Tunagrahita (dari bahasa Sanskerta, "tuna" berarti rugi dan "grahita" berarti berpikir) adalah kondisi ketika seseorang mengalami keterbelakangan mental atau yang lebih dikenal sebagai retardasi mental. Anak tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata anak normal, mengakibatkan terganggunya fungsi intelektual dan menyebabkan munculnya berbagai permasalahan selama masa perkembangannya.

Seseorang dapat dikatakan sebagai tunagrahita apabila memenuhi tiga indikator, yakni 1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata; 2) ketidakmampuan dalam prilaku sosial/adaptif; dan 3) hambatan perilaku sosial/adaptif terjadi pada usia perkembangan yaitu sampai dengan usia 18 tahun.[1]

Pengertian Tunagrahita Menurut Ahli sunting

Menurut AAMD (American Assosiation on Mental Deficiency) yang dikutip oleh Grossman dan diterjemahkan oleh Astati dan Lismulyati[2]

"Tunagrahita mengacu pada fungsi intelek umum yang nyata berada di bawah rata-rata bersamaan dengan kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung dalam masa perkembangan"

Menurut Dedi Gunawan[1]

"Seseorang yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental-intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya."

Menurut Amin[3]

"Anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami hambatan tingkah laku, penyesuaian dan terjadi pada masa perkembangannya."

Padanan Istilah sunting

Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

  1. Lemah pikiran (Feeble Minded)
  2. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
  3. Bodoh atau dungu (Idiot)
  4. Pandir (Imbecile)
  5. Tolol (Moron)
  6. Oligofrenia (Oligophrenia)
  7. Mampu Didik (Educable)
  8. Mampu Latih (Trainable)
  9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau butuh rawat
  10. Mental Subnormal
  11. Defisit Mental
  12. Defisit Kognitif
  13. Cacat Mental
  14. Defisiensi Mental
  15. Gangguan Intelektual

Klasifikasi sunting

Klasifikasi anak tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan psikometriknya (skor IQ-nya), yaitu tunagrahita ringan, sedang, dan berat.[3]

Tunagrahita Ringan sunting

Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, tetapi mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.

Tunagrahita Sedang sunting

Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat “tanggung jawab sosial” dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.

Tunagrahita Berat sunting

Anak yang tergolong dalam kelompok ini pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk di latih mengurus diri sendiri melakukan sosialisasi dan bekerja. Di antara mereka (sampai batas tertentu) ada yang dapat mengurus diri sendiri dan dapat berkomunikasi secara sederhana serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya yang sangat terbatas.

Pranala luar sunting


  1. ^ a b Garnida, D., & Katalina. (2016). Modul Guru Pembelajar SLB Tunagrahita. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Pendidikan Luar Biasa, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan.
  2. ^ Astati & Mulyati Lis. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. CV. Catur Karya. Mandiri.
  3. ^ a b Amin, Moh. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Depdikbud.