Upaya kudeta Vietnam Selatan 1960
Pada 11 November 1960, terdapat upaya kudeta yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Vương Văn Đông dan Kolonel Nguyễn Chánh Thi dari Divisi Lintas Udara Tentara Republik Vietnam (ARVN) terhadap Presiden Vietnam Selatan, Ngô Đình Diệm. Namun upaya tersebut gagal.
Upaya kudeta Vietnam Selatan 1960 | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Presiden Vietnam Selatan Ngô Đình Diệm | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Pemberontak ARVN Pemberontak RVNMD Pemberontak RVNAD |
Loyalis ARVN Pengawal Presiden | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Vương Văn Đông Nguyễn Chánh Thi Phạm Văn Liễu |
Ngô Đình Diệm Ngô Đình Nhu Nguyễn Khánh Nguyễn Văn Thiệu Trần Thiện Khiêm | ||||||
Kekuatan | |||||||
1 Resimen lapis baja 1 Pasukan Marinir 3 Batalion Udara |
ARVN Divisi Ke-5 ARVN Divisi Ke-7 ~60 Pengawal Presiden | ||||||
Korban | |||||||
Tidak terperinci, lebih dari 400 tewas dari kedua belah pihak |
Para pemberontak melancarkan kudeta sebagai tanggapan atas pemerintahan autokrat Ngô Đình Diệm dan pengaruh politik negatif dari saudaranya Ngô Đình Nhu dan iparnya Madame Nhu. Para pemberontak juga mengeluhkan politisasi militer, karena loyalis rezim yang merupakan anggota rahasia partai keluarga Ngô, Partai Cần Lao dengan mudah mempromosikan perwira lebih kompeten yang bukan dari kalangan orang dalam. Melalui sebuah konspirasi, Letkol Đông didukung oleh saudara iparnya Letnan Kolonel Nguyen Trieu Hong, yang pamannya adalah seorang pejabat terkemuka di sebuah partai oposisi minoritas. Mata rantai utama dalam kudeta tersebut adalah komandan Thi, yang dibujuk Letkol Đông untuk bergabung dalam plot.
Aksi kudeta membuat keluarga Ngô benar-benar lengah, tetapi kudeta tersebut juga dilakukan dengan kekacauan. Para komplotan yang abai untuk menutup jalan menuju ibukota Saigon agar bala bantuan loyalis tidak dapat masuk, kemudian ragu-ragu setelah mendapatkan inisiatif untuk menjalankan aksi. Diệm yang awalnya terjebak di dalam Istana Kemerdekaan, menghentikan kudeta dengan melakukan negosiasi dan menjanjikan reformasi, seperti mengizinkan masuknya perwira militer duduk dalam pemerintahan. Sementara itu, para politisi oposisi bergabung dalam proses negosiasi tersebut, mencoba memanfaatkan posisi Diệm. Namun, tujuan presiden sebenarnya adalah untuk mengulur-ulur waktu agar pasukan loyalis dapat memasuki ibu kota dan membebaskannya. Aksi kudeta gagal ketika Divisi 5 dan 7 ARVN memasuki Saigon dan menumpas para pemberontak. Dalam konfrontasi yang terjadi, lebih dari empat ratus korban tewas yang sebagian besar di antaranya adalah warga sipil. Para korban termasuk sekelompok warga sipil anti-Diệm yang menyerbu melintasi tembok istana atas dorongan Thi, lalu diberondong tembakan oleh loyalis.
Akhirnya Đông dan Thi melarikan diri ke Kamboja, sementara Diệm berang terhadap Amerika Serikat yang kurang memberikan dukungan terhadapnya selama krisis berlangsung dan menuduh Amerika mengirim anggota Badan Intelijen Pusat (CIA) untuk membantu plot kudeta yang gagal tersebut. Setelahnya, Diệm mengambil tindakan tegas dengan memenjarakan banyak kritikus-kritikus anti-pemerintah dan mantan menteri kabinet serta mempromosikan orang-orang yang membantu Diệm dan mendemosi orang-orang yang tidak mendukungnya. Bagi mereka yang terlibat dalam plot kudeta tersebut, dihadapkan pada pengadilan yang diselenggarakan pada tahun 1963. Sejumlah tujuh perwira dan dua warga sipil dijatuhi hukuman mati secara in absentia, sementara 14 perwira dan 34 warga sipil lainnya dipenjarakan. Ketika Diệm dibunuh setelah terjadinya kudeta pada 1963, mereka yang dipenjara atas kasus kudeta tersebut dibebaskan oleh junta militer yang baru.
Latar belakang
suntingPemberontakan tersebut dipimpin oleh Letnan Kolonel Vương Văn Đông yang berusia 28 tahun,[1] berasal dari wilayah Vietnam utara, lalu pernah terlibat dalam perang Indochina pertama yang bertempur bersama pasukan Uni Prancis melawan Việt Minh. Ia bertugas di Divisi Lintas Udara Tentara Republik Vietnam, kemudian mengikuti pendidikan dan pelatihan di Fort Leavenworth, Amerika dan oleh seorang penasihat militer Amerika, ia dianggap sebagai ahli taktik yang brilian dan memiliki prospek militer paling cemerlang dari generasinya.[1] Sekembalinya ke Vietnam, Đông menjadi tidak menyukai kebijakan Diệm yang sewenang-wenang dan terus menerus mencampuri urusan internal militer, termasuk di antaranya mempromosikan perwira bukan berdasarkan prestasinya, tetapi berdasarkan loyalitas. Disamping itu, Diệm juga mempermainkan perwira senior satu sama lainnya untuk melemahkan kepemimpinan militer dan mencegah mereka menentang kekuasaannya. Đông menegaskan bahwa tujuan satu-satunya adalah memaksa Diệm untuk memperbaiki tata kelola negara.[2] Secara sembunyi-sembunyi, Đông didukung oleh iparnya Letnan Kolonel Nguyen Trieu Hong, direktur Pelatihan pada Sekolah Staff Umum Gabungan[3] dan paman Hong yang bernama Hoang Co Thuy,[4] seorang pengacara kaya yang berbasis di Saigon[5] dan aktivis politik sejak Perang Dunia II. Ia merupakan sekretaris jenderal partai oposisi minoritas, disebut dengan Gerakan Perjuangan untuk Kebebasan yang memiliki sedikit kursi pada Majelis Nasional.[6] Banyak perwira-perwira Angkatan Darat Republik Vietnam (ARVN) merupakan anggota kelompok nasionalis anti-komunis lainnya yang menentang Diệm, di antaranya Partai Nasionalis Vietnam Raya (DVQDD) dan Partai Nasionalis Vietnam (VNQDĐ), keduanya adalah partai yang dibentuk sebelum Perang Dunia II. Dengan bantuan rekan-rekan nasionalis Tiongkok, Kuomintang, VNQDĐ menjalankan akademi militer di Yunnan dekat perbatasan Tiongkok. Seluruh alternatif nasionalis anti-komunis telah dihancurkan oleh Diệm dan keluarganya, juga politisasi atas militernya telah mengasingkan para prajurit. Para perwira dipromosikan atas dasar kesetiaan politik daripada kompetensi, yang berarti banyak perwira-perwira VNQDĐ dan Đại Việt yang terdidik dan berprestasi ditolak dari promosi-promosi tersebut.[7] Mereka merasa bahwa perwira berpikiran politis yang bergabung dengan partai rahasia Diệm yang didominasi Katolik, yakni Partai Cần Lao yang digunakan untuk mengendalikan masyarakat di Vietnam Selatan, diberi penghargaan dengan promosi daripada mereka yang berprestasi.[3]
