Rolls-Royce plc

Produsen mesin pesawat

Rolls-Royce Holdings plc adalah sebuah perusahaan multinasional asal Inggris yang melalui banyak anak usahanya mendesain, memproduksi, dan mendistribusikan mesin untuk pesawat dan lain sebagainya. Rolls-Royce Holdings berkantor pusat di Westminster, London.[3] Perusahaan ini adalah produsen mesin pesawat terbesar kedua di dunia,[4] dan juga menjadi pemain besar di bisnis mesin kapal dan pembangkitan energi. Pada tahun 2011, Rolls-Royce juga merupakan kontraktor pertahanan terbesar ke-16 di dunia.[5][6][7]

Rolls-Royce Holdings plc
Perseroan Terbatas
Kode emitenLSE: RR.
IndustriDirgantara, pembangkitan energi, dan mesin kapal
Didirikan1906 (sebagai Rolls-Royce Limited)
1971 (dinasionalisasi menjadi Rolls-Royce (1971) Limited)
1978 (dinamai ulang menjadi Rolls-Royce plc)
1987 (diprivatisasi sebagai Rolls-Royce plc)
Mei 2003 (sebagai perusahaan induk - Rolls-Royce Group plc)[1]
PendiriCharles Rolls dan Henry Royce
Kantor
pusat
Buckingham Gate, Westminster, London, Inggris
Tokoh
kunci
Ian Davis (Chairman)
Warren East (CEO)
ProdukMesin pesawat sipil & militer
Mesin kapal
Alat pembangkit energi
Pendapatan£13.736 milliar (2014)[2]
£1.390 milliar (2014)[2]
£0.058 milliar (2014)[2]
Karyawan
54.100 (2014)[2]
Situs webrolls-royce.com

Rolls-Royce tercatat di London Stock Exchange dan juga merupakan salah satu komponen di FTSE 100 Index. Pada bulan Juni 2013, Rolls-Royce memiliki kapitalisasi pasar senilai £22.22 milliar, terbesar ke-24 dari seluruh perusahaan yang tercatat di London Stock Exchange.[8]

Sejarah sunting

 
Mesin Rolls-Royce Merlin untuk pesawat Avro York

1906 - 1971 sunting

Rolls-Royce Limited didirikan pada tahun 1906 oleh Henry Royce dan Charles Rolls di Midland Hotel, Manchester, sebagai produsen mobil mewah, sebelum akhirnya juga berdiversifikasi ke produksi mesin pesawat. Produksi mobil mewah ini tetap berlangsung hingga akhirnya dipisahkan pada tahun 1973 sebagai Rolls-Royce Motors.

 
Rolls-Royce Merlin sedang dirakit, pada tahun 1942

Rolls-Royce memproduksi mesin pesawat pertamanya, Rolls-Royce Eagle, pada tahun 1914. Bahkan, hampir setengah dari seluruh mesin pesawat yang dipakai oleh Sekutu pada Perang Dunia I diproduksi oleh Rolls-Royce. Hingga akhir dekade 1920an, produksi mesin pesawat ini pun menjadi bisnis utama Rolls-Royce. Rolls-Royce Merlin, yang diluncurkan pada tahun 1935 pun menjadi mesin terakhir yang didesain oleh Henry Royce, karena ia meninggal dunia pada tahun 1933. Mesin inipun dipakai oleh Supermarine S.6B, yang pada akhirnya dapat mencetak rekor kecepatan baru hingga 400 mil/jam pada ajang Schneider Trophy tahun 1931. Merlin juga dipakai di beberapa pesawat tempur pada Perang Dunia II, seperti Hawker Hurricane, Supermarine Spitfire, De Havilland Mosquito, Avro Lancaster, dan juga P-51 Mustang, di mana Merlin dirakit oleh Packard dibawah lisensi dari Rolls-Royce. Merlin bahkan disebut-sebut memiliki kontribusi yang cukup besar dalam kemenangan pihak Sekutu pada Perang Dunia II.[9] Tercatat, 160.000 unit Merlin berhasil diproduksi oleh Rolls-Royce.

Pasca Perang Dunia II, Rolls-Royce berhasil mengembangkan Dart dan Tyne, yang memiliki tenaga yang sangat besar, sehingga waktu tempuh penerbangan antar benua dapat dihemat secara signifikan. Tercatat, Dart dipakai di Argosy, Avro 748, Friendship, Herald, dan Viscount, sementara Tyne yang lebih bertenaga dari Dart dipakai di Atlantic, Transall, dan Vanguard.

