Sungai Badung
Sungai Badung (Bahasa Bali: Tukad Badung) adalah sungai yang membelah kota Denpasar. Sungai ini mengalir sepanjang ±30 km [1] dari Kabupaten Badung, melewati kota Denpasar, serta bermuara di Teluk Benoa, Benoa.[2]
Sungai Badung (Tukad Badung) | |
Sungai | |
Negara | Indonesia |
---|---|
Provinsi | Bali |
Region | Denpasar |
Kota | Benoa |
Sumber | |
- location | Darmasaba |
Muara | Teluk Benoa |
- lokasi | Benoa |
- elevation | 0 m (0 ft) |
Panjang | 30 km (19 mi) |
Zona waktu | WITA (UTC+8) |
Hidrologi
suntingSungai badung bersumber dari lereng bukit pada elevasi 150 m mengalir ke utara hingga ke selatan melalui pusat Kota Denpasar dan terus mengalir hingga Selat Badung.[1] Rata-rata curah hujan DAS Tukad Badung mencapai 65 mm (empat jam) dengan runoff 3.628.459 m³.[3]
Sungai Badung merupakan muara dari sungai Langan yang bertemu di daerah Ubung dan Sungai Ketapi (merupakan anak sungai Ayung) yang bertemu di daerah Pemecutan Kelod.
Analisis kimia menunjukkan bahwa percontoh air DAS Tukad Badung yang
diambil pada enam titik lokasi memiliki tingkat kualitas air tergolong tercemar karena berada diatas persyaratan kualitas air kelas I dengan parameter suhu 29oC, pH (6,00-9,58), BOD (14,00-22,89 mg/L), COD (30,41-122,20 mg/L), dan kadar deterjen (0,08-0,53 mg/L). Hasil analisis fisika menunjukkan bahwa enam percontoh umumnya berbau dan berasa, kekeruhan (0-11,00 NTU), dan warna (0-80,00 TCU).[3]
Geografi
suntingLuas wilayah sungai kira-kira 37,7 km², panjangnya diperkirakan 30 km dan kemiringan sungai dibulatkan kira-kira 1/500.[1]
Tata guna lahan dan tata ruang
suntingSungai Badung merupakan salah satu dari sungai perkotaan yang khas dari rasio urbanisasi 55% pada wilayah sungai tersebut saat ini. Namun, berkaitan dengan lokasi yang bagus untuk bisnis seperti halnya tempat tinggal, diperkirakan mencapai kira-kira 80% dari wilayah sungai di masa depan. Bendung Buagan yang terletak di hilir adalah fasilitas utama sungai untuk pemakaian irigasi sebagaimana pemakaian kebutuhan domestik. Perumahan dan toko-toko yang padat pada beberapa bagian sungai yang menunjukkan ketinggian tanggul yang tidak mencukupi atau lebar yang sempit disepanjang sungai.[1]
Banyak banjir telah terjadi berulang-ulang disepanjang wilayah Sungai Badung Lebih dari 200 rumah dan toko dekat pasar Kumbasari yang terletak disepanjang Sungai Badung juga mengalami kerusakan pada 8 Januari 1980. Terakhir, 12 Desember 2005, bagian antara Jalan Maruti yang terletak di hulu dan Jalan Pulau Misol yang terletak di hilir sepanjang Sungai Badung dihantam dan dirusak oleh banjir.[1]
Wisata
suntingDilakukan penataan bantaran sungai oleh Pemkot Denpasar dengan mengusung konsep sungai di Korea dan memadukannya dengan kearifan lokal, yang telah menarik wisatawan lokal sebagai wisata malam dimana lampu warna - warni menghiasi bantaran sungai, walaupun air sungai Badung masih dalam kategori tercemar.[4]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d e "Bab 4 Fasilitas Pengendalian Banjir untuk Sungai Badung dan Sungai Mati" (PDF), The Comprehensive Study on Water Resources Development and Management in Bali Province, Japan International Cooperation Agency
- ^ Tukad Badung at Geonames.org (cc-by); Last updated 2012-01-17; Database dump downloaded 2015-11-27
- ^ a b Amelia, Kevin Muster Regulus; Victor; Barkah, Nursiyam; Dewantama, Iwan (2016), "Dampak Reklamasi Lingkungan Perairan : Studi Kasus Teluk Benoa, Bali, Indonesia" (PDF), Seminar Nasional Ke–3 Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-04-17, diakses tanggal 2019-08-30
- ^ Tukad Badung, Keindahan yang Menyamarkan Pencemaran Sesungguhnya, Mongabay, diakses tanggal 30 Agustus 2019