Rencana aksi kudeta telah berjalan selama lebih dari setahun dengan Đông merekrut perwira-perwira yang tidak puas dengan Diệm, termasuk komandannya Kolonel Nguyễn Chánh Thi. Thi yang berjuang untuk Diệm dalam melawan sebuah sindikat kejahatan terorganisir Bình Xuyên dalam Pertempuran Saigon pada 1955, membuat Diệm terkesan sehingga ia menyebutnya dengan "anakku".[1][8] Namun Thi dianggap kurang berkesan bagi orang-orang Amerika yang pernah bekerja sama dengannya. CIA menggambarkan Thi sebagai seorang "pria oportunis yang kurang memiliki keyakinan kuat".[5] Seorang penasihat militer Amerika yang lain, menggambarkan Thi sebagai seorang yang "tangguh, tak bermoral, berani, tetapi bodoh".[5] Terdapat beberapa perselisihan apakah turut sertanya Thi dalam kudeta tersebut, merupakan pilihannya sendiri atau tidak.[9] Menurut beberapa sumber, Thi sebagai seorang pengagum Diệm, dipaksa oleh Đông di bawah todongan senjata untuk turut serta dalam aksi kudeta pada menit terakhir dan masih menurut sumber yang sama, unit pasukan udara Thi dipindahkan ke posisi untuk melakukan aksi kudeta tanpa sepengetahuannya.[10]
Beberapa bulan sebelum kudeta, Đông bertemu dengan adik dan penasihat Diệm, Ngô Đình Nhu yang secara luas dianggap sebagai otak dari rezim pemerintah untuk meminta depolitisasi dan reformasi militer. Đông menyampaikan bahwa pertemuan berjalan dengan baik dan berharap bahwa Nhu akan mengabulkan permintaannya dan memberlakukan perubahan.[3] Namun, beberapa minggu kemudian Đông bersama dengan rekan-rekannya dipindahkan ke komando yang lain dan dipisahkan secara fisik.[3] Khawatir Diệm dan Nhu mengacaukan rencana kudetanya, Đông dan rekan-rekannya mempercepat rencana mereka dan memutuskan untuk pindah pada tanggal 6 Oktober. Namun mereka dijadwalkan akan berperang melawan Viet Cong (VC) dekat Kon Tum dalam kesatuan Korps II di Dataran Tinggi Tengah. Hal ini memaksa Đông dan rekan-rekannya melakukan penundaan.[3] Menurut sejarawan George McTurnan Kahin, Đông tanpa komando pada saat aksi kudeta dilakukan.[9]
Amerika mulai memperhatikan dan khawatir dengan meningkatnya laporan kekecewaan politik di korps perwira militer pada bulan Agustus. Sebuah laporan intelijen yang dibuat oleh Kementerian Luar Negeri AS pada akhir Agustus menyebutkan "memburuknya keamanan internal, promosi perwira yang tidak kompeten dan campur tangan langsung Diệm dalam operasi militer ... favoritisme politiknya, pendelegasian wewenang yang tidak memadai dan pengaruh Cần Lao".[11] Laporan tersebut juga mengklaim bahwa ketidakpuasan dikalangan pejabat tinggi pemerintah terhadap Diệm, berada pada titik tertinggi sejak presiden berkuasa, bahwa para birokrat menginginkan perubahan kepemimpinan dan bila diperlukan melalui kudeta. Dikatakan pula bahwa Nhu dan istrinya adalah pejabat yang paling dibenci.[11] Laporan tersebut meramalkan bahwa jika aksi kudeta terjadi, tujuannya adalah mungkin untuk memaksa Nhu dan istrinya keluar dari lingkaran kekuasaan dan membiarkan Diệm melanjutkan kepemimpinannya dengan kekuasaan yang berkurang jika ia mau melakukannya.[9] Kemudian analisis intelijen tersebut ternyata benar.[9]
Duta Besar Amerika yang telah menjabat sejak 1957, Elbridge Durbrow memiliki catatan panjang dalam berusaha menekan Diệm untuk reformasi politik. Ia merasa bahwa masalah politik Vietnam Selatan disebabkan karena Diệm berpandangan sempit dan berpikir bahwa kekacauan komunis akan lebih mudah dikalahkan jika Diệm dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas, memberantas korupsi, kronisme, pejabat publik yang kasar dan menerapkan reformasi pertanahan. Namun, Diệm melihat bahwa solusi untuk masalah politik dan oposisi hanya melalui otoritarianisme dan hal ini disetujui oleh hirarki militer AS di Vietnam yang mengakibatkan seringnya terjadi perselisihan antara Durbrow dengan Kelompok Penasihat Dukungan Militer (MAAG). Durbrow sering melaporkan ke Washington bahwa taktik kuat Presiden Vietnam Selatan dalam melawan oposisi hanya menciptakan lebih banyak perselisihan dan menjadi peluang bagi masuknya komunis.[12]
Pada periode ini, Durbrow mulai memberi saran kepada Diệm untuk mencopot Nhu dan istrinya dari pemerintahan dengan dasar argumentasinya tentang perlunya memupuk dukungan rakyat yang lebih luas untuk membuat Vietnam Selatan lebih layak dalam jangka panjang. Usulan pokok yang disampaikan Durbrow di antaranya mengirim Nhu ke luar negeri sebagai duta besar, kemudian mencopot istri Nhu dan direktur intelijen Tran Kim Tuyen dari kekuasaan publik, lalu mengirim mereka juga ke luar negeri. Kemudian mengangkat menteri pertahanan dan menteri dalam negeri yang baru serta "mengubah haluan Partai Cần Lao"[11] untuk menyatakan kegiatan dan operasinya di depan publik.[13] Usulan ini didukung oleh Departemen Luar Negeri dan disampaikan kepada Diệm.[13] Namun, Diệm tidak mengikuti usulan tersebut, karena Nhu dan Partai Cần Lao adalah sarana inti dalam mempertahankan kekuasaannya.[11] Kemudian dilaporkan, Diệm menjadi berang terhadap Durbrow yang mengusulkan bahwa korupsi dan favoritisme politik mengurangi efektivitas pemerintah.[13]
Setelah beberapa pertemuan dengan Diệm tanpa hasil, pada tanggal 16 September Durbrow melapor ke Washington, "Jika posisi Diệm di [dalam] negara terus memburuk ... akan diperlukan [bagi] pemerintah AS untuk mulai mempertimbangkan langkah-langkah alternatif tindakan dan para pimpinan dalam rangka [mencapai] tujuan kita."[11] Dalam laporan luar negeri lainnya, disimpulkan bahwa aksi kudeta akan mungkin terjadi "jika Diệm tetap tidak berkompromi dan jika pihak oposisi merasa bahwa Amerika tidak akan merasa tidak simpatik terhadap aksi kudeta atau bahwa hubungan Amerika-Vietnam tidak benar-benar buruk."[11] Ternyata orang-orang Vietnam sendiri yang merasa tidak puas dengan Diệm, memiliki kesimpulan yang sama, bahwa Amerika tidak keberatan mereka menggulingkan presiden.[11]
Kudeta diorganisir dengan bantuan beberapa anggota VNQDĐ dan Đại Việt, warga sipil dan serupa perwira.[4] Đông memperoleh kerja sama dengan resimen lapis baja, unit marinir dan tiga batalyon penerjun payung.[2][4] Batalyon marinir dikomandoi oleh Letnan Kolonel Phạm Văn Liễu.[9] Operasi tersebut dijadwalkan akan dilaksanakan pada 11 November pukul 05:00.[2][4] Namun, prajurit lintas udara tidak mengetahui apa yang dimiliki oleh perwira mereka. Mereka diberitahu bahwa mereka sedang menuju ke wilayah pedesaan untuk menyerang VC.[14] Begitu mereka dalam perjalanan, para perwira mengklaim bahwa Pengawal Presiden, yang menjaga istana presiden, telah memberontak melawan Diệm.[14]
Kudeta
