiral, hal. 368–385.
  15. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 59.
  16. ^ Frank, hal. 87; Loxton, hal. 126. Armada 8 juga dinamai Armada Laut Selatan Luar dan termasuk Divisi Penjelajah ke-6 dan ke-18.
  17. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hal. 193–194, Coombe, Derailing the Tokyo Express, hal. 21. Setelah dua kapal angkut yang mengangkut pasukan diperintahkan untuk memutar haluan dan kembali ke Rabaul, satu di antaranya, Meiyo Maru ditenggelamkan berikut 373 penumpang dan awaknya yang tewas oleh kapal selam USS S-38 (SS-143)USS ''S-38'' di dekat Tanjung St George, Bougainville pada pukul 21.25 tanggal 8 Agustus 1942. Tenggelamnya Meiyo Maru sering dianggap sebagai peristiwa terpisah dari Pertempuran Pulau Savo.
  18. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 43–44. Persiapan Jepang menghadapi pertempuran malam termasuk di antaranya prajurit pengintai yang dilatih secara intensif untuk operasi malam, penggunaan perangkat optik yang dirancang secara khusus untuk pengintaian malam hari, torpedo tipe 93, penggunaan pesawat terbang laut yang dibawa oleh kapal tempur/kapal penjelajah untuk menjatuhkan suar, serta latihan-latihan malam yang dilakukan secara realistis.
  19. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 19, Coombe, Derailing the Tokyo Express, hal. 21.
  20. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 126.
  21. ^ Toland, John, The Rising Sun: The Decline and Fall of the Japanese Empire 1936–1945, Random House, 1970, hal. 355.
  22. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 88. Pesawat terbang laut yang diberangkatkan Mikawa termasuk 3 Aichi E13A "Jakes" dan satu Kawanishi E7K2 "Alf". Satu pesawat Jake ditembak jatuh oleh pesawat yang berpangkalan di USS Wasp, dan semua awaknya tewas. (Loxton, Shame of Savo, hal. 129).
  23. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 139–150. Kesalahan identifikasi dua kapal penjelajah Mikawa sebagai kapal induk pesawat terbang laut oleh awak pesawat Hudson pertama, mungkin disebabkan oleh keadaan kapal-kapal Jepang yang tersebar dalam kawasan yang luas, serta para kru Hudson juga melihat kembalinya sebuah pesawat terbang laut ke salah satu kapal Jepang. Laporan awak Hudson yang pertama tidak diterima oleh radio karena stasiun Fall River waktu itu sedang dipadamkan setelah adanya peringatan serangan udara. Ketika awak Hudson yang kedua mencoba meradiokan penampakan armada Mikawa, stasiun radio Fall River menolak untuk menerima laporan mereka. Awak pesawat Hudson justru ditegur untuk pelanggaran pendiaman radio. Loxton mengatakan bahwa pernyataan Morison, Dull, Richard Newcomb, dan sejarawan-sejarawan lain yang mengatakan bahwa awak Hudson pertama tidak berusaha menyampaikan laporan pandangan mata mereka melalui radio. Mereka dituduh mengakhiri patroli mereka dengan santai dan seperti biasanya, serta sempat "minum teh" sebelum menyampaikan laporan mereka di Teluk Milne, sebagai "desas-desus yang keterlaluan" atau "fitnah" karena bertentangan dengan apa yang ia temukan dalam penelitiannya.
  24. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 20.
  25. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 89–92.
  26. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hal. 195.
  27. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 99.
  28. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 80–81.
  29. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 32.
  30. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 96–97.
  31. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 165-166
  32. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hal. 197. Menurut Dull saat itu pukul 00.44, menurut Loxton pukul 00.53 (Shame of Savo, hal. 171), Morison 00:54 (Struggle for Guadalcanal, hal. 35), dan Frank mengatakan saat itu pukul 00.50 (Guadalcanal, hal. 103).
  33. ^ a b Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 36.
  34. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 103.
  35. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 171.
  36. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 103. Morison menyatakan Blue setelah itu melihat sebuah "sekunar bantu Jepang" di area yang sama, namun tidak memberikan bukti kuat alasan Morison atau Blue percaya sekunar itu berbendera Jepang (Struggle for Guadalcanal, hal. 55). Loxton menyatakan Blue memutuskan sekunar itu "tidak berbahaya" (Loxton, Shame of Savo, hal. 216).
  37. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 171–173.
  38. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hal. 197.
  39. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 103–104.
  40. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 176–177.
  41. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 178.
  42. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 36–37.
