Sabino Arana memiliki nama lengkap Sabino Policarpo Arana Goiri adalah seorang intelektual, penulis, seorang ideolog yang menciptakan ide nasionalisme Basque yang kemudian mendirikan partai politik Euzko Alderdi Jeltzalea (atau dalam Bahasa Indonesia berarti Partai Nasional Basque.[1][2][3][4]

Sabino Arana dalam Penjara Larrinaga

Riwayat Singkat

sunting

Arana lahir pada 26 Januari 1865 di Abando (sekarang masuk ke Bilbao), sebuah kota kecil di Bizkaya (masuk dalam wilayah Basque Country), Spanyol. Ayahnya bernama Santiago Arana, seorang pendukung Carlis. Sabino dan keluarganya hidup pada masa Perang Carlis di mana saat itu konflik antara dua elit kerajaan, yaitu Isabel II dengan Carles V berseteru, mengenai bentuk negara dan keberlangsungan otonomi daerah yang diatus dalam hak fueros di wilayah Navarra dan seluruh daerah Basque lainnya, Etnis basque sendiri kemudian mendukung pihak Carles V karena memperjuangkan hak fueros bagi Basque dan kemudian juga Catalunya.[1][3][5]

 
Jalan Sabino Arana, sempat menimbulkan polemik karena kubu Nasionalis Spanyol menolak, sementara Nasionalis Basque menginginkannya sebagai bentuk penghormatan terhadap Sabino Arana

Ketika Perang Carlis memasuki periode ketiga atau yang disebut sebagai Perang Carlis Ketiga, keluarga Sabino Arana pindah ke Barcelona (ibu kota Catalunya), Spanyol. Oleh ayahnya, Sabino Arana dimasukkan ke sekolah Yesuit untuk mempelajari ilmu kedokteran. Namun, karena pengaruh kakaknya, Luis Arana ia justru tidak belajar kedokteran, melainkan belajar politik, propaganda, dan ideologi.

Akhirnya pada 1883, setelah kematian ayahnya dan saudaranya, untuk membahagiakan ibunya, Sabino Arana belajar ilmu hukum di Barcelona, pada masa-masa itulah kemudian Arana mulai mendalami ide tentang nasionalisme, namun nasionalismenya adalah nasionalisme yang sempit, yang berciri pada xenofobia, rasis, dan chauvinis. Meskipun begitu, sebenarnya hanya ada dua bangsa yang dibenci oleh Sabino Arana, yaitu Prancis dan Spanyol, bahkan ia mendukung kemerdekaan Kuba pada 1888, ia lalu lebih mendalami lagi sejarah Basque, Bahasa Euskarra, dan semua hal yang berbau tentang identitas Etnis Basque sampai ia ahirnya dijuluki sebagai "bapak nasionalisme Basque" dan salah satu tokoh separatis yang ditakuti oleh Pemerintah Spanyol.[3][6][7]

Sabino Arana meninggal di penjara karena sakit di Sukarrieta, Basque, Spanyol pada tanggal 25 November 1903, pada usia 38 tahun, usia yang sangat muda untuk sebuah kematian orang sehebat Sabino Arana.[1][7]

Pemikiran

sunting

Sabino Arana dikenal sebagai seorang yang gemar membaca dan mengkaji sejarah, terutama sejarah mengenai leluhur Etnis Basque, dari Bahasa Euskara, budaya, tradisi, hingga atribut - yang kemudian saudaranya, Luis Arana menciptakan Bendera Ikkurina sebagai "bendera nasional" Basque.[6] Sabino Arana kemudian menjadi salah satu tokoh yang mengemukakan kembal tentang Bahasa Euskara, bahasa asli Etnis Basque. Bahkan Sabino Arana juga berupaya untuk melakukan neologisme (upaya memperbaharui) Bahasa Euskarra dan juga menciptakan kosakata pengganti dari Bahasa Spanyol untuk dimasukkan ke dalam kosakata Bahasa Euskarra untuk meminimalisir apapun yang berbau Spanyol.

 
Patung Sabino Arana di Bilbao, Basque Country

Semua ide-ide Arana itu kemudian ditulis di bukunya yang berjudul Bizkaya por su Independencia (dalam Bahasa Indonesia, berarti Bizkaya untuk Kemerdekaannya) pada 1889, yang isinya tentang merumuskan ide-ide dan konsep dasar nasionalisme Basque dan kemerdekaan dari Spanyol.[8] Konsep pokok identitas Nasionalisme Basque itu di dasari pada:

  • Sejarah Penghapusan Hak Fueros Basque
  • Sejarah teritorial Basque kuno, yaitu Euskadi (yang masuk wilayah Spanyol dan Prancis sekarang)
  • Perbedaan Bahasa Euskarra dengan Bahasa Spanyol
  • Menjadikan Bendera Ikkurina sebagai Bendera Nasional Basque
  • Menolak pernikahan campuran Basque dengan Non-Basque
  • Pengutukan terhadap Spanyol