suntingMenurut Stanley Karnow, seorang penulis dan pemenang Penghargaan Pulitzer yang menulis Vietnam: A History, kudeta tidak dijalankan secara efektif,[2] meskipun para pemberontak berhasil merebut markas besar Staf Umum Gabungan di dekat Pangkalan Udara Tân Sơn Nhứt.[4] Mereka gagal memblokir jalan menuju Saigon.[2] Sementara mereka berhasil menduduki sentral telepon utama di kantor pos pusat,[15] tetapi gagal mengamankan sistem sekunder atau sistem cadangan yang terletak di ruang bawah tanah.[15] Hal ini berarti bahwa saluran telekomunikasi telepon ke istana tetap berfungsi yang memungkinkan Diệm untuk meminta bantuan dari unit-unit loyalisnya yang setia.[2] Terutama direktur kantor pos yang dapat menghubungi direktur intelijen Tran Kim Tuyen yang kemudian memanggil para pasukan loyalis.[16] Para pasukan terjun payung bergerak menuju jalan raya utama Saigon menuju Istana Kemerdekaan.[5] Pada awalnya, pasukan mengepung istana tanpa melakukan penyerangan, karena percaya bahwa Diệm akan memenuhi tuntutan para pemberontak. Đông berusaha menghubungi duta besar AS Durbrow untuk menekan Diệm. Meskipun Durbrow dengan gigih mengkritik Diệm, ia tetap mempertahankan posisi pemerintahnya dalam mendukung Diệm dengan menyatakan "Kami akan mendukung pemerintahan ini sampai gagal".[2] Durbrow lalu mengingat pernah menerima panggilan telepon dari seorang ajudan Diệm yang bersikeras bahwa ia menghubungi Diệm untuk menyerah atau menghadapi serangan howitzer di istana. Durbrow menolak dan tidak ada serangan yang terjadi. Belakangan ia mengetahui bahwa ajudan tersebut menelepon dengan terpaksa.[17]
Sebagian besar pasukan pemberontak telah diinformasikan bahwa mereka menyerang untuk menyelamatkan presiden Diệm dari pemberontakan oleh Pengawal Presiden. Hanya segelintir perwira dari unit pemberontak yang mengetahui situasi sebenarnya.[4] Istana dikelilingi oleh tembok tinggi, pagar dan beberapa pos penjagaan. Pasukan terjun payung yang memberontak turun dari kendaraan angkut dan bergerak ke posisinya untuk menyerang gerbang utama. Berapa prajurit berlari ke depan dan yang lainnya menembakkan senjata otomatis ke depan istana, menghancurkan sebagian jendela dan melubangi dinding.[5] Diệm nyaris terbunuh dalam tembakan pembukaan tersebut. Sebuah tembakan senjata mesin dari pemberontak, diarahkan ke kamar Diệm dari Palais de Justice yang bersebelahan dan menembus tempat tidurnya, tetapi presiden telah pergi meninggalkan kamar tersebut beberapa menit sebelumnya.[5]
Serangan pertama pasukan terjun payung di istana mendapat perlawanan yang mengejutkan. Pengawal Presiden yang ada di istana pada saat kejadian berjumlah antara 30 hingga 60 orang[1][5] dan berhasil menahan serangan awal, lalu membunuh tujuh pemberontak yang berusaha memanjat tembok dan berlari melintasi rerumputan. Para pemberontak mengepung istana dan menghujani tembakan.[1][5] Bala bantuan bagi pemberontak datang dengan truk dan memulai kembali serangan pada pukul 7:30, tetapi Pengawal Presiden terus melakukan perlawanan. Setengah jam kemudian, para pemberontak membawa lima kendaraan lapis baja dan mengelilingi istana. Mereka menembaki pos-pos perimeter dan menembaki halaman istana dengan mortir. Meskipun demikian, serangan mereda pada pukul 10:30.[5] Sementara itu, para pemberontak telah berhasil merebut kantor Polisi Nasional, Radio Saigon dan barak Cộng Hòa dari pengawal kepresidenan. Para pemberontak juga berhasil menawan sebagian besar jenderal yang berbasis di Saigon menjadi tahanan rumah, yang berarti bahwa penyelamat presiden Diệm, harus datang dari luar Saigon.[18] Namun, para pemberontak juga mengalami masalah dengan terbunuhnya Nguyen Trieu Hong yang tengah duduk di dalam mobilnya di belakang garis depan, terkena peluru nyasar dalam baku tembak pada pertempuran di markas besar polisi.[3]
Diệm bergabung dengan adiknya Nhu dan istrinya Madame Nhu di ruang bawah tanah.[5] Brigadir Jenderal Nguyễn Khánh yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Staf ARVN, memanjat tembok istana untuk bergabung bersama presiden Diệm selama aksi berlangsung,[19] karena Pengawal Kepresidenan telah mendapat perintah jelas untuk tidak membuka gerbang.[20] Khánh yang tinggal di pusat kota dekat dengan istana, tersadar karena adanya suara tembakan dari arah istana, kemudian ia meluncur ke arah aksi kudeta. Pada komplotan pemberontak yang berusaha menawannya pada awal aksi, tidak menyadari bahwa Jenderal Khánh telah pindah rumah. Khánh lalu melanjutkan koordinasinya dengan para pembela loyalis, bersama dengan Ky Quang Liem, deputi direktur Pengawal Sipil.[21] Keduanya berhasil mengelabui para pemberontak agar membiarkan barisan tank melewatinya yang pada akhirnya berbalik melawan para pemberontak.[20]
Saat fajar tiba, warga sipil mulai berkumpul di luar gerbang istana, secara lisan mendukung aksi para pemberontak dan mengibarkan spanduk yang meminta perubahan rezim. Radio Saigon mengumumkan bahwa "Dewan Revolusi" bertanggung jawab atas pemerintah Vietnam Selatan. Diệm tampak hilang, sementara banyak pasukan ARVN yang berbasis di Saigon berkumpul untuk melawan pemberontak. Menurut seorang saingan politik yang diasingkan, Nguyễn Thái Bình, "Diệm hilang. Siapa pun selain dia akan menyerah."[1] Namun, para pemberontak ragu-ragu saat mereka memutuskan untuk mengambil langkah selanjutnya.[22] Terdapat perdebatan tentang apa peran Diệm pada masa yang akan datang.[9] Thi merasa bahwa para pemberontak harus mengambil kesempatan untuk menyerbu istana dan menangkap Diệm atau bila perlu menggunakan artileri.[23] Di sisi lain, Đông khawatir Diệm dapat terbunuh dalam serangan. Đông merasa bahwa terlepas dari segala kekurangan Diệm, ia adalah pemimpin terbaik Vietnam Selatan yang ada, percaya bahwa reformasi yang ditegakkan akan menghasilkan yang terbaik.[22] Para pemberontak ingin Nhu dan istrinya keluar dari pemerintahan, meskipun mereka tidak setuju apakah akan membunuh atau mendeportasi pasangan tersebut.[1]
Thi menuntut agar Diệm menunjuk seorang perwira sebagai perdana menteri dan mengeluarkan Madame Nhu dari istana. Radio Saigon menyiarkan pidato yang disahkan oleh Dewan Revolusi Thi, mengklaim bahwa Diệm disingkirkan karena ia korup dan mengekang kebebasan. Khawatir dengan pemberontakan, Diệm mengirim sekretaris pribadinya Vo Van Hai untuk bernegosiasi dengan para pemimpin kudeta.[24] Kemudian pada sore harinya, Jenderal Khánh meninggalkan istana untuk bertemu dengan para perwira pemberontak guna memenuhi tuntutan mereka, yang mereka tegaskan kembali.[25] Negosiator perwakilan pemberontak adalah Đông dan Mayor Nguyen Huy Loi.[6] Mereka ingin perwira dan tokoh oposisi menduduki jabatan di pemerintahan baru untuk menjaga Diệm tetap terkendali,[9] tetapi dengan Hong yang seharusnya menjadi negosiator utama yang telah tewas tertembak, Đông tidak yakin apa yang harus dituntut.[15] Pada satu tahap, Dong ingin Diệm tetap sebagai "penasihat tertinggi" untuk rezim transisi yang terdiri dari perwira militer dan warga sipil.[23]
