Suku Nishi
Suku Nishi atau Nyishi adalah kelompok etnis terbesar di Arunachal Pradesh di India Timur Laut. Dalam bahasa Nyishi, bahasa tradisional mereka, Nyi berarti "manusia" dan kata shi berarti "makhluk". Mereka tersebar di delapan distrik di Arunachal Pradesh: Kra Daadi, Kurung Kumey, Kameng Timur, Kameng Barat, Papumpare, Lower Subansiri, Kamle, dan Pakke Kesang. Mereka juga tinggal di distrik Sonitpur dan Lakhimpur Utara di Assam.
Jumlah populasi | |
---|---|
249.824 (Sensus 2011) | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
India (Arunachal Pradesh) | |
Bahasa | |
Nyishi | |
Agama | |
Donyi-Polo, Kekristenan, Animisme |
Populasi mereka yang berjumlah sekitar 300.000 menjadikan mereka suku terbesar di Arunachal Pradesh. Bahasa Nyishi termasuk dalam rumpun bahasa Sino-Tibet, meski asal usulnya masih diperdebatkan.
Poligami merupakan hal lazim di kalangan Nyishi. Di mana ini menandakan status sosial seseorang dan stabilitas ekonomi. Namun, praktik ini semakin berkurang seiring dengan modernisasi dan juga dengan penyebaran agama Kristen. Mereka menelusuri keturunan mereka secara patrilineal dengan dibagi menjadi beberapa klan.[1]
Ekonomi
suntingNishi adalah suku petani yang mempraktikkan sistem ladang berpindah, yang dikenal sebagai rung-o. Tanaman utama di antaranya meliputi padi, jagung, mentimun, jahe, ubi jalar dan milet. Nasi adalah makanan pokok masyarakat, ditambah dengan ikan, daging berbagai hewan, umbi-umbian, dan sayuran berdaun. Sebelum sistem ekonomi pasar tiba, mereka menggunakan sistem barter. Minuman buatan lokal dikenal sebagai upo yang terbuat dari milet dan beras dan disajikan di setiap pertemuan sosial dan acara penting. Cara tradisional dalam memasak seperti fermentasi, mengukus, memanggang dan pengasapan.
Agama
suntingNyokum adalah festival yang dirayakan oleh orang-orang Nishi, untuk menghormati leluhur mereka.
Sebagian besar Nishi telah memeluk Kristen berkat usaha misionaris pada tahun 1970-an, khususnya di wilayah Papum Pare, menjadikan Kekristenan adalah agama utama di kalangan Nishi. Beberapa orang masih mengikuti agama kuno Donyi Polo.
Masalah rangkong
suntingOrang-orang Nishi secara tradisional mengenakan topi tebu yang dihiasi oleh paruh paruh burung rangkong (dikenal sebagai pudum atau padam), sehingga mengancam populasi burung rangkong.
Beberapa organisasi, seperti Arunachal Wildlife and Nature Foundation dan Wildlife Trust of India, berusaha menghentikan perburuan burung-burung ini untuk melindungi mereka dari kepunahan. Cagar alam, seperti Cagar Alam Pakke, disiapkan untuk melindungi populasi burung, sementara bahan buatan, seperti fiberglass, telah diperkenalkan sebagai pengganti paruh burung rangkong dalam pakaian Nishi.
Referensi
sunting- ^ India Ministry of Information and Broadcasting Published by Publications Division, Ministry of Information and Broadcasting, Govt. of India (1979). Arunachal Pradesh. hlm. 15–6.