Mesin Rolls-Royce sejak awal selalu diberi nomor seri, yang diawali dengan inisial "RB", kependekan dari "Rolls-Royce Barnoldswick"[10] (Barnoldswick adalah tempat salah satu pabrik Rolls-Royce). Tiap mesin juga diberi nama sesuai dengan nama sungai di Inggris. Penggunaan nama sungai ini dimaksudkan untuk mencerminkan mesin Rolls-Royce yang memiliki tenaga yang mengalir stabil, bukan tenaga yang meledak-ledak.

Salah satu mesin jet yang diproduksi pada periode ini adalah RB163 Spey, yang dipakai di Trident, BAC 1-11, Grumman Gulfstream II & III dan juga Fokker F28. Versi militer dari Spey juga dipakai di Buccaneer S2, Phantom F4K dan F4M, dan Nimrod. Spey juga dirakit oleh Allison Engine Company dibawah lisensi, untuk A-7 Corsair II.

Pada periode ini Rolls-Royce juga memproduksi Conway, yang dipakai di Boeing 707, Douglas DC-8, Vickers VC10, dan juga Handley Page Victor Mk. II.

Selama dekade 1950an dan 1960an, upaya rasionalisasi produsen mesin pesawat di Inggris membuat Rolls-Royce harus bergabung dengan Bristol Siddeley pada tahun 1966. Bristol Siddeley, yang juga merupakan hasil penggabungan dari Armstrong Siddeley dan Bristol pada tahun 1959, telah memiliki dasar yang kuat di bisnis mesin pesawat, seperti dengan memproduksi Olympus, yang dipilih sebagai mesin untuk Concorde.

Nasionalisasi dan separasi sunting

Karena dipilih menjadi pemasok mesin tunggal untuk Lockheed L-1011 (TriStar), Rolls-Royce pun mempersiapkan RB211, namun pengembangan mesin ini terhambat masalah finansial yang dialami oleh Rolls-Royce. Untuk menyelamatkan Rolls-Royce, pada tahun 1971, pemerintah Inggris pun menasionalisasi perusahaan ini sebagai Rolls-Royce (1971) Limited.[11][12] Divisi otomotif pun dipisahkan dari divisi mesin pesawat pada tahun 1973, sebagai Rolls-Royce Motors dan akhirnya dijual ke Vickers. Pada tahun 1978, perusahaan ini kembali berganti nama menjadi Rolls-Royce plc.[12]

Privatisasi dan ekspansi sunting

Rolls-Royce plc lalu kembali diprivatisasi pada tahun 1987 dibawah pemerintahan Margaret Thatcher. Pada dekade 1980an, regulasi baru membuat Rolls-Royce dapat memasangkan mesinnya ke makin banyak jenis pesawat sipil, hingga 17 jenis pesawat berbeda, jika dibandingkan dengan General Electric yang hanya dapat memasangkan mesinnya ke 14 jenis pesawat berbeda dan Pratt & Whitney yang hanya dapat memasangkan mesinnya 10 jenis pesawat berbeda.

Pada tahun 1988, Rolls-Royce mengakuisisi Northern Engineering Industries (NEI), sebuah grup yang terdiri dari beberapa perusahaan, yakni Clarke Chapman, Reyrolle, dan Parsons. Grup ini lalu diubah namanya menjadi Rolls-Royce Industrial Power Group. Perusahaan ini lalu dijual satu-persatu setelah Rolls-Royce memutuskan untuk lebih fokus ke bisnis mesin pesawat, akibat resesi pada awal dekade 1990an.[13]

Pada tahun 1990, BMW dan Rolls-Royce bekerja sama dengan mendirikan BMW Rolls-Royce, guna memproduksi jajaran mesin BR700 untuk penerbangan regional maupun pribadi, termasuk di dalamnya, BR725 yang dipasang di Gulfstream G650.[14]

Akuisisi Allison sunting

Pada tanggal 21 November 1994, Rolls-Royce mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi Allison Engine Company,[15] sebuah perusahaan asal Amerika Serikat, yang juga bergerak di bisnis yang sama dengan Rolls-Royce. Sebelumnya, dua perusahaan ini telah lama menjalin kerja sama, yakni sejak Perang Dunia II. Akibat keterlibatan Allison di beberapa proyek rahasia Amerika Serikat, rencana akuisisi inipun diinvestigasi lebih lanjut untuk menilai apakah akuisisi ini akan membahayakan Amerika Serikat.[16] Pada tanggal 27 Maret 1995, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat pun akhirnya mengumumkan bahwa akuisisi ini tidaklah membahayakan Amerika Serikat.[17] Namun, Rolls-Royce diharuskan untuk membentuk perusahaan baru guna menangani proyek-proyek rahasia, sehingga dibentulah Allison Advanced Development Company, Inc..[17][18][19]

