Sungai Mamberamo

sungai di Provinsi Papua


Sungai Mamberamo adalah sebuah sungai sepanjang 1.102 km yang terletak di Provinsi Papua, Indonesia. Sungai ini berhulu di Pegunungan Jayawijaya dan bermuara ke Samudera Pasifik. Nama "Mamberamo" berasal dari bahasa Danimambe berarti 'besar' dan ramo berarti 'air'. Sungai ini merupakan sungai terbesar kedua di Indonesia dengan debit rata-rata 4580–5500 m3/s.[5][6] Beberapa suku terasing bermukim di lembah sungai yang kaya akan keanekaragaman hayati ini. Oleh karenanya Mamberamo dijuluki "Amazonnya Indonesia". Sungai Mamberamo juga merupakan sungai terlebar di Indonesia.

Sungai Mamberamo
Sungai Mamberamo di Papua
Sungai Mamberamo
Lokasi mulut sungai
Sungai Mamberamo di Papua wilayah Indonesia
Sungai Mamberamo
Sungai Mamberamo (Papua wilayah Indonesia)
Sungai Mamberamo di Indonesia
Sungai Mamberamo
Sungai Mamberamo (Indonesia)
PetaKoordinat: 1°27′57″S 137°54′1″E / 1.46583°S 137.90028°E / -1.46583; 137.90028
Lokasi
Negara Indonesia
Ciri-ciri fisik
Hulu sungaiPuncak Mandala
Muara sungaiSamudera Pasifik
 - koordinat1°27′57″S 137°54′01″E / 1.465833°S 137.900278°E / -1.465833; 137.900278
Panjang1102 km
Debit air 
 - rata-rata4.580–5.500 m³/detik[1][2]
Daerah Aliran Sungai
Sistem sungaiDAS Mamberamo[3]
Kode DASDAS740064[3]
Luas DAS78.155 km2 (30.176 sq mi)[3]
Pengelola DASBPDAS Mamberamo[3]
Wilayah sungaiWS Mamberamo-Tami-Apauvar [4]
Kode wilayah sungai07.04.A1
Otoritas wilayah sungaiBWS Papua [4]
Peta
(M) muara sungai Mamberamo, (D) Danau Rombebai, (X) Tempuran sungai

Daerah aliran sungai

sunting

Sungai sepanjang 1.102 km ini memiliki kawasan resapan seluas 78.155 km2 (30.176 sq mi)[3] meliputi 9 kabupaten. Curah hujan di daerah aliran sungai (DAS) Mamberamo dapat mencapai 5.600 mm/tahun. Kedalaman sungai berkisar antara 8 hingga 33 m. Menurut penelitian pada 1983, debit airnya mampu mencapai 5.500 m³/detik. Sumber air sungai ini berasal dari pertemuan antara beberapa anak sungai utama, yaitu Sungai Tariku, Sungai Van Daalen dan Sungai Taritatu. Air lalu mengalir ke arah utara melalui lembah antara Pegunungan Van Rees dan Pegunungan Foja guna mencapai bagian delta yang berawa dataran rendah. Sungai ini akhirnya bermuara di Samudra Pasifik di titik utara Tanjung Narwaku. Danau Rombebai dan Bira terletak diantara aliran sungai ini.

Geografi

sunting
 
Muara sungai Mamberamo

Lanskap di sekitar sungai ini bervariasi. Di daerah hulu berupa Pegunungan Jayawijaya yang curam, dan di bagian tengah berupa cekungan dataran tinggi yang luas. Sedangkan di daerah hilir terdapat dataran yang berawa-rawa. Secara geologis, Mamberamo dan kawasan sekitarnya memang cukup menarik karena tersusun oleh endapan batuan sedimen yang tebalnya mencapai ribuan meter serta terpotong-potong oleh struktur geologi yang rumit. Juga karena masih dipengaruhi oleh tekanan tektonik aktif, di beberapa tempat muncul fenomena alam berupa keluarnya semburan lumpur dari dalam bumi (mudvocano). Fenomena ini mudah dikenali dari penampakan di lapangan yang jika diamati dari udara bentuknya berupa kumpulan lumpur dan pasir berwarna abu-abu berbentuk sirkuler dengan diameter lebih dari 50 m yang muncul di tengah-tengah hutan lebat.