Di dalam buku itu pula Sabino Arana menekankan pentingnya bahasa sebagai kunci identitas Etnis Basque untuk membedakannya dari Spanyol. Selain itu Sabino Arana juga tidak menggunakan nama Basque ataupun Vascos, tetapi Euskadi, sebuah nama dari wilayah Basque kuno yang jauh lebih dulu ada sebelum Kerajaan Spanyol berdiri sebagai sebuah negara-bangsa yang dianggapnya telah melakukan penjajahan terhadap Bangsa Basque.[9] Sabino Arana juga secara konsisten tidak lagi menyebut Basque dan Euskadi sebagai sebuah etnis dan wilayah, tetapi sebagai sebuah bangsa dan negara, ditambah dengan mobilisasi mitos asal usul Bangsa Basque. Sabino Arana juga menemukan kosakata lain untuk dimasukkan dalam kosakata Bahasa Euskarra, seperti aberri yang berarti tanah air, abertzale yang berarti patriot, dan yang paling terkenal askatasuna yang berarti kemerdekaan - yang kemudian mengilhami kelompok Euskadi Ta Askatasuna pada 1959.[1][10] Meski didasari dengan mitologi yang berlebihan dalam Bizkaya por Su Independencia, buku itu berhasil menyatukan seluruh warga Basque sebagai satu entitas politik yang bersatu dan bersama-sama menentang dominasi Castilla.

Dalam membangun nasionalisme Basque, Arana mencoba untuk membangun makna baru tentang siapa seorang Basque. Banyak orang yang tinggal di negara Basque bukan keturunan Basque. Sebagian karena ini, definisi Arana bersifat rasis; Dia menyatakan bahwa, bagi seseorang untuk menjadi Basque, keempat kakek neneknya pasti lahir di Euskadi atau diberi nama berbahasa Euskara, dan bahwa mereka harus menikahi Basque dengan "kesucian" yang serupa. Hukum bahkan ditetapkan yang melarang orang luar untuk menetap di Euskadi.[7]

 
Bendera Ikkurina karya Luis dan Sabino Arana

Mendirikan Partai

sunting

Arana mengorganisir demonstrasi publik pertama yang secara terbuka menyatakan nasionalisme Basque pada tanggal 3 Juni 1893. Euzko Alderdi Jeltzalea atau Partai Nasionalis Basque secara resmi didirikan oleh Arana pada tanggal 31 Juli 1895. Arana menulis Gora ta Gora, yang kemudian dijadikan lagu kebangsaan Basque dan slogan untuk Partai Nasionalis Basque masih digunakan sampai sekarang: Jaungoikua eta Lagizarra, yang berarti "Tuhan dan Hukum Lama." Arana dan saudaranya Luis mendesain bendera Euskadi (Ikkurina), menetapkan warna nasional Basque merah, hijau, dan putih. Warna-warna ini mewakili tanah Basque dengan dua cara: Arana menginginkan latar belakang merah sebagai simbol masyarakat, X hijau sebagai simbol hukum kuno, dan salib putih sebagai simbol kemurnian Kristus (ajaran Yesuit). Warna juga melambangkan salah satu simbol utama negara Basque; Pemangkasan merah tradisional di Tanah Air Basque putih (tanah País Vasco) yang dikelilingi oleh pegunungan hijau (Pegunungan Pyrenees).[7]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d "Buber's Basque Page: Sabino de Arana". www.buber.net. Diakses tanggal 2017-11-13. 
  2. ^ "SABINO ARANA". www.bilbaoturismo.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-13. 
  3. ^ a b c TheBiography.us. "Biography of Sabino Arana y Goiri (1865-1903)" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-14. Diakses tanggal 2017-11-13. 
  4. ^ (Skripsi) Gilang Syawal Ajiputra, Etnonasionalisme di Spanyol: Studi Tentang Konflik Separatisme Etnis Basque dan Catalan. (Jakarta: FISIP UIN Jakarta, 2017) hal. 73 - 74
  5. ^ (Skripsi) Gilang Syawal Ajiputra, Etnonasionalisme di Spanyol: Studi Tentang Konflik Separatisme Etnis Basque dan Catalan. (Jakarta: FISIP UIN Jakarta, 2017) hal. 42 - 43
  6. ^ a b (Skripsi) Gilang Syawal Ajiputra, Etnonasionalisme di Spanyol: Studi Tentang Konflik Separatisme Etnis Basque dan Catalan. (Jakarta: FISIP UIN Jakarta, 2017) hal. 72 - 73
  7. ^ a b c d "birthofnationalism". www.mtholyoke.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-28. Diakses tanggal 2017-11-13. 
  8. ^ (Skripsi) Gilang Syawal Ajiputra, Etnonasionalisme di Spanyol: Studi Tentang Konflik Separatisme Etnis Basque dan Catalan. (Jakarta: FISIP UIN Jakarta, 2017) hal. 72 - 75
  9. ^ (Skripsi) Gilang Syawal Ajiputra, Etnonasionalisme di Spanyol: Studi Tentang Konflik Separatisme Etnis Basque dan Catalan. (Jakarta: FISIP UIN Jakarta, 2017) hal. 42 - 43 dan 72 - 73
  10. ^ (Skripsi) Gilang Syawal Ajiputra, Etnonasionalisme di Spanyol: Studi Tentang Konflik Separatisme Etnis Basque dan Catalan. (Jakarta: FISIP UIN Jakarta, 2017)