Lucius Annaeus Seneca (lebih dikenal sebagai Seneca saja, atau Seneca Muda; kira-kira hidup 4 SM – 65 M) adalah seorang filsuf Stoik, negarawan, dan penulis drama Romawi pada Zaman Perak sastra Latin. Dia adalah tutor dan kemudian menjadi penasehat kaisar Nero. Dia dituduh terlibat dalam konspirasi Piso, yang bertujuan membunuh kaisar, dan dipaksa melakukan bunuh diri.[1][2] Ayahnya adalah Seneca yang Tua dan saudaranya adalah Galio, gubernur Akhaya.

Patung kepala Seneca, bagian dari herma ganda (Antikensammlung Berlin)

Keluarga dan pendidikan

sunting
 
Patung Seneca, setinggi dada dari marmer, oleh pemahat anonim dari abad ke-17, Museo del Prado.

Keluarga Seneca berasal dari Córdoba di Hispania (sekarang Spanyol di semenanjung Iberia). Seperti ayahnya, Lucius Annaeus Seneca "yang tua," ia lahir di sana. Menurut Griffin, keluarganya mungkin berasal dari Etruria atau "daerah jauh ke timur ke arah Illyria." Putra kedua dari Helvia dan Lucius Annaeus Seneca, ahli retorik yang kaya, yang dikenal sebagai "Seneca Tua". Abangnya, Galio, menjadi prokonsul di Provinsi Romawi, Achaea (Akhaya), dan disebutkan namanya dalam Alkitab Kristen.[3] Adik laki-lakinya, Annaeus Mela, mempunyai putra bernama Marcus Annaeus Lucanus, yang dikenal sebagai "Lucan".

Di Roma, Seneca dilatih dalam bidang retorik dan diperkenalkan kepada filsafat Stoik Helenistik oleh Attalus dan Sotion. Tulisan Seneca sendiri menggambarkan kesehatannya yang buruk. Pada suatu masa ia dirawat oleh bibinya; karena bibinya tinggal di Mesir dari tahun 16 sampai 31 M, kemungkinan Seneca mengunjungi tempat itu atau mungkin tinggal beberapa waktu lamanya. Kemudian Seneca dan bibinya kembali ke Roma pada tahun 31 M, dan ia membantunya dalam kampanye pertamanya untuk jabatan Magistrat Romawi.

Penasehat Imperial

sunting

Caligula mulai tahun pertamanya sebagai Kaisar pada tahun 38, dan terjadi konflik besar dengan Seneca. Dikatakan Caligula tidak membunuh Seneca hanya karena ia mengharapkan Seneca segera mati akibat kesehatannya yang buruk.

Pad tahun 41, Claudius menggantikan Caligula, dan atas permintaan istri ketiganya, Valeria Messalina, mengasingkan Seneca ke Korsika dengan tuduhan berbuat serong dengan saudara perempuan Caligula, Julia Livilla. Seneca menghabiskan waktu pengasingannya dengan belajar filsafat dan ilmu alam (kehidupan yang dianjurkan oleh pemikiran Stoik Romawi) dan menulis Consolations. Pada tahun 49, istri keempat Claudius, Agrippina yang Muda, memanggil Seneca kembali ke Roma untuk menjadi tutor bagi putranya, Nero, yang saat itu berusia 12 tahun. Pada saat Claudius mati (tahun 54), Agrippina berhasil mengumpulkan dukungan bagi Nero untuk menjadi Kaisar, mengalahkan putra Claudius, Britannicus.

Dari tahun 54 sampai 62, Seneca menjadi penasihat Nero, bersama dengan seorang prefek praetorian Sextus Afranius Burrus. Dikatakan pengaruh Seneca sangat kuat pada tahun pertama.[4] Tacitus dan Cassius Dio berpendapat bahwa pemerintahan awal Nero, pada waktu ia mendengarkan nasihat Seneca dan Burrus, sangat kompeten. Namun, Miriam Griffin beranggapan sedikit sekali bukti konkret bahwa Seneca memberi pengaruh politik kuat atas Nero, termasuk pada tahun-tahun pertamanya. Yang jelas, sumber-sumber kuno menyatakan pengaruh Seneca dan Brutus atas Nero memudar dengan waktu. Pada tahun 59, dengan enggan mereka menyetujui pembunuhan atas Agrippina, ibu kandung Nero, dan setelahnya Tacitus mencatat bahwa Seneca secara tidak jujur menulis laporan pembersihan kesalahan bagi Nero kepada Senat Romawi.[5]

Dipermalukan dan bunuh diri

sunting
 
Luca Giordano, The death of Seneca ("Kematian Seneca"; dibuat tahun 1684)

Dengan kematian Burrus pada tahun 62 dan tuduhan penggelapan uang, Seneca pensiun dan memusatkan waktunya lagi untuk belajar dan menulis buku. Pada tahun 65, Seneca dinyatakan terlibat dalam konspirasi Piso, untuk membunuh Nero. Meskipun tampaknya tidak mungkin ia bersekongkol, ia diperintahkan Nero untuk bunuh diri. Ia mengikuti tradisi dengan memotong sejumlah nadinya agar mengalami pendarahan sampai mati, dan istrinya, Pompeia Paulina, ikut melakukan hal yang sama, meskipun tidak sampai mati karena sempat tertolong.

 
Errare humanum est ("Berbuat kesalahan adalah manusiawi").

Karya-karya Seneca termasuk sedusin risalah filsafat, 124 surat (Epistulae morales ad Lucilium) yang membahas isu moral, 9 drama tragedi, sebuah satire.[6] His authorship of Hercules on Oeta has also been questioned.

Peninggalan

sunting
 
Plato, Seneca, dan Aristoteles dalam ilustrasi naskah abad pertengahan (~ 1325–35)

Seneca merupakan satu dari segelintir filsuf Romawi terkenal dari zamannya. Ia tidak hanya muncul dalam karya Dante, tetapi juga dalam karya Chaucer dan dalam jumlah besar dalam karya Petrarch, yang meniru gayanya dalam tulisan-tulisannya serta mengutipnya lebih dari sumber-sumber lain, kecuali Virgil.

Gereja Kristen mula-mula memandang Seneca dan tulisan-tulisannya dengan baik. Seorang pemimpin gereja, Tertullian, menyebutnya "Seneca kami".[7]

Dalam zaman Renaissance, edisi cetak dan terjemahan karya-karyanya menjadi lazim, termasuk edisi yang dibuat oleh Erasmus dan sebuah komentari oleh Yohanes Calvin.[8]

Referensi

sunting
  1. ^ Bunson, Matthew, A Dictionary of the Roman Empire page 382. Oxford University Press, 1991
  2. ^ Fitch, John (2008). Seneca. City: Oxford University Press, USA. hlm. 32. ISBN 9780199282081. 
  3. ^ Kisah Para Rasul 18:12–17
  4. ^ Cassius Dio claims Seneca and Burrus "took the rule entirely into their own hands," but "after the death of Britannicus, Seneca and Burrus no longer gave any careful attention to the public business" in 55 (Cassius Dio, Roman History, LXI.3–7)
  5. ^ Moses Hadas. The Stoic Philosophy of Seneca, 1958. 7.
  6. ^ Brockett, O. (2003), History of the Theatre: Ninth Ed. Allyn and Bacon. p. 50
  7. ^ Moses Hadas. The Stoic Philosophy of Seneca, 1958. 1.
  8. ^ Richard Mott Gummere, Seneca the philosopher, and his modern message, p.97.

Pranala luar

sunting