Sejarah

sunting
 
Sungai Mamberamo (ca.1894)

Pada 1545, seorang pelayar bernama Yñigo Ortiz de Retez menelusuri daerah di sepanjang pesisir utara pulau hingga mulut Sungai Mamberamo. Di lokasi ini, ia mengklaim pulau tersebut sebagai milik Kerajaan Spanyol dan menamakannya Nueva Guinea ('Nugini' dalam bahasa Spanyol) yang dikenal hingga kini.

Pemanfaatan sungai

sunting

Warga setempat mengandalkan Sungai Mamberamo sebagai prasarana transportasi. Lahan tanaman sagu dibudidayakan di sepanjang DAS Mamberamo.

Dua spesies buaya yang terdapat di sungai ini, buaya muara (crocodylus porosus) dan buaya irian (crocodylus novaeguineae), diburu dan ditangkap warga sebagai makanan maupun untuk dijual kepada pengusaha.

Potensi alam yang terdapat di sekitar sungai ini ialah batu bara, gas alam, dan emas. Pemerintah Indonesia pernah berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di daerah ini.

Flora dan Fauna

sunting

Beberapa spesies baru yang ditemukan di hutan tropis Sungai Mamberamo berketinggian 2.000 mdpl antara lain kupu-kupu hitam dan putih (Ideopsis fojona),katak berhidung panjang (Litoria sp. nov), pergam kaisar (Dacula sp. Nou).

Di samping itu mereka juga ditemukan spesies endemik seperti kelelawar kembang baru (Syconycteris sp. nou), tikus pohon kecil (Pogonomys sp. nov), semak belukar berbunga (Ardisia hymenandroides), dan wala-bi kecil (Darcopsulus sp. nou). Di luar temuan itu, kawasan ini juga dihuni oleh 143 jenis burung, termasuk cendrawasih yang memiliki tubuh dan warna bulu sangat elok dipandang mata. Dua jenis buaya, yakni buaya muara (Crocodile porossus) dan buaya darat (Crocodile novaquinea), juga berhabitat di sungai yang memiliki lebar terbesar di Indonesia. Kedua spesies-buaya ini menjadi perburuan bagi masyarakat tradisional, khususnya dari suku Bauzi.Cara berburunya juga khas. Dulu, untuk menangkap buaya beberapa pria harus menyelam. Alat yang di-pakai hanya tali rotan. Kini, sudah agak maju, Mereka menggunakan tombak (dao) dan kail untuk memburu buaya. Daging hasil perburuan itu disantap. Sedangkan kulitnya dijual dengan harga tinggi.

Potensi floranya juga menakjubkan. Menurut Gubernur Papua, Barnabas Suebu, DAS Mamberamo dihuni sekitar 300.000 hektare hutan sagu. Sagu-sagu itu tumbuh subur di sepanjang sungai, terutama di bagian hilir dan rawa-rawa.Selama ini, sagu hanya dijadikan makanan utama bagi penduduk lokal.

Kalau saja sagu-sagu ini dikonversi menjadi bio etanol maka akan menghasilkan lebih dari 4,5 juta liter per tahun. Bio etanol merupakan sumber energi yang terbarukan dan ramah lingkungan. Ia dapat dipanen kapan saja sepanjang sagu-sagu tersebut ditanam.Potensi pohon nipahnya juga sangat besar. Hasil sadapannya juga dapat diolah menjadi bio etanol berkualitas tinggi. Singkat kata, sumber daya raksasa tersebut merupakan masa depan yang gemilang bagi tumbuhnya industri bio etanol.[7]

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting