Tentara Mahdi
Tentara Mahdi, yang juga dikenal sebagai Milisi Mahdi, Pasukan Mahdi atau Jaish al Mahdi (bahasa Arab جيش المهدي), adalah sebuah pasukan milisi yang dibentuk oleh imam Syi’ah Irak Muqtada al-Sadr pada Juni 2003. Kaum militan Islam ini menjadi terkenal di dunia internasional pada 4 April, 2004 ketika mereka memimpin konfrontasi bersenjata pertama menentang pasukan-pasukan pendudukan yang dipimpin oleh AS di Irak dari komunitas Syi’ah dalam sebuah pemberontakan yang terjadi setelah ditutupnya surat kabar al-Sadr dan upaya untuk menahannya. Konfrontasi ini berlangsung hingga 6 Juni. Kelompok ini dipersenjatai dengan senapan serbu AKM, granat berpeluncur roket, mortir, peluru kendali darat ke udara Strela, dan senjata-senjata ringan lainnya. Milisi Mahdi juga menggunakan alat ledak buatan sendiri yang dikenal sebagai bom-bom pinggir dalam serangan-serangan mereka terhadap penduduk sipil Irak yang berafisiliasi dengan Us,Pasukan Keamanan Irak bentukan AS dan Pasukan-pasukan Koalisi Blok barat . Gencatan senjata yang disepakati pada bulan Juni diikuti oleh upaya-upaya untuk membubarkan milisi ini dan mengubah gerakan al-Sadr menjadi sebuah partai politik untuk ikut serta dalam pemilihan umum 2005. Muqtada al Sadr memerintahkan para anggota Tentara Mahdi untuk melakukan gencatan senjata kecuali bila mereka diserang terlebih dulu. Gencatan senjata ini gagal pada Agustus 2004, dengan pecahnya pertempuran-pertempuran baru. Milisi Mahdi saat ini beroperasi melakukan intimidasi terhadap orang-orang Irak, dengan menggunakan persenjataan mereka yang tidak legal untuk memengaruhi pemerintahan lokal bentukan As, menginfiltrasi polisi, dan meneror warga Sunni Irak serta pendukung-pendukung mereka. Milisi ini diyakini telah menginfiltrasi angkatan kepolisian Irak dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan pengawasan keamanan. Partai Kader dan Elit Independen Nasional yang ikut dalam pemilu Irak 2005 terkait erat dengan pasukan ini.
Sejarah awal
suntingTentara Mahdi mulai sebagai sebuah kelompok kecil dengan sekitar 500 mahasiswa sekolah agama yang terkait dengan Muqtada al-Sadr di distrik Kota Sadr di Baghdad, yang sebelumnya dikenal sebagai Kota Saddam. Kelompok ini masuk untuk mengisi kekosongan keamanan di Kota Sadr dan di sejumlah kota di selatan Irak setelah jatuhnya Baghdad ke tangan pasukan-pasukan koalisi yang dipimpin oleh AS pada 9 April 2003. Kelompok ini mulanya memberikan bantuan kepada warga Irak dan mengamankan pemukiman-pemukiman kumuh Syi’ah dari para penjarah.
Perlahan-lahan milisi ini erkembang dan diresmikan oleh al-Sadr pada Juni 2003. Tentara Mahdi berkembang menjadi sebuah kekuatan besar dengan sekitar 10.000 milisi yang bahkan mengoperasikan apa yang setara dengan suatu pemerintahan bayangan di beberapa bagian Irak. Isi ceramah-ceramah Al-Sadr kritis terhadap pendudukan AS, tetapi mulanya ia tidak bergabung dengan kaum Islam Sunni dan gerilyawan Baath dalam serangan-serangan mereka terhadap pasukan-pasukan Koalisi.