Para komplotan yang secara sepihak bernama Brigadir Jenderal Lê Văn Kim, kepala Akademi Militer Nasional Vietnam, sekolah pelatihan perwira utama negara di Da Lat, akan menjadi perdana menteri baru mereka.[3] Kim bukan anggota Partai Cần Lao dan kemudian menjadi tahanan rumah setelah Diệm mendapatkan kekuasaannya kembali.[6] Menurut saudara ipar Kim, Mayor Jenderal Trần Văn Đôn, Kim bersedia menerima jabatan tersebut tetapi tidak akan mengatakan apa-apa kecuali kudeta berhasil.[26] Para pemberontak juga menyarankan agar Diệm menunjuk panglima angkatan bersenjata, Jenderal Lê Văn Tỵ sebagai menteri pertahanan. Diệm bertanya kepada Ty yang telah dijadikan tahanan rumah oleh para komplotan, apakah ia bersedia, tetapi Ty berkata tidak.[6] Pada sore hari tanggal 11 November, para pemberontak menyampaikan tuntutan mereka kepada presiden, melalui Ty sebagai perantara. Pengumuman yang disiarkan melalui Radio Saigon, ketika Ty mengatakan bahwa ia telah berkonsultasi dengan Diệm dan memperoleh persetujuannya untuk "pembubaran pemerintah saat ini" dan bahwa "dengan persetujuan Dewan Revolusi" telah memberikan tugas kepada para perwira untuk membentuk sebuah "pemerintahan militer sementara".[27]
Phan Quang Đán bergabung dalam aksi kudeta dengan bertindak sebagai juru bicara pemberontak. Kritikus politik Diệm yang paling menonjol, Đán telah didiskualifikasi dari pemilihan legislatif tahun 1959 setelah memenangkan kursinya dengan rasio 6:1 meskipun Diệm telah mengorganisir pemungutan suara untuk menentangnya. Ia mengutip politik yang salah urus dalam perang melawan Viet Cong dan penolakan pemerintah untuk memperluas basis politiknya sebagai alasan pemberontakan.[22] Đán berbicara di Radio Vietnam dan mengadakan konferensi media, ketika seorang pemberontak dari pasukan penerjun payung merobek potret presiden dari dinding.[28] Sementara itu, Hoang Co Thuy mengorganisir koalisi partai politik untuk mengambil alih politik pasca-Diệm. Ia telah membentuk barisan VNQDĐ, Đại Việt dan gerakan keagamaan Hòa Hảo dan Cao Đài, serta mencari lebih banyak kolaborator.[6]
Jenderal Khánh kembali ke istana dan melaporkan hasil pembicaraannya kepada kelurga Ngô. Ia merekomendasikan agar Diệm mengundurkan diri karena tuntutan pasukan pemberontak dan para pengunjuk rasa di luar istana.[25] Madame Nhu mencerca Diệm yang menyetujui pengaturan pembagian kekuasaan, menyatakan bahwa hal tersebut adalah takdir Diệm dan keluarganya untuk menyelamatkan negara.[24] Sikap agresif Madame Nhu dan seruan agar Khánh terus-menerus menyerang, membuat sang jenderal mengancam untuk pergi. Hal ini memaksa Diệm untuk membungkam saudara iparnya Madame Nhu dan Khánh tetap bersama presiden.[25]
Selama terjadinya kebuntuan, Durbrow dengan sikap yang ambivalen mencatat, "Kami menganggap hal tersebut sangat penting bagi Vietnam dan Dunia Bebas bahwa kesepakatan harus segera dapat dicapai untuk menghindari perpecahan terus-menerus, pertumpahan darah lebih lanjut dengan akibat melemahnya kemampuan Vietnam [untuk] melawan komunis."[4] Perwakilan Amerika secara pribadi merekomendasikan kedua belah pihak mencapai kesepakatan damai agar keduanya dapat berbagi kekuasaan.[25]
Sementara itu, perundingan memberi peluang waktu bagi para loyalis untuk memasuki Saigon dan menyelamatkan presiden.[22] Khánh menggunakan jalur komunikasi yang masih dapat digunakan untuk mengirim pesan kepada perwira senior di luar Saigon.[18] Divisi Kelima yang dikomandani calon presiden, Kolonel Nguyễn Văn Thiệu, membawa pasukan infanteri dari Biên Hòa, sebuah kota di utara Saigon. Sementara Divisi Ketujuh yang dipimpin oleh Kolonel Trần Thiện Khiêm membawa tujuh batalion infanteri dan tank dari Batalion Lapis Baja Kedua dari Mỹ Tho, sebuah kota di Delta Mekong sebelah selatan Saigon.[18][22][27] Khiêm adalah seorang Katolik yang memiliki hubungan dengan kakak laki-laki Diệm, Uskup Agung Ngô Đình Thục.[27] Khánh juga meyakinkan penjabat kepala Korps Marinir Republik Vietnam, Lê Nguyên Khang untuk mengirim Batalion Marinir ke-1 dan ke-2.[29] Anggota Pasukan Keamanan yang berasal dari kota bagian barat Tây Ninh juga dipanggil ke Saigon.[29] Asisten Menteri Pertahanan Nguyễn Đình Thuận, menghubungi Durbrow dan membahas kebuntuan yang terjadi antara loyalis yang masuk dan pemberontak. Durbrow berkata, "Saya berharap Komite Revolusi dan Presiden Diệm dapat berkumpul dan setuju untuk bekerja sama, karena perang saudara hanya dapat menguntungkan pihak komunis. Jika satu pihak atau pihak lain harus membuat beberapa konsesi [untuk] mencapai kesepakatan, saya percaya hal tersebut yang diinginkan untuk memastikan persatuan melawan komunis."[18] Durbrow khawatir jika ia memihak satu faksi antara para pemberontak maupun rezim Diệm dan bila faksi tersebut dikalahkan, Amerika Serikat akan dibebani dengan rezim yang bermusuhan.[18]
Diệm menyarankan Khánh untuk terus bernegosiasi dengan pasukan terjun payung dan mencari jalan tengah.[25] Setelah menyetujui perundingan formal, para pihak menyetujui untuk gencatan senjata.[29] Pada saat yang bersamaan, pasukan loyalis tetap bergerak menuju ibu kota, sementara pemberontak mengklaim secara terbuka di radio bahwa presiden Diệm telah menyerah dalam upaya nyata untuk mendatangkan lebih banyak pasukan.[29] Diệm berjanji untuk mengakhiri sensor pers, liberalisasi ekonomi dan menyelenggarakan pemilihan umum yang bebas dan adil. Diệm menolak untuk memecat Nhu, tetapi ia setuju untuk membubarkan kabinetnya dan membentuk pemerintahan yang akan mengakomodasi kepentingan Dewan Revolusi. Pada dini hari tanggal 12 November, Diệm merekam pidato yang merinci konsesi yang disiarkan pemberontak di Radio Saigon.[22][29] Dalam pernyataannya ia mengutarakan niatnya untuk "berkoordinasi dengan Dewan Revolusi untuk membentuk pemerintahan koalisi".[27]