  43. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 104.
  44. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 179–180.
  45. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 206–207.
  46. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 37.
  47. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 180–184.
  48. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 105. Frank tidak percaya torpedo Jepang mengenai Canberra, dan tidak juga membahas kemungkinan kapal itu terkena tembakan torpedo dari kapal Sekutu.
  49. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 185–205. Loxton sangat yakin bahwa Canberra terhantam oleh sebuah torpedo dari Bagley, berdasarkan saksi mata yang selamat, catatan kapal, dan perkiraan kerusakan. Morison (Struggle for Guadalcanal, hal. 37–38.) mengatakan bahwa Canberra dihantam oleh dua torpedo pada sisi lambung kanan namun percaya keduanya tidak berasal dari kapal Jepang.
  50. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 39.
  51. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 213.
  52. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 105–106.
  53. ^ a b Frank, Guadalcanal, hal. 107.
  54. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 207.
  55. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 38–39.
  56. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hal. 199. Awak kapal Chicago menyaksikan baku tembak antara Jarvis dan Yunagi (Loxton, Shame of Savo, hal. 208).
  57. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 208.
  58. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 107–108.
  59. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 40–47.
  60. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 217–221.
  61. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 41–44. Perintah yang dikeluarkan kapten kapal Astoria setelah tiba di anjungan adalah, "Topper, Aku pikir kita sedang menembaki ke arah kapal-kapal kita sendiri. Jangan terlalu semangat dan bertindak terburu-buru! Hentikan tembakan!" Perwira meriam Astoria menjawab perintah tersebut "Demi Tuhan beri perintah untuk memulai tembakan!" Kapten kapal setelah menyaksikan tembakan salvo keempat dari Chōkai mengatakan, "Tidak peduli kapal sendiri atau kapal lawan, kita harus menghentikan mereka. Mulai menembak!" (Loxton, Shame of Savo, hal. 226–227.)
  62. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 231.
  63. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 111–113.
  64. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 47.
  65. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 225–228.
  66. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 114.
  67. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 50–51.
  68. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 115.
  69. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hal. 201.
  70. ^ Toland, John, ibid, hal. 362.
  71. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 237–239.
  72. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 53.
  73. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 117–118.
  74. ^ Morison, Struggle for Guadalcanal, hal. 57–59.
  75. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 250–253. Jarvis berhasil menembak jatuh dua dari pesawat-pesawat Jepang yang menyerangnya. Kedua awak pesawat tersebut tidak pernah ditemukan kembali.
  76. ^ Dull, Imperial Japanese Navy, hal. 203.
  77. ^ Murray, War to be Won, hal. 211–215.
  78. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 121.
  79. ^ Frank, Guadalcanal, hal. 122.
  80. ^ Shanks, Sandy, The Bode Testament: Author's Interview, [1] and Hackett, CombinedFleet.com.
  81. ^ Loxton, Shame of Savo, hal. 267.
  82. ^ a b Frank, Guadalcanal, page 123.

Referensi

Pranala luar

Bacaan selanjutnya

  • Custer, Joe James (1944). Through the Perilous Night: The Astoria's Last Battle. The Macmillan Company. ISBN B0007DXLUG (ASIN) Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  • D'Albas, Andrieu (1965). Death of a Navy: Japanese Naval Action in World War II. Devin-Adair Pub. ISBN 0-8159-5302-X. 
  • Hammel, Eric (1999). Carrier Clash: The Invasion of Guadalcanal & The Battle of the Eastern Solomons August 1942. St. Paul, MN, USA: Zenith Press. ISBN 0-7603-2052-7. 
  • Kilpatrick, C. W. (1987). Naval Night Battles of the Solomons. Exposition Press. ISBN 0-682-40333-4. 
  • Lacroix, Eric (1997). Japanese Cruisers of the Pacific War. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-311-3. 
  • Ōmae, Toshikazu (1986 (2nd Edition)). "The Battle of Savo Island". The Japanese Navy in World War II: In the Words of Former Japanese Naval Officers. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-316-4. 
  • Warner, Denis Ashton (1992). Disaster in the Pacific: New Light on the Battle of Savo Island. Naval Institute Press. ISBN 0-87021-256-7.