Ular paku

sejenis ular tali bermata besar

Ular paku (Dendrelaphis formosus) adalah spesies ular tali yang tersebar di region Sunda (Indonesia barat dan Semenanjung Malaya). Dinamakan "ular paku" karena ular ini sering ditemukan berkelana di tanaman-tanaman paku liar. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Elegant Bronze-back, mengacu kepada warna-warna di tubuhnya.[2]

Ular paku
Dendrelaphis formosus Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN192161 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found.
SpesiesDendrelaphis formosus Edit nilai pada Wikidata
F. Boie, 1827
Tata nama
Sinonim taksonDendrophis formosa[1]:542

Etimologi

sunting

Nama penunjuk jenisnya berasal dari perkataan Latin, formosus, yang berarti "cantik"; merujuk kepada pola warna di tubuhnya.[2]:139

Pengenalan

sunting
 
Matanya berukuran besar

Ular bertubuh kecil dan ramping, namun panjang. Tergolong berukuran sedang, panjang tubuh keseluruhan mendekati 1,5 meter. Penampang tubuh sedikit memipih tegak, kepalanya lebih besar -jelas terbedakan- dari lehernya.[2]:139-40 Dan sebagai ciri yang menyolok, sebagaimana disebutkan dalam deskripsi aslinya, adalah matanya yang berukuran besar serta tiga garis hitam lateral di belakang tubuh ("Oculis magnis, ..., tribusque ad latera trunci posterioris atris, ...").[1]:542 Mata itu sedemikian besar, diameternya lebih besar daripada jaraknya ke lubang hidung,[2]:140 sehingga kepalanya terlihat membenjol di bagian mata.[3]:31 Dalam membahas morfologi D. schokari, jenis sekerabat yang juga memiliki mata besar, van Rooijen & Vogel (2008) menduga bahwa besarnya ukuran mata ini terkait dengan rendahnya intensitas cahaya di kedalaman hutan tropis yang menjadi habitat ular tersebut.[4]

Sisi atas kepala dan garis memanjang di tengah punggung berwarna cokelat zaitun. Sisik-sisik di sisi tubuh dengan bintik-bintik berwarna hijau terang di tengahnya dan garis hitam sempit di tepinya, yang bersama-sama membentuk pola garis-garis tegak hijau pucat diselingi garis sempit hitam lateral. Suatu coreng hitam berjalan di sisi moncong, melintasi mata, dan berakhir di belakang kepala. Bibir dan sisi bawah tubuh berwarna hijau terang.[2]:140

Deskripsi rinci karakter neotipe Dendrelaphis formosus adalah sbb. (angka dalam kurung siku adalah median dan kisaran dari 33 spesimen):[3]:31-2

"... Panjang tubuh SVL (snout-vent length, dari moncong ke anus) 99,0 cm; ekor 48,0 cm; panjang kepala 32,7 mm. Sisik-sisik ventral 178 buah [181 (172–194)]; sisik anal berbelah; sisik-sisik subkaudal 143 pasang [149 (142–162)]. Sisik-sisik dorsal dalam 15-15-11 deret di tengah badan; sisik vertebral lebih besar daripada sisik dorsal deret pertama, bentuk segi enam. Sisik loreal 1 buah (yang kiri -kebetulan- menyatu dengan sisik prefrontal); .. Perisai supralabial (bibir atas) 9 buah, tiga di antaranya (no 4-6) menyentuh mata; perisai infralabial (bibir bawah) 10 buah, no 6 yang terbesar, ..; sisik sublabial (di bawah bibir) yang pertama sangat panjang, bersinggungan dengan perisai infralabial no 6-9 .."
"..matanya sangat besar (diameter 8,0 mm, rata-rata kanan dan kiri), kepalanya terkesan membendol karena mengakomodasi ukuran matanya yang besar itu. Warna dasar (kulitnya) biru; suatu coretan atau pita hitam berjalan di sisi kepala, mulai dari belakang perisai rostral, melintasi perisai-perisai nasal (setengah bagian bawah), perisai loreal (penuh), perisai preokular (setengah bagian bawah), seluruh wilayah pelipis, dan terus memanjang hingga sisi samping leher kira-kira sejauh perisai ventral no-12. Semua sisik-sisik dorsal dengan tepi depan dan bawah berwarna hitam; dan juga semua sisik-sisik dorsal, kecuali deret yang pertama, dengan bintik putih di tepi bawahnya; dalam keadaan normal tepian hitam dan bintik putih ini tertutupi oleh sisik-sisik dorsal di sebelah depan dan bawahnya. Semua sisik-sisik vertebral memiliki tepi depan (anterior) berwarna hitam dan tepi samping (lateral) berwarna putih; warna-warna mana yang dalam keadaan normal akan tertutupi oleh sisik vertebral di sebelah depannya dan sisik-sisik dorsal di sebelah bawahnya. Sisik-sisik subkaudal (bawah ekor) dengan noktah hitam di tengahnya. Di sisi setengah tubuh bagian belakang terdapat 3 garis hitam berjajar memanjang ke belakang; garis yang paling bawah terbentuk dari warna-warna hitam di tepi sisik-sisik dorsal terbawah dan sisik-sisik ventral. Di atas ekor terdapat pola-pola hitam yang membentuk gambaran serupa jala. Tidak ada garis (pita) terang sepanjang sisi ventrolateral."