Pengaruh Iran
suntingMoqtada Sadr mempunyai hubungan erat dengan Partai Dawa Islam[1] dan "Ia ingin mendirikan sebuah pemerintahan teokratis yang serupa dengan Iran."[2]
Pertempuran memperebutkan daerah pusat Syi’ah
suntingPermulaan pemberontakan
suntingNamun, posisi Sadr berubah secara dramatis pada awal April. Setelah ditutupnya surat kabar milik Sadr al-Hawza dan penangkapan salah seorang pembantu seniornya, Sadr menyampaikan ceramah yang luar biasa panas kepada para pengikutnya pada hari Jumat, 2 April 2004. Hari berikutnya, protes-protes dengan kekerasan terjadi di selalu daerah selatan Syi’ah yang segera merebak menjadi pemberontakan dengan kekerasan oleh Tentara Milisi Mahdi, yang berkobar penuh pada 4 April 2004.
Pertempuran April
suntingPasukan-pasukan Tentara Mahdi mulai melakukan serangan di Najaf Kufa Kut dan Kota Sadr, merebut kekuasaan terhadap bangunan-bangunan publik dan pos-pos polisi sementara bertempur dengan pasukan-pasukan koalisi. Kaum militan menguasai sebagaian Karbala setelah bertempur di sana. Pasukan-pasukan koalisi lainnya diserang di Nasiriyah dan pasukan-pasukan Inggris juga diserang di Amarah dan Basra. Najaf dan Kufa dengan segera direbut setelah sejumlah pertempuran dengan pasukan Spanyol, dan Kut direbut setelah pertempuran dengan pasukan Ukrainia tak lama kemudian.
Setelah beberapa bentrokan sporadis, pasukan-pasukan Koalisi untuk sementara waktu berhasil menekan kebanyakan aktivitas milisi di Nasiriyah, Amarah, dan Basra. Para pemberontak Mahdi mengusir polisi Irak dari tiga pos polisi dan menyergap pasukan-pasukan AS Kota Sadr, membunuh tujuh pasukan AS dan melukai beberapa orang lai. Pasukan-pasukan AS kemudian menguasai kembali pos-pos polisi itu setelah tembak-menembak dengan sejumlah pejuang yang menyebabkan tewasnya beberapa lusin Milisi Mahdi. Namun, anggota-anggota Tentara Mahdi masih mempertahankan sejumlah pengaruh atas banyak wilayah kumuh di Kota Sadr.
Pada 16 April Kut direbut kembali oleh pasukan-pasukan AS, dan beberapa lusin anggota Tentara Mahdi terbunuh dalam pertempuran itu. Namun, wilayah di sekitar along bersama Karbala tetap berada di bawah kekuasaan pasukan-pasukan Sadr. Sadr sendiri diyakini bersembunyi di Najaf. Pasukan koalisi mengepung sekitar Najaf dengan 2500 pasukan, tetapi mengurangi jumlah pasukan-pasukan untuk melakukan perundingan dengan Tentara Mahdi. Pada awal Mei, pasukan-pasukan koalisi memperkirakan sekitar 200-500 kaum militan masih berada di Karbala, 300-400 di Diwaniyah, sejumlah lagi yang tidak diketahui persis berapa masih tertinggal di Amarah dan Basra, dan 1.000-2.000 masih bersembunyi di wilayah Najaf-Kufa.
Pada 4 Mei pasukan-pasukan koalisi mulai melakukan serangan balasan untuk membasmi Tentara Mahdi di Irak selatan setelah gagalnya perundingan-perundingan. Gelombang pertama dimulai dengan serangan-serangan simultan di Karbala dan Diwaniyah terhadap pasukan-pasukan milisi, yang diikuti dengan gelombang kedua pada 5 Mei di Karbala dan lebih banyak lagi serangan yang merebut kantor gubernur di Najaf pada 6 Mei. Sejumlah 86 milisi diperkirakan terbunuh dalam pertempuran itu bersama-sama dengan 4 tentara AS. Beberapa komandan Milisi yang berpangkat tinggi juga terbunuh dalam sebuah serangan terpisah oleh satuan-satuan Operasi Khusus tentara AS. Pada 8 Mei pasukan-pasukan AS melakiukan sebuah serangan susulan ke Karbala, dengan serangan dua arah ke dalam kota. Tank-tank AS juga melakukan terobosan ke Kota Sadr. Pada saat yang sama, mungkin sebagai taktik pengalihan perhatian, ratusan pemberontak Tentara Mahdi menyapu melalui Basra, menembaki patroli-patroli Inggris dan merebut bagian-bagian kota. Dua orang militan terbunuh dan beberapa orang pasukan Inggris terluka.