Saat pidato tersebut disiarkan, dua divisi infanteri dan pasukan lapis baja pendukung loyalis mendekati halaman istana. Beberapa di antaranya berhasil menerobos pengepungan pemberontak dengan secara salah mengklaim sebagai bala bantuan anti-Diệm, sebelum mengatur posisi mereka di sebelah istana.[25] Pasukan loyalis melepaskan tembakan dengan mortir dan senapan mesin, kemudian kedua belah pihak terlibat baku tembak selama beberapa jam.[30] Pada pagi harinya, Durbrow mencoba menghentikan konfrontasi tersebut dengan menelepon Diệm untuk mengatakan bahwa jika kekerasan tidak dihentikan, "seluruh penduduk akan bangkit melawan loyalis dan pemberontak, kemudian komunis akan mengambil alih kota. Jika pertumpahan darah tidak dihindari, seluruh Vietnam akan menjadi komunis dalam waktu yang sangat singkat."[29] Durbrow menyesalkan upaya untuk menyelesaikan keadaan dengan aksi kekerasan.[29] Diệm menyalahkan pemberontak karena menyebabkan pecahnya pertempuran dan gugurnya kesepakatan pembagian kekuasaan.[30] Beberapa unit yang berbasis di Saigon yang telah bergabung dengan pemberontakan, merasakan bahwa Diệm telah kembali unggul dan beralih pihak untuk kedua kalinya dalam dua hari. Pasukan pemberontak terjun payung yang menjadi kalah jumlah, terpaksa bergerak mundur ke tempat posisi bertahan di sekitar barak mereka yang merupakan kamp ad hoc yang didirikan di taman umum berjarak sekitar 1 kilometer dari Istana.[22][30] Setelah konfrontasi singkat yang penuh dengan kekerasan tersebut telah menewaskan sekitar 400 orang, upaya kudeta berhasil digagalkan.[24] Hal ini termasuk sejumlah besar warga sipil yang terlibat dalam protes anti-Diệm di luar halaman istana. Thi mendesak mereka untuk menjatuhkan Ngô dengan menyerang istana, lalu 13 orang langsung ditembak mati oleh pasukan loyalis dari Batalion Lapis Baja Kedua saat mereka menyerbu pekarangan, sementara yang lain tercerai-berai dengan cepat membubarkan diri.[29]
Kesudahan
suntingSetelah kudeta yang gagal, Đông, Thi, Liễu dan beberapa perwira terkemuka lainnya melarikan diri ke Pangkalan Udara Tân Sơn Nhứt lalu menaiki pesawat C-47.[27][30] Mereka terbang ke Kamboja, kemudian diterima oleh Pangeran Norodom Sihanouk yang dengan senang hati memberikan suaka kepada mereka.[19] Kamboja dan Vietnam Selatan memiliki hubungan bilateral yang tidak baik. Kamboja menutup mata terhadap VC yang menggunakan wilayahnya sebagai tempat pelatihan, sementara Diệm dan Nhu telah mencoba untuk membentuk oposisi dan mendukung upaya-upaya untuk menggulingkan pemimpin Kamboja. Nhu juga gagal dalam upaya untuk membunuh Sihanouk dengan bom parsel pada 1959 dan para pemimpin kedua negara tersebut saling membenci satu sama lain.[31][32]
Diệm mengingkari janjinya dan mulai mengumpulkan sejumlah kritikus, termasuk beberapa mantan menteri kabinet dan orang-orang pembuat petisi yang menyerukan reformasi (dikenal dengan Manifesto Caravelle atau Manifesto Delapanbelas).[2] Salah satu perintah pertama Diệm setelah menegakkan kembali komando adalah memerintahkan penangkapan atas Phan Quang Đán yang kemudian dipenjarakan dan disiksa.[33]
Bagi Diệm dan keluarganya, kudeta yang gagal tersebut merupakan titik balik dalam hubungannya dengan dukungan AS, yang umumnya tanpa syarat dan hubungan kedua belah pihak yang erat sejak 1955. Ia merasa bahwa AS telah mengecewakannya dan bahwa beberapa orang Amerika telah mendorong pemakzulannya dan meruntuhkan kekuasaannya.[27] Sebelumnya Diệm beranggapan bahwa Amerika memiliki dukungan penuh untuknya, tetapi setelahnya, ia mengatakan kepada orang-orang kepercayaannya bahwa dirinya merasa seperti Syngman Rhee, Presiden anti-komunis Korea Selatan yang didukung penuh oleh Washington hingga akhirnya digulingkan pada awal tahun 1960, yang menurut pandangan Diệm sebagai perubahan rezim yang didukung oleh AS.[27] Lawan Diệm merasakan hal yang sama tentang kesamaan dengan Korea. Liễu kemudian mengatakan kepada George McTurnan Kahin, "Kami tidak khawatir tentang kelanjutan dukungan Amerika jika kami berhasil, kami merasa bahwa kami dapat mengandalkannya, sebagaimana yang dilakukan Park Chung Hee ketika ia menggulingkan Rhee."[27] Kahin juga menulis bahwa beberapa perwira senior termasuk salah seorang tokoh senior dalam kudeta yang tidak disebutkan namanya, "secara eksplisit menuduh Amerika yang mendukung para pemberontak".[10]
Setelah kudeta yang gagal, Diệm menyalahkan Durbrow yang beranggapan atas kurangnya dukungan AS, sementara saudaranya Nhu menuduh lebih lanjut bahwa duta besar Durbrow berkolusi dengan pemberontak. Durbrow membantah hal tersebut di tahun-tahun berikutnya, dengan mengatakan bahwa ia "mendukung Diệm 100%."[34] Pada Januari 1961, Diệm mengatakan kepada Kahin tentang keyakinannya bahwa AS telah terlibat, sementara Nhu memberi tahu Stanley Karnow bahwa "pelaku utama pemberontakan adalah 'kedubes-kedutaan barat' dan orang-orang Amerika pada khususnya . . . Para penasihat militer Amerika membantu pasukan terjun payung selama pemberontakan."[10] Pada Mei 1961, Nhu mengatakan "setidaknya anda dapat mengatakan ... adalah bahwa Departemen Luar Negeri bersikap netral antara pemerintah yang bersahabat dan pemberontak yang mencoba menjatuhkan pemerintah ... dan sikap resmi Amerika selama berlangsungnya kudeta, sama sekali bukan sikap yang diharapkan Presiden."[34] Bagi Diệm, bahwa Durbrow telah menyerukan untuk menahan diri merupakan indikasi bahwa ia melihat Diệm dan para pemberontak tersebut dalam posisi yang setara, sesuatu yang dianggap Diệm sebagai kutukan.[27] Durbrow meminta Diệm agar memperlakukan para pemimpin pemberontak yang tersisa dengan lunak, dengan menekankan bahwa Diệm perlu untuk "menyatukan semua elemen negara", tetapi Diệm dengan tegas menentang hal tersebut, dengan berang ia menolak duta besar lalu mengatakan, "Anda tampaknya tidak mengerti bahwa para pemberontak menyebabkan banyak pertumpahan darah", menuduh mereka telah "menipu" orang yang tidak bersalah.[30] Diệm juga mengirim Gene Gregory, seorang pendukung Amerika yang juga redaktur harian Times of Vietnam, sebuah surat kabar berbahasa Inggris yang diterbitkan sebagai corong media bagi Nhu dan rezim Diệm, terkenal dengan keras menyerang lawan-lawan keluarga Ngô. Gregory diperintahkan untuk menemui Durbrow dengan bukti konkret tentang "dukungan dan keterlibatan Amerika dalam kudeta".[10] Diệm menjadi semakin curiga terhadap kebijakan Washington sejak kudeta tersebut.[27] Ia juga berang dengan liputan media AS tentang kudeta yang terjadi, yang menggambarkan Diệm sebagai tokoh otoriter dan pemberontakan tersebut sebagai manifestasi ketidakpuasan terhadap pemerintah yang meluas di masyarakat. Diệm malah memandang oposisi hanya sebagai pembuat onar.[28]