Akuisisi Allison senilai $525 juta (setara dengan £328 juta),[15] inipun menambah empat tipe mesin ke jajaran produk mesin sipil Rolls-Royce. Allison sekarang dikenal dengan nama Rolls-Royce Corporation, bagian dari Rolls-Royce North America.

Pada tahun 1996, Rolls-Royce dan Airbus menandatangani nota kesepahaman, yang menyatakan bahwa Rolls-Royce Trent 900 akan dipakai di pesawat Airbus A3XX, yang sekarang lebih dikenal sebagai Airbus A380.[20]

Akuisisi-Akuisisi Tahun 1999 sunting

Pada tahun 1999, Rolls-Royce mengakuisisi Vickers plc,[21] dan lalu pada tahun 2002, menjual Vickers Defence Systems ke Alvis plc, sehingga namanya pun diubah menjadi Alvis Vickers.[22]

Serangkaian akuisisi inipun membuat Rolls-Royce menjadi yang terdepan di bisnis mesin pesawat. Pada tahun 1999, BMW Rolls-Royce diubah namanya menjadi Rolls-Royce Deutschland, karena seluruh sahamnya resmi dimiliki oleh Rolls-Royce plc.[23]

Optimized Systems and Solutions (sebelumnya bernama Data Systems & Solutions) didirikan pada tahun 1999 sebagai hasil kerja sama antara Rolls-Royce plc dan Science Applications International Corporation (SAIC). Pada awal tahun 2006, SAIC keluar dari kerja sama ini, sehingga Rolls-Royce plc menjadi pemilik tunggalnya.[24]

Abad ke-21 sunting

Pada tanggal 6 April 2004, Boeing mengumumkan bahwa Rolls-Royce dan General Electric ditunjuk sebagai pemasok mesin untuk jenis pesawat terbarunya, Boeing 787 Dreamliner. Rolls-Royce pun mengajukan Trent 1000 untuk dipasang ke 787, sedangkan GE mengajukan GENX, hasil pengembangan dari GE90.[25]

Pada tanggal 13 Juni 2004, Rolls-Royce menerima kontrak senilai £110 juta dari Kementerian Pertahanan Inggris untuk memasok mesin C-130 Hercules selama lima tahun berikutnya.[26]

Pada bulan Juli 2006, Rolls-Royce berhasil mencapai kesepakatan dengan Airbus guna memasok mesin Trent XWB untuk Airbus A350 (XWB). Trent XWB adalah hasil pengembangan dari Trent 1000, yang sebelumnya juga diajukan untuk Airbus A350. Hingga bulan 2015, lebih dari 1.500 unit mesin ini telah dipasok ke 40 maskapai di seluruh dunia.[27]

Pada bulan Oktober 2006, Rolls-Royce menunda produksi dari Trent 900 akibat juga ditundanya produksi dari Airbus A380. Pada bulan Oktober 2007, Rolls-Royce akhirnya mengumumkan bahwa produksi Trent 900 telah dimulai kembali.[28] Pabrik Rolls-Royce di Derby yang mempekerjakan 11.000 orang juga terus memproduksi mesin untuk Bombardier dan Boeing.

Di sisi militer, Rolls-Royce, bekerja sama dengan beberapa produsen mesin asal Eropa lainnya, juga telah memproduksi beberapa mesin, seperti RB199, yang dipasang di Panavia Tornado, dan juga EJ200 yang dipasang di Eurofighter Typhoon. Rolls-Royce juga mematangkan LiftSystem untuk dipasang di Joint Strike Fighter (JSF) F-35 Lightning II.[29]

Pada ajang Paris Air Show tahun 2005, Rolls-Royce berhasil mendapat pesanan senilai $1 milliar. $800 juta diantaranya berasal dari Air China untuk memasok mesin ke 20 unit Airbus A330 miliknya.[30]