Pada 24 Mei setelah menderita kekalahan hebat dalam pertempuran beberapa minggu, pasukan-pasukan Tentara Mahdi menarik diri dari kota Karbala. Hal ini menyebabkan satu-satunya wilayah yang masih berada dalam kekuasaan mereka adalah wilayah Najaf-Kufa, yang juga mengalami serangan-serangan Amerika terus-menerus. Total keseluruhan beberapa ratus pemberontak Tentara Mahdi mati terbunuh (menurut pihak militer AS, dan berbagai kantor berita.) dalam pertempuran-pertempuran dengan pasukan-pasukan Amerika yang mempunyai perlengkapan dan yang terlatih lebih baik. Tak gentar oleh pertempuran itu, Muqtada al-Sadr secara teratur memberikan ceramah-ceramah Jumatnya di Kufa selama pertempuran berlangsung.
Gencatan senjata bulan Juni
suntingPada 6 Juni 2004 Muqtada al-Sadr mengeluarkan pengumuman yang memerintahkan Tentara Mahdi agar menghentinkan operasi-operasinya di Najaf dan Kufa. Sisa-sisa milisi segera meletakkan senjata dan menghentikan serangan-serangan terhadap pasukan-pasukan AS. Setahap demi setahap, para milisi para milisi meninggalkan daerah itu atau kembali ke rumah-rumah mereka. Pada hari yang sama, Brigadir Jenderal Mark Hertling seorang komandan top AS yang bertanggung jawab atas Najaf Irak menyatakan "Milisi Muqtada secara militer telah dikalahkan. Kami telah membunuh banyak dari mereka dalam beberapa minggu terakhir, dan itu hanya di Najaf saja. [...] Para milisi telah dikalahkan, atau telah pergi." 6 Juni secara efektif menandai berakhirnya pemberontakan kaum Syi’ah. Jumlah keseluruhan para milisi Tentara Mahdi yang terbunuh dalam pertempuran di seluruh Irak diperkirakan antara 1.500 dan 2.000 orang.
Kembalinya Najaf ke tangan pasukan-pasukan keamanan Irak setelah gencatan senjata membuat Kota Sadr sebagai kubu terakhir gerilyawan Tentara Mahdi yang masih melakukan perlawanan dengan kekerasan. Bentrokan-bentrokan berlanjut secara periodik di distrik itu setelah berakhirnya pertempuran-pertempuran di Najaf-Kufa. Pada 24 Juni Tentara Mahdi juga mengumumkan berakhirnya operasi-operasi di Kota Sadr, dan secara efektif mengakhiri kegiatan milisi, setidak-tidaknya untuk sementara waktu Sadr tampaknya sedang merencanakan untuk mengubah faksinya menjadi sebuah partai politik, setelah berhasil mendapatkan dukungan masyarakat yang cukup besar.
Lihat pula
sunting- imam Mahdi
- Moqtada al-Sadr
- Organisasi Badar Milisi Syi'ah saingannya yang beroperasi di Iak Selatan.
- Ismail al-Lami
Rujukan dan catatan
suntingPranala luar
sunting- (Inggris) BBC - Siapakah Tentara Mahdi Irak itu?
- (Inggris) (News.com.au)
- (Inggris) Ellen Knickmeyer (24 August 2006). "'Shiite Giant' Extends Its Reach". Washington Post.
- (Inggris) Ellen Knickmeyer (25 Agustus 2006). "Sadr's Militia and the Slaughter in the Streets". Washington Post.
- (Inggris) Ellen Knickmeyer (25 Agustus 2006). "Disavowed by Mahdi Army, Shadowy 'Butcher' Still Targets Sadr's Foes". Washington Post.