Pembentukan militer Amerika sangat mendukung Diệm. Seorang agen CIA yang membantu memperkuat Diệm dalam kekuasaan pada tahun 1955, Kolonel Edward Lansdale, menertawakan komentar Durbrow dan meminta pemerintahan Eisenhower untuk memanggil sang duta besar.[33] Lansdale mengatakan "Sangat diragukan bahwa Duta Besar Durbrow memiliki kemampuan pribadi yang tersisa. Secara emosional Diệm pasti merasa bahwa Durbrow memihak para pemberontak. Mungkin ia merasa bahwa pernyataan Durbrow selama berbulan-bulan membantu memicu terjadinya pemberontakan."[35] Lansdale mengkritik Durbrow: "Pada saat paling kritis dari aksi kudeta, Duta Besar AS mendesak Diệm untuk menyerah pada tuntutan pemberontak agar tidak terjadi pertumpahan darah."[27] Komandan MAAG yang baru Letnan Jenderal Lionel McGarr, sependapat dengan Lansdale.[33] McGarr telah melakukan kontak dengan unit pemberontak dan loyalis selama kebuntuan berlangsung dan memiliki anggapan bahwa kegagalan kudeta karena "tindakan Diệm yang berani, ditambah dengan kesetiaan dan para komandan terampil yang membawa pasukan masuk ke Saigon".[35] McGarr menegaskan pula bahwa "Diệm telah keluar dari ujian berat ini dalam posisi kekuatan yang lebih besar dengan bukti nyata dukungan tulus di belakangnya, baik dalam angkatan bersenjata maupun masyarakat sipil."[35] Pimpinan Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Lyman Lemnitzer mengatakan bahwa "Ketika anda menghadapi kekuatan pemberontak terhadap anda, anda harus bersikap memaksa dan tidak menahan teman-teman anda. Intinya adalah bahwa terkadang pertumpahan darah tidak dapat dihindari dan mereka yang tengah berkuasa harus dapat bertindak tegas."[35] Departemen Luar Negeri menyarankan Presiden Eisenhower untuk mengirim pesan ucapan selamat kepada Diệm, tetapi Durbrow berkeberatan, dengan alasan bahwa Diệm akan menafsirkan pesan tersebut sebagai dukungan yang tidak memenuhi syarat atas pemerintahannya dan mencegahnya untuk "memahami dan mengindahkan pelajaran [dari] kudeta".[36]
Diệm kemudian melibatkan dua orang Amerika, George Carver dan Russ Miller untuk terlibat dalam plot. Keduanya telah menghabiskan waktunya selama upaya kudeta dengan para perwira dari pasukan pemberontak. Durbrow mengirim mereka ke sana bertujuan untuk melacak situasi, tetapi Diệm merasa bahwa keberadaan mereka di sana malah mendukung aksi pemberontakan.[28] Tuntutan yang diinginkan kelompok kudeta sangat mirip dengan yang dianjurkan oleh Durbrow pada bulan-bulan sebelumnya.[37] Belakangan terungkap bahwa Carver memiliki hubungan persahabatan dengan para pemimpin kudeta, kemudian mengatur agar Hoang Co Thuy dievakuasi dari Vietnam Selatan ketika para pasukan loyalis mulai memasuki kota dan mengalahkan jumlah pasukan terjun payung.[28] Selama periode kudeta, Carver juga menghabiskan waktunya dengan mengadakan pertemuan dengan para pemimpin pemberontak sipil di rumah Thuy, meskipun tidak diketahui apakah ia secara proaktif mendukung lawan-lawan Diệm atau tidak.[37] Saudara-saudara Ngô menunjukkan kepada Amerika bahwa Carver harus dideportasi dan kemudian setelahnya, Carver menerima surat perintah kematian (death warrant). Ancaman tersebut seharusnya ditandatangani oleh para pemimpin kudeta, yang seolah-olah marah karena Carver telah meninggalkan dan menarik dukungan Amerika untuk mereka.[28] Orang-orang Amerika beranggapan bahwa Nhu adalah pelaku sebenarnya, tetapi memberi tahu keluarga Ngô bahwa mereka memindahkan Carver dari negara tersebut demi keselamatannya sendiri, sehingga memungkinkan semua pihak menghindari rasa malu.[28] Bertahun-tahun kemudian, Carver mengatakan ia sependapat dengan pemikiran para pemberontak bahwa Diệm tidak bekerja dengan baik dan perlu diganti dengan mengatakan ia "benar-benar yakin" bahwa perubahan rezim diperlukan untuk "mencapai tujuan Amerika di Vietnam".[37] Dalam memoarnya, Trần Văn Đôn mengklaim bahwa Russ Miller secara samar mendorongnya untuk menggulingkan Diệm beberapa bulan sebelum upaya kudeta.[36]
Di tengah keretakan yang mulai tumbuh antara perwakilan diplomatik dan militer Amerika di Vietnam Selatan, Durbrow melanjutkan kebijakannya dalam menekan Diệm untuk meliberalisasi rezimnya. Durbrow berpandangan bahwa kudeta sebagai tanda bahwa Diệm tidak populer dan dengan presiden Vietnam Selatan yang hanya membuat perubahan sikap, Durbrow mengabarkan kepada Washington bahwa Diệm mungkin harus disingkirkan.[35] Namun, pada bulan Desember, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Urusan Timur Jauh, J. Graham Parsons mengatakan kepada Durbrow untuk berhenti berpandangan tentang hal tersebut dan dibalas melalui berita kawat yang menyatakan "Percayalah untuk saat ini Kedutaan telah melangkah sejauh mungkin dalam mendorong liberalisasi dan nasihat masa depan yang mungkin kontraproduktif."[35]
Ketegangan antara istana dan AS tercermin dalam ARVN. Pasukan terjun payung dianggap sebagai unit ARVN yang paling setia, sehingga Diệm lebih mengintensifkan kebijakannya untuk mempromosikan para perwira berdasarkan loyalitas daripada kompetensi.[33] Khiêm diangkat menjadi jenderal dan ditunjuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.[34] Keluarga Ngô begitu paranoid sehingga mereka merasa bahwa Khánh patut dicurigai karena ia terlalu mudah menerobos garis pemberontak.[38] Aksi yang dilakukan Khánh membuat dirinya mendapatkan reputasi seorang yang telah membantu presiden, tetapi selanjutnya ia dikritik karena memiliki kaki di kedua kubu. Kritikus mengklaim bahwa Khánh telah berhubungan baik dengan para pemberontak dan memutuskan untuk tidak turut memberontak ketika jelas bahwa Diệm akan menang.[19] Khánh kemudian dikirim ke Dataran Tinggi Tengah sebagai komandan Korps II.[39] Jenderal Dương Văn Minh, diturunkan pangkatnya karena tetap tinggal di rumah dan tidak membela Diệm selama aksi pengepungan.[28] Selama aksi pemberontakan berlangsung, para komplotan telah mencalonkan Minh untuk menjadi Menteri Pertahanan mereka, tetapi ia menyangkal ketika Diệm menghubunginya, mengklaim bahwa ia akan rela berjuang untuk Diệm di medan perang dan tidak tertarik atau tidak cocok untuk terjun ke politik.[6] Namun, Minh tidak datang untuk membantu Diệm, lalu presiden menanggapinya dengan menunjuknya sebagai Penasihat Militer Presiden yang tidak memiliki wewenang atas komando pasukan, jika terlintas di benaknya untuk melakukan kudeta.[40] Minh dan Letnan Jenderal Tran Van Don yang menjabat sebagai komandan Divisi-1 di Vietnam tengah, tetapi tengah berada di Saigon ketika upaya kudeta terjadi, menjadi subjek penyelidikan militer oleh rezim, tetapi kemudian dibebaskan dari keterlibatan oleh perwira-perwira junior yang ditunjuk oleh Diệm.[41] Kakak ipar Don, Kim, juga menjadi sasaran penyelidikan resmi dan dikenakan hukuman tahanan rumah selama beberapa minggu setelah upaya kudeta. Meskipun dibebaskan dari segala kesalahan, ia dicopot dari jabatannya sebagai direktur Akademi Militer Nasional dan dipindahkan ke unit Minh.[41]
