Sultan Fateh Ali Tipu (bahasa Urdu: فتۃ الی تیپو) November, 1750, Devanahalli – 4 Mei, 1799, Srirangapattana), juga dikenal dengan julukan Harimau dari Mysore, adalah penguasa de facto dari Kesultanan Mysore di India dari tahun 1782 (di saat ayahnya wafat) sampai kematiannya pada tahun 1799. Ia adalah putra pertama dari Haidar Ali dengan istri ke-2nya, Fatima atau Fakhr-un-nissa.

Tipu Sultan
Sultan Mysore
Potret Tipu Sultan, 1792
Berkuasa1782–1799
PendahuluHyder Ali
AyahHyder Ali
IbuFakhr-un-nissa

Tipu Sultan, disamping perannya sebagai seorang penguasa, juga merupakan ilmuwan, prajurit dan pujangga. Walaupun ia adalah seorang Muslim, ia terkenal sangat toleran terhadap rakyatnya yang sebagian besar memeluk Hindu. Ia memenuhi permintaan Prancis untuk membangun sebuah gereja pertama di Mysore. Tipu Sultan dan Hyder Ali tidak hanya dikenal memiliki aliansi dengan Prancis dalam usaha melawan Kolonialis Inggris, tetapi juga dengan Kekaisaran Maratha, Sira, Malabar, Coorg dan Bednur. Tipu Sultan terkenal menguasai banyak bahasa.[1] Ia membantu ayahnya Haidar Ali mengalahkan Inggris di Perang Mysore Kedua, dan akhirnya bernegosiasi dalam Perjanjian Mangalore. Namun, ia dipukul mundur dalam Perang Anglo-Mysore Ketiga dan Perang Anglo-Mysore Keempat dikarenakan aliansi kuat antara British East India Company, Nizam dari Hyderabad dan negeri kecil, Travancore. Tipu Sultan meninggal karena melindungi ibu kotanya Srirangapattana, pada tanggal 4 Mei, 1799.

Sir Walter Scott, dalam komentarnya tentang abdikasi Napoleon Bonaparte pada tahun 1814, menuliskan:

"Although I never supposed that he Napoleon possessed, allowing for some difference of education, the liberality of conduct and political views which were sometimes exhibited by old Haidar Ally, yet I did think he Napoleon might have shown the same resolved and dogged spirit of resolution which induced Tippoo Saib to die manfully upon the breach of his capital city with his sabre clenched in his hand."

Referensi

sunting
  1. ^ Brittlebank, Kate. Tipu Sultan's Search for Legitimacy: Islam and Kingship in a Hindu Domain, Vol 5. Pp. 184. Oxford University Press. 

Pranala luar

sunting