Jenis berkerabat

sunting
 
Perawakan
 
Di habitatnya

Beberapa jenis yang berkerabat dan bermiripan bentuknya dikelompokkan ke dalam 'grup' Dendrelaphis formosus; dengan ciri-ciri umum bersama seperti mata yang berukuran sedang hingga sangat besar; sisik vertebral yang sangat membesar, lebih besar dari sisik dorsal deret pertama; 15 deret sisik dorsal; sisik loreal tunggal; serta tidak memiliki garis terang ventrolateral. Selain D. formosus, anggota kelompok ini adalah D. cyanochloris, D. humayuni, D. kopsteini, dan D. underwoodi.[5]

Penyebaran dan habitat

sunting

Ular paku tersebar di region Sunda, mulai dari Semenanjung Malaya (Thailand, Malaysia, Singapura), hingga Kepulauan Indonesia bagian barat. Di Indonesia, ular ini ditemukan di Sumatra dan pulau-pulau sekitarnya (Kep. Mentawai, Kep. Riau, Bangka dan Belitung), Jawa, dan Kalimantan. Juga di Brunei Darussalam.[6]

Ular ini hidup di hutan primer dan sekunder pada elevasi rendah.[2]:140

Perilaku, makanan, dan reproduksi

sunting

Ular paku termasuk spesies ular tali yang cukup jarang ditemukan. Aktif pada siang hari dan berkelana di pepohonan, tanaman, atau semak-semak. Ular ini diketahui hanya beraktivitas di atas pohon, dan hampir tidak pernah berkelana di tanah, biasanya hanya untuk memburu mangsa atau mencari air untuk minum. Makanan utamanya adalah jenis-jenis kadal pohon.[7]

Ular paku berkembangbiak dengan bertelur (ovipar). Jumlah telur yang dihasilkan antara 6 hingga 8 butir dan akan menetas setelah diinkubasi selama 13 hingga 17 pekan. Seekor ular paku muda yang baru menetas berukuran panjang sekitar 30 cm.[7]

Catatan taksonomis

sunting

Neotipe: RMNH 877; spesimen ular dewasa. Sekarang tersimpan dalam koleksi Naturalis Biodiversity Center (dulu RMNH, Rijksmuseum van Natuurlijke Historie; Museum Kerajaan untuk Sejarah Alam) di Leiden, Negeri Belanda. Lokalitas tipe adalah Jawa.[3]

Referensi

sunting

  1. ^ a b Boie, F. (1827). "Bemerkungen über Merrem's Versuch eines Systems der Amphibien, 1. Lieferung: Ophidier". Isis von Oken 20: 508-566.
  2. ^ a b c d e f Stuebing, R.B. & R.F. Inger. (1999). A Field Guide to The Snakes of Borneo. Kota Kinabalu: Natural History Publications (Borneo). viii + 254 pp.
  3. ^ a b c Vogel, G. & J. van Rooijen. (2007). "A new species of Dendrelaphis (Serpentes: Colubridae) from Southeast Asia. Zootaxa 1394: 25–45. DOI: http://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.1394.1.2 (laman ResearchGate)
  4. ^ van Rooijen, J. & G. Vogel. (2008a). "An investigation into the taxonomy of Dendrelaphis tristis (Daudin, 1803): revalidation of Dipsas schokari (Kuhl, 1820) (Serpentes, Colubridae)". Contributions to Zoology, 77(1): 33-43, [01 Jan 2008]. DOI: https://doi.org/10.1163/18759866-07701005
  5. ^ van Rooijen, J. & G. Vogel. (2008b). "A new species of Dendrelaphis (Serpentes: Colubridae) from Java, Indonesia". The Raffles Bulletin of Zoology, 56(1): 189–97, [29 Feb 2008]
  6. ^ The Reptile Database: Dendrelaphis formosus (BOIE, 1827), diakses pada 10/VI/2020
  7. ^ a b Ular Asli Indonesia: Ular Tali (Dendrelaphis formosus)
  • van Rooijen, J. & Myriam van Rooijen. 2007. "The land snakes of the Santubong Peninsula, Sarawak, Borneo: A preliminary list of species with natural history notes". Russ. J. Herpetol. 14(1):27-38 - get paper here

Pranala luar

sunting