Pada ajang Paris Air Show tahun 2007, Rolls-Royce juga mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak dengan Qatar Airways untuk memasang Trent XWB ke 80 unit Airbus A350 yang sedang dipesan oleh Qatar Airways.[31] Pada ajang Dubai Airshow tahun 2007, Rolls-Royce juga menerima pesanan dari Emirates Airline untuk memasangkan Trent XWB ke 50 unit A350-900 dan 20 unit A350-1000 miliknya.[32]

Pada tanggal 20 November 2007, Rolls-Royce mengumumkan rencananya untuk membangun pabrik pertamanya di Asia, tepatnya di Seletar Aerospace Park, Singapura.[33] Pabrik senilai $562 juta ini akan melengkapi pabrik Derby, dengan melakukan perakitan dan pengujian terhadap Trent 1000 dan Trent XWB. Sesuai rencana, sebuah Trent 900 akan selesai dirakit dalam waktu 14 hari di pabrik ini, jauh lebih cepat dari 20 hari perakitan di Inggris. Pabrik ini awalnya diperkirakan dapat mempekerjakan 330 orang,[34] namun pada tahun 2012, tercatat 1.600 orang bekerja di pabrik ini.[35]

Pada bulan Maret 2011, Rolls-Royce dan Daimler AG meluncurkan penawaran senilai $4.2 milliar untuk membeli 100% saham di Tognum AG, pemilik MTU Friedrichshafen, dengan komposisi kepemilikan saham 50:50.[36] Rolls-Royce dan Daimler AG pun berencana untuk melepas beberapa persen sahamnya di Tognum ke publik melalui Frankfurt Stock Exchange.[36]

Pada bulan Mei 2012, Rolls-Royce memenangkan kontrak senilai £400 juta dari Kementerian Pertahanan Inggris guna mendesain reaktor nuklir untuk kapal selam terbaru Inggris.[37]

Atas akuisisi United Technologies Corporation terhadap Goodrich, pada bulan Juli 2012, Rolls-Royce mengumumkan bahwa mereka akan membeli kepemilikan saham Goodrich di Aero Engine Controls, sehingga Aero Engine Controls resmi menjadi anak usaha Rolls-Royce plc.[38]

Pada bulan Mei 2014, Rolls Royce menjual divisi turbin dan kompresornya ke Siemens seharga £785 juta.[39]

Pada bulan Juni 2014, Rolls-Royce mengumumkan penggabungan dua anak usahanya, yakni Aero Engine Controls (AEC) dan Optimized Systems and Solutions (OSyS), untuk membentuk Rolls-Royce Controls and Data Services.[40]

Pada bulan November 2014, Rolls-Royce mengumumkan bahwa mereka akan merumahkan 2.600 pegawai dalam 18 bulan kedepan.[41]

Pada tanggal 17 April 2015, diumumkan bahwa Rolls-Royce telah menerima pesanan senilai £6.1 milliar untuk memasok mesin ke 50 unit Airbus A380 milik Emirates.[42][43][44]