Edward Lansdale terus mengkritik Durbrow dan ingin menggantikan posisinya sebagai duta besar.[42] Presiden AS John F. Kennedy yang datang dua bulan kemudian, mulai meninjau kembali sikap Washington terkait Saigon.[43] Laporan Lansdale meramalkan kematian Vietnam Selatan, juga Asia Tenggara dan kelebihan AS lainnya dalam urusan global, kecuali ditemukan arah baru. Lansdale menyalahkan apa yang ia lihat sebagai penilaian buruk Durbrow atas masalah dalam aliansi dan bahwa duta besar sekarang ini tidak dapat lagi bekerja secara efektif karena ia "sangat bersimpati" dengan kudeta.[44] Tanpa secara eksplisit menyarankan dirinya sendiri, Lansdale mengatakan bahwa Durbrow harus diganti dengan seseorang "dengan bakat kepemimpinan yang menonjol" dan kemampuan untuk "mempengaruhi orang Asia melalui pemahaman mereka dengan simpatik".[44] Lansdale menyebut Diệm "satu-satunya orang Vietnam dengan kemampuan eksekutif dan tekad yang diperlukan untuk menjadi seorang Presiden yang efektif" dan mengatakan bahwa duta besar pengganti Durbrow tersebut nantinya perlu memiliki hubungan baik dengannya.[44]Lansdale mengutarakan bahwa Diệm merasa nyaman dengan MAAG dan CIA, tetapi merasa bahwa para diplomat "yang sangat dekat dengan mereka, mencoba membunuhnya pada 11 November".[44] Selama pertemuan yang membahas tentang hal-hal yang terkait dengan masalah ini, terdapat kesepakatan kuat bahwa posisi Durbrow di Saigon menjadi tidak dapat dipertahankan.[45] Permohonan Lansdale dipandang penting dalam keputusan Kennedy untuk mengganti duta besar Durbrow dengan Frederick Nolting pada Mei 1961. Nolting adalah seorang lemah lembut yang dianggap sepertinya tidak mungkin menekan Diệm untuk berubah dan membuat Diệm kesal.[44][46] Kennedy dianggap telah serius mempertimbangkan penunjukan Lansdale, sebelum menghadapi keluhan dari Departemen Luar Negeri dan Pertahanan, di antaranya Menteri Pertahanan Robert McNamara.[44] Kennedy juga segera meningkatkan pendanaan untuk Diệm dan menunjukkan dukungannya kepada pemimpin Vietnam atas saran Lansdale.[47]
Pengadilan
suntingPada pertengahan 1963, lebih dua tahun sejak peristiwa upaya kudeta, digelar proses pengadilan terhadap mereka yang dituduh terlibat dalam aksi kudeta. Diệm menjadwalkan sidang di tengah krisis Buddha, sebuah langkah yang ditafsirkan sebagai upaya untuk mencegah rakyat dari perselisihan lebih lanjut. Sembilan belas perwira dan 34 warga sipil dituduh terlibat dalam aksi kudeta dan dipanggil ke Pengadilan Khusus Militer.[48] Para pejabat Presiden Diệm, memberi peringatan halus kepada Amerika untuk tidak turut campur. Jaksa secara resmi mengklaim memiliki dokumen yang membuktikan bahwa adanya kekuatan asing terlibat di balik aksi kudeta yang gagal tersebut, tetapi ia mengatakan bahwa ia tidak dapat secara terbuka menyebutkan nama negara yang dimaksud. Dalam suatu proses rahasia kemudian terungkap bahwa ia menunjuk dua orang Amerika, George Carver, seorang staf Misi Operasi Amerika Serikat (misi ekonomi) yang belakangan terungkap sebagai seorang agen CIA dan Howard C. Elting, digambarkan sebagai wakil kepala misi Amerika di Saigon.[48]
Salah satu warga sipil terkenal yang dipanggil untuk menghadap pengadilan militer adalah seorang novelis terkemuka yang menulis dengan nama pena Nhat Linh. Ia merupakan pemimpin VNQDĐ Nguyễn Tường Tam yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Ho Chi Minh pada tahun 1946. Tam memilih untuk meletakkan jabatannya daripada memimpin delegasi ke Konferensi Fontainebleau dan membuat konsesi ke Uni Prancis.[48] Dalam jangka waktu 30 bulan sejak aksi kudeta yang gagal tersebut, polisi tidak menanggapi klaim konspirasi dengan cukup serius untuk menangkap Tam, tetapi ketika Tam mengetahui tentang adanya persidangan, ia bunuh diri dengan menelan sianida. Ia meninggalkan catatan kematian yang menyatakan "Saya juga akan bunuh diri sebagai peringatan bagi orang-orang yang menginjak-injak semua kebebasan", merujuk kepada Thích Quảng Đức, seorang biksu yang membakar dirinya sendiri sebagai protes atas perlakuan Diệm terhadap agama Buddha.[48] Bunuh diri Tam disambut dengan tanggapan yang beragam. Meskipun beberapa merasa bahwa hal tersebut menjunjung tinggi tradisi Vietnam yang memilih kematian daripada penghinaan, beberapa anggota VNQDĐ menganggap aksi bakar diri Tam sebagai hal yang romantis dan sentimental.[48]
Persidangan singkat dibuka pada 8 Juli 1963. Tujuh perwira dan dua warga sipil yang melarikan diri dari negara tersebut setelah aksi kudeta yang gagal, dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati secara in absentia. Lima orang perwira dibebaskan dan sisanya dipenjara untuk jangka waktu antara lima hingga sepuluh tahun. Seorang pemimpin VNQDĐ lainnya, Vũ Hồng Khanh dijatuhi hukuman enam tahun penjara. Mantan menteri kabinet Diệm, Phan Khắc Sửu dijatuhi hukuman delapan tahun, terutama karena ia yang menandatangani Manifesto Caravelle yang menuntut Diệm untuk melakukan reformasi. Sang juru bicara, Phan Quang Đán, divonis tujuh tahun. Empat belas warga sipil lainnya dibebaskan, termasuk Tam.[48]
Namun, masa tahanan bagi mereka yang di penjara, terbilang singkat karena Diệm digulingkan dan dibunuh dalam peristiwa kudeta pada bulan November 1963.[49] Kemudian pada tanggal 8 November, lawan politik yang telah dipenjarakan di pulau Côn Đảo, Provinsi Bà Rịa–Vũng Tàu, dibebaskan oleh junta militer. Phan Quang Đán disambut dan dibawa ke markas militer, kemudian pada 10 November, Phan Khắc Sửu dibebaskan dan disambut oleh banyak orang di balai kota.[50] Sửu kemudian menjabat sebagai presiden untuk waktu yang singkat dan Phan Quang Đán sebagai wakil perdana menteri. Thi, Đông dan Liễu yang memperoleh suaka di Kamboja, kembali ke Vietnam Selatan dan melanjutkan tugas mereka di ARVN.[27][51]
Catatan kaki
sunting- ^ a b c d e f g Jacobs 2006, hlm. 117.
