Tjung Tin Jan

politikus dan advokat Indonesia

Mr. Tjung Tin Jan atau Johanes Jani Arsadjaja (9 Februari 1919 – 3 Februari 1994)[1] adalah seorang politikus Tionghoa-Indonesia. Ia merupakan lulusan RHS di Batavia[2] dan kemudian Fakultas Hukum dari Universitas Leiden.[3] Setelah itu, ia menjadi Wakil Ketua Pengadilan Negeri di Pangkalpinang.[3][4] Disamping itu, ia juga menjadi pengacara dan penasehat sekolah Tionghoa di Pangkalpinang.[4]

Mr
Tjung Tin Jan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Masa jabatan
12 Desember 1956 – 24 Juni 1960
PresidenSukarno
Grup parlemenPartai Katolik
Daerah pemilihanGolongan Tionghoa
Anggota Senat Republik Indonesia Serikat
Masa jabatan
27 Februari 1950 – 16 Agustus 1950
PresidenSukarno
Grup parlemenPartai Katolik
Daerah pemilihan Bangka
Informasi pribadi
Lahir
Tjung Tin Jan

9 Februari 1919
Sungai Selan, Bangka, Hindia Belanda
Meninggal3 Februari 1994 (umur 74)
Partai politik Partai Katolik
Afiliasi politik
lainnya
Partai Demokrat Tionghoa Indonesia
AlmamaterRHS Batavia
Universitas Leiden
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Pada 1949, ia menjabat sebagai pemimpin cabang PT Bangka.[2] Pada masa Republik Indonesia Serikat (1949-1950), ia menjadi anggota Senat RIS.[4] Ia menjadi anggota DPR mewakili Partai Demokrat Tionghoa Indonesia dari 1950 sampai 1953 dan kemudian Partai Katolik dimana ia menjadi anggota Dewan Pimpinan Pusat dari 1953 sampai 1959 dan Wakil Ketua II dari 1956 sampai 1958. Pada masa Demokrasi Parlementer, tahun 1950-1959, ia menjadi salah satu dari delapan orang peranakan Tionghoa menjadi anggota legislatif, yang lainnya adalah Tan Po Gwan, Tjoa Sie Hwie, Tan Boen Aan, Teng Tjin Leng, Siauw Giok Tjhan, Tjoeng Lin Sen (kemudian Tio Kang Soen), dan Yap Tjwan Bing (kemudian Tony Wen atau Boen Kim To).[5][6]

Ia menjadi Direktur PT Tambang Emas Cikotok dari 1955 sampai 1961, Direktur Perusahaan-Perusahaan Tambang Negara dari 1961 sampai 1968 dan Direktur PN Aneka Tambang dari 1968 sampai 1974. Ia juga merupakan salah satu penandatangan "Statement 10 Tokoh Peranakan Tionghoa" dan menulis artikel berjudul "Indonesia Bukan Amerika" dalam Star Weekly yang diterbitkan pada 25 Juni 1960.[2]

Referensi

sunting