Rangkaian mesin sunting

 
Rolls-Royce Trent 900 on A380 prototype

Mesin dan aplikasi sipil sunting

Mesin dan aplikasi militer sunting

 
Rolls-Royce Pegasus

Turbin gas kelautan sunting

Jet air sunting

Propulsi kapal selam sunting

Referensi sunting

  1. ^ "Rolls-Royce plc history". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-05. Diakses tanggal 2016-02-16. 
  2. ^ a b c d "Annual Report 2014" (PDF). Rolls Royce. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  3. ^ "Rolls-Royce headquarters". Rolls-Royce Group plc. Diakses tanggal 28 September 2010. 
  4. ^ Wall, Robert (26 February 2014). "Rolls-Royce unveils new engine for future Boeing, Airbus planes". Bloomberg Business Week. 
  5. ^ "Defense News Top 100 for 2012". Defense News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-02. Diakses tanggal 25 May 2012. 
  6. ^ "Defense News Top 100 for 2013". Defense News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-10. Diakses tanggal 15 February 2014. 
  7. ^ Hoyos, Carola (13 February 2014). "Rolls-Royce comes down to earth". Financial Times. Diakses tanggal 15 February 2014. 
  8. ^ "FTSE All-Share Index Ranking". stockchallenge.co.uk. Diakses tanggal 15 June 2013. 
  9. ^ "Rolls Royce Merlin 20 Series". aviationshoppe.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-03. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  10. ^ Gunston 1989, p. 146.
  11. ^ The Economist 18 January 2009. U.S. print edition. "Coming in from the cold".
  12. ^ a b "Companies House - ROLLS-ROYCE PLC". Companies House. Company No. 01003142. Diakses tanggal 2 December 2015. 
  13. ^ "The crane makers". NZR Cranes. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  14. ^ "Rolls-Royce BR725 engine receives EASA Type certification". Rolls Royce plc. 24 June 2009. 
  15. ^ a b Lazonick, William & Prencipe, Andrea. "Sustaining the Innovation Process: The Case of Rolls-Royce plc" page 18. Retrieved: 18 September 2010. Archive
  16. ^ Ashbourne, Alex. Opening the US Defence Market Diarsipkan 2009-10-09 di Wayback Machine. Centre for European Reform page 6, October 2000. Retrieved: 18 September 2010.
  17. ^ a b "DoD is satisfied that deal between Allison Engine Co. and Rolls Royce does not endanger national security" United States Department of Defense, 27 March 1995. Retrieved: 3 October 2012. Archived on 14 October 2013.
  18. ^ Lorell et al Going Global? page 175, RAND Corporation, 2002. Retrieved: 18 September 2010. Archive
  19. ^ Bolkcom, Christopher. JSF: Background, Status, and Issues page CRS-4, dtic.mil, 16 June 2003. Retrieved: 18 September 2010. Archive
  20. ^ "A3XX programme gathers momentum as MoU is signed with Rolls-Royce". Flight Global. 13 November 1996. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  21. ^ "Rolls-Royce to Buy Vickers for $933 Million". New York Times. 21 September 1999. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  22. ^ "Alvis leads in UK tank race". BBC. 2 August 2002. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  23. ^ "Rolls-Royce Deutschland". EWMD. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  24. ^ "Data Systems & Solutions expands aftermarket services with Coredata acquisition". Coredata. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-17. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  25. ^ "Rolls confident on Dreamliner project". Free Library. Diakses tanggal 17 March 2013. 
  26. ^ "Penny Shares Online". 10 July 2006. Diakses tanggal 13 July 2006. 
  27. ^ "Derby's Rolls-Royce signs £340m engine support deal with Vietnam Airlines". Derby Telegraph. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-17. Diakses tanggal 21 October 2015. 
  28. ^ "Rolls-Royce settles into a launch groove for A380". Flight International. 15 October 2007. Diakses tanggal 17 October 2007. 
  29. ^ "Rolls-Royce welcomes green light on Joint Strike Fighter programme". The Manufacturer. Diakses tanggal 17 March 2013. 
  30. ^ BBC (20 July 2005). "Air China at Paris Air Show". BBC News. Diakses tanggal 13 July 2006. 
  31. ^ "Rolls-Royce inks biggest-ever sale". Flight International. 19 June 2007. Diakses tanggal 20 June 2007. 
  32. ^ "Emirates places $8.4bn order for Rolls-Royce Trent XWB". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-11-21. Diakses tanggal 14 November 2007. 
  33. ^ "Channel NewsAsia". Channel NewsAsia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-14. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  34. ^ "News". rolls-royce.com. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  35. ^ Saira Syed (2 February 2012). "Rolls-Royce gears up for Singapore production". BBC News. Diakses tanggal 2 February 2012. 
  36. ^ a b Arnott, Sarah (10 March 2011). "Rolls-Royce and Daimler bid €3.2bn for Tognum". The Independent. UK. Diakses tanggal 10 March 2011. 
  37. ^ "Rolls-Royce". BBC News. 22 May 2012. Diakses tanggal 24 May 2012. 
  38. ^ "Rolls-Royce buys out Aero Engine Controls partner Goodrich". 8 June 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-06-30. Diakses tanggal 28 June 2015. 
  39. ^ Tasim Zahid (6 May 2014). "Rolls Royce sells energy gas turbine business to Siemens". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-19. Diakses tanggal 2016-02-24. 
  40. ^ "Rolls-Royce: AEC and OSyS merge to form Controls and Data Services". 30 June 2014. Diakses tanggal 28 June 2015. 
  41. ^ "BBC News - Rolls-Royce to cut 2,600 jobs". BBC News. Diakses tanggal 21 March 2015. 
  42. ^ "Emirates A380". Emirates. Diakses tanggal 4 April 2011. 
  43. ^ "Rolls-Royce receives record £6bn engine order". BBC News. 17 April 2015. 
  44. ^ Osborne, Tony (17 April 2015). "Emirates Orders Trent 900 For Future A380s". Aviation Week & Space Technology. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 April 2015. Diakses tanggal 17 April 2015. 

Pranala luar sunting