Siti Zainab
Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. |
Siti Zainab binti Kimpal (31 Desember 1935 – 21 Agustus 2014), dikreditkan sebagai Zainab, adalah seorang aktris, penyanyi, penari, dan ibu rumah tangga berkebangsaan Indonesia. Ia dikenal karena tampil dalam film produksi Singapura pada tahun 1940-an dan 1950-an bersama dengan Kasma Booty dan Siput Sarawak, serta kemampuannya dalam memerankan karakter gadis yang ramah dan mudah tersenyum. Zainab merupakan istri kedua dari ulama Zakaria bin Muhammad Amin.
Siti Zainab | |
---|---|
Lahir | Siti Zainab binti Kimpal 31 Desember 1935 Sabak Bernam, Selangor, Malaya Britania |
Meninggal | 21 Agustus 2014 Bengkalis, Riau, Indonesia | (umur 78)
Tempat pemakaman | Taman Makam Islam Harapan |
Kebangsaan | Indonesia |
Nama lain | Zainab |
Pekerjaan |
|
Tahun aktif | 1947–1951 |
Suami/istri | |
Anak | 8 |
Kehidupan awal
suntingSiti Zainab binti Kimpal dilahirkan pada 31 Desember 1935 di Sabak Bernam, Selangor, sebagai putri sulung dari tiga bersaudara pasangan Kimpal (1911–1993) dan Siti Khadijah (1910–1980).[1] Ia memiliki seorang orang adik perempuan, Hindun (1939–2014), dan seorang adik laki-laki, Kamaruddin (lahir 1949).[1] Zainab menyelesaikan pendidikannya di sekolah rakyat dan sekolah agama.[1]
Kehidupan pribadi
suntingZainab menikah dengan seorang ulama Indonesia yaitu Zakaria bin Muhammad Amin pada tahun 1956, dari pernikahannya ini mereka dikaruniai tujuh orang anak yaitu: Zulkarnain Zakaria, Nukman Zakaria, Rinie Yuslina Fairuz Zakaria, Gamal Abdul Nasir Zakaria, Rita Puspa Zakaria, Nida Suryani Zakaria, dan Sri Purnama Zakaria.[2] Pernikahan mereka berakhir dengan kematian Zakaria pada tahun 2006.[2]
Masa pensiun
suntingDalam masa pensiunnya, Zainab fokus bekerja sebagai ibu rumah tangga.[3] Ia kemudian menjadi juru masak pada berbagai acara pernikahan yang diadakan di Riau dan aktif dalam berpartisipasi pada kegiatan publik, terutama pada kegiatan keagamaan Islam.[3]
Pada hari libur, seperti pada perayaan Idulfitri, Zainab menghabiskan waktunya dengan tinggal di Bangkinang, Kampar.[3] Ia fokus menetap di Bengkalis pada tahun 1970-an dan hanya pergi ke luar kota ketika ada kerabatnya yang tinggal di daerah lain menikah atau meninggal dunia.[3] Zainab kemudian menghabiskan masa hidupnya dengan fokus mengurus keluarganya.[3]
Pada tahun 2012, Zainab tinggal bersama dengan putrinya, Nida, dan anak angkatnya, Misnah, sebagai kepala keluarga.[3]
Penyakit dan kematian
suntingPada tahun 2000, Zainab mengalami nyeri pada bagian lututnya dan mempengaruhi mobilitasnya sehingga mengharuskannya untuk menggunakan kursi roda.[3] Pada tahun 2010, ia menderita radang paru-paru dan asma yang membuatnya harus menjalani perawatan dengan menggunakan tabung oksigen.[3]
Zainab meninggal dunia di kediamannya yang berada di Kelapapati, Bengkalis, pada 21 Agustus 2014 pada pukul 08:00 WIB, akibat menderita serangan jantung di dalam usia 78 tahun.[3][4] Ia dimakamkan bersama dengan suaminya di Taman Makam Islam Harapan pada hari yang sama.[3][4]
Karier
suntingZainab memulai kariernya dengan bergabung dalam perkumpulan sandiwara Dardanella sebagai pemain.[1]
Pada tahun 1947, ia memulai kariernya sebagai penyanyi dan penari dalam perkumpulan sandiwara Bintang Berlian di Palembang.[1] Ia juga bergabung dalam perkumpulan sandiwara Sri Budaya di Kota Lubuklinggau.[1]
Sewaktu Agresi Militer Belanda I, Zainab pindah ke kota Jambi dan kemudian bergabung dalam perkumpulan sandiwara Dian.[1] Ia kemudian pindah ke Singapura dan memulai kariernya dalam industri film.[1]
Zainab kemudian menandatangani kontrak dengan Shaw Brothers Studio, ia memulai debutnya dalam dunia film dengan membintangi Nasib (1949) dan Nilam (1949).[1] Ia kemudian membintangi beberapa judul film sebagai penyanyi dan penari, diantaranya Rachun Dunia (1950), Bakti (1950), Takdir Ilahi (1950), dan Dewi Murni (1950).[1]
Pada tahun 1950, Zainab bersama dengan kedua orangtuanya pindah ke Palembang.[1] Ia kemudian bergabung dalam perkumpulan sandiwara Ratu Asia sebagai penari dan penyanyi, dan kemudian pindah ke Jakarta.[1]
Zainab memulai debutnya sebagai penyanyi dengan mengeluarkan dua buah lagu yang berjudul Sayang di Sayang dan Hari Raya, dan berhasil meraih pujian dari para penggemar musik di Jakarta.[1]
Diskografi
sunting- Sayang di Sayang
- Hari Raya
Filmografi
suntingFilm
suntingTahun | Judul | Peran | Catatan |
---|---|---|---|
1949 | Nasib | Dayang | |
1949 | Nilam | Anak | Tidak dikreditkan |
1950 | Rachun Dunia | Gadis badminton | Tidak dikreditkan |
1950 | Bakti | Penari | Film hilang |
1950 | Takdir Ilahi | Fatimah muda | Tidak dikreditkan |
1950 | Dewi Murni | Penari | Tidak dikreditkan |
Referensi
sunting- ^ a b c d e f g h i j k l m Soelin, Emsjaf (1951-6-20). "ZAINAB, Bintang Harapan Panggung Sandiwara dari Ratu Asia". Aneka.
- ^ a b Saputra, Amrizal, Wira Sugiarto, Suyendri, Zulfan Ikhram, Khairil Anwar, M. Karya Mukhsin, Risman Hambali, Khoiri, Marzuli Ridwan Al-bantany, Zuriat Abdillah, Dede Satriani, Wan M. Fariq, Suwarto, Adi Sutrisno, Ahmad Fadhli (2020-10-15). PROFIL ULAMA KARISMATIK DI KABUPATEN BENGKALIS: MENELADANI SOSOK DAN PERJUANGAN. CV. DOTPLUS Publisher. hlm. 147. ISBN 978-623-94659-3-3.
- ^ a b c d e f g h i j Kompasiana.com (2024-04-02). "Mengenal Siti Zainab: Primadona Film Singapura Asal Indonesia yang Pensiun di Usia Muda". KOMPASIANA. Diakses tanggal 2024-04-02.
- ^ a b "Siti Zainab, (1935 - 2014) - ForeverMissed.com Online Memorials". www.forevermissed.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-04-02.