- ^ a b c d e f g h Karnow 1997, hlm. 252-253.
- ^ a b c d e f g Dommen 2001, hlm. 418.
- ^ a b c d e f g Hammer 1987, hlm. 131.
- ^ a b c d e f g h i j Moyar 2006, hlm. 109.
- ^ a b c d e f Dommen 2001, hlm. 419.
- ^ Hammer 1987, hlm. 131-133.
- ^ Halberstam 2008, hlm. 23.
- ^ a b c d e f g Kahin 1986, hlm. 124.
- ^ a b c d Kahin 1986, hlm. 474.
- ^ a b c d e f g Kahin 1986, hlm. 123.
- ^ Kahin 1986, hlm. 122.
- ^ a b c Miller 2013, hlm. 212.
- ^ a b Moyar 2006, hlm. 108.
- ^ a b c Miller 2013, hlm. 203.
- ^ Miller 2013, hlm. 204.
- ^ Interview with Eldridge Durbrow, 1979 [Part 1 of 3] (dalam bahasa Inggris), WGBH Media Library & Archives, 1 Februari 1979, diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Desember 2010, diakses tanggal 4 November 2021
- ^ a b c d e Moyar 2006, hlm. 110.
- ^ a b c Hammer 1987, hlm. 132.
- ^ a b Miller 2013, hlm. 208.
- ^ Moyar 2006, hlm. 109-110.
- ^ a b c d e f g Jacobs 2006, hlm. 118.
- ^ a b Miller 2013, hlm. 207.
- ^ a b c Langguth 2000, hlm. 108-109.
- ^ a b c d e f Moyar 2006, hlm. 111.
- ^ Kahin 1986, hlm. 473.
- ^ a b c d e f g h i j k l Kahin 1986, hlm. 125.
- ^ a b c d e f g Moyar 2006, hlm. 114.
- ^ a b c d e f g h Moyar 2006, hlm. 112.
- ^ a b c d e Moyar 2006, hlm. 113.
- ^ Osborne 1994, hlm. 112.
- ^ Short 2007, hlm. 127-130.
- ^ a b c d Jacobs 2006, hlm. 119.
- ^ a b c Hammer 1987, hlm. 133.
- ^ a b c d e f Moyar 2006, hlm. 115.
- ^ a b Moyar 2006, hlm. 439.
- ^ a b c Moyar 2006, hlm. 438.
- ^ Halberstam 2008, hlm. 180.
- ^ Hammer 1987, hlm. 127-128.
- ^ Hammer 1987, hlm. 126.
- ^ a b Miller 2013, hlm. 210.
- ^ Kahin 1986, hlm. 126.
- ^ Kahin 1986, hlm. 129.
- ^ a b c d e f Kahin 1986, hlm. 130.
- ^ Kahin 1986, hlm. 475.
- ^ Moyar 2006, hlm. 130.
- ^ Moyar 2006, hlm. 129.
- ^ a b c d e f Hammer 1987, hlm. 154-155.
- ^ Blair 1995, hlm. 70.
- ^ Blair 1995, hlm. 81.
- ^ Karnow 1997, hlm. 460-464.
Daftar pustaka
sunting- Blair, Anne E. (1995). Lodge in Vietnam: A Patriot Abroad (dalam bahasa Inggris). New Haven, Connecticut: Yale University Press. ISBN 0-300-06226-5. LCCN 94038192. OL 1112337M.
- Dommen, Arthur J. (2001). The Indochinese Experience of the French and the Americans: Nationalism and Communism in Cambodia, Laos, and Vietnam (dalam bahasa Inggris). Bloomington, Indiana: Indiana University Press. ISBN 0-253-33854-9. LCCN 00053969. OL 6791073M.
- Halberstam, David; Singal, Daniel J. (2008). The Making of a Quagmire: America and Vietnam during the Kennedy Era (dalam bahasa Inggris). Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield. ISBN 978-0-7425-6007-9. LCCN 2007033798. OL 10721824M.
- Hammer, Ellen J. (1987). A Death in November - America in Vietnam, 1963 (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1). New York: E. P. Dutton. ISBN 0-525-24210-4. LCCN 86016724. OL 2723153M.
- Jacobs, Seth (2006). Cold War Mandarin: Ngo Dinh Diem and the Origins of America's War in Vietnam, 1950–1963 (dalam bahasa Inggris). Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield. ISBN 0-7425-4447-8. OL 7925816M.
- Kahin, George McTurnan (1986). Intervention: How America Became Involved in Vietnam (dalam bahasa Inggris). New York: Knopf. ISBN 0-394-54367-X. LCCN 85045703. OL 2551965M.
- Karnow, Stanley (1997). Vietnam: A history (dalam bahasa Inggris). New York: Penguin Books. ISBN 0-670-84218-4. OL 7643017M.
- Langguth, A. J. (2000). Our Vietnam: The War, 1954–1975 (dalam bahasa Inggris). New York: Simon and Schuster. ISBN 0-684-81202-9. OL 7721063M.
- Miller, Edward (2013). Misalliance: Ngo Dinh Diem, the United States, and the Fate of South Vietnam. Boston: Harvard University Press. ISBN 978-0-674-07298-5.
- Moyar, Mark (2006). Triumph Forsaken: The Vietnam War, 1954–1965 (dalam bahasa Inggris). New York: Cambridge University Press. ISBN 0-521-86911-0. OL 7767485M.
- Osborne, Milton (1994). Sihanouk: Prince of Light, Prince of Darkness (dalam bahasa Inggris). University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-1639-0. OL 8161290M.
- Philip, Short (2007). Pol Pot: Anatomy of a Nightmare (dalam bahasa Inggris). Henry Holt and Company. ISBN 1-4299-0093-8.