Zaidin Bakry

(Dialihkan dari Zaidin bakry)

Kolonel TNI (Purn.) Zaidin Bakry (4 Januari 1922 – 23 Mei 2007) adalah seorang purnawirawan tentara, pejuang kemerdekaan Angkatan '45, politisi, cendekiawan, sastrawan Angkatan '45, dan budayawan Indonesia dari Padang, Sumatera Barat.[1]

Zaidin Bakry
Lahir(1922-01-04)4 Januari 1922
Belanda Kurai Taji, Padang Pariaman, Hindia Belanda
Meninggal23 Mei 2007(2007-05-23) (umur 85)
Padang, Sumatera Barat
KebangsaanIndonesia
PekerjaanMiliter, seniman, politisi
Dikenal atasSastrawan, budayawan
Suami/istriFatimah Noer
AnakWasman Fabre
Zavri Widjaya
Djarnifa Asmara
Free Hearty
Nella Fetrawaty
Sastri Yunizarti Bakry
Eddy Satria Zaid
Fajar Zabardi

Zaidin menamatkan pendidikan sekolah dasar pada 1935, sekolah menengah pertama pada 1938, Gyu Jon pada 1945. Pada 1947 hingga 1948 ia aktif melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II. Pada 1950 hingga 1956 ia aktif dalam menumpas pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Sulawesi Selatan dan Aceh. Ia pernah bekerja sebagai staf ahli Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumatera Barat. Pada 1972 hingga 1976 ia menjabat Ketua Umum Angkatan '45, pengurus Persatuan Purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pepabri) dan Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat.[2]

Pada tahun 1997, di usianya yang ke-77, Zaidin bersama Forum Sastra Temening meluncurkan buku Hati Prajurit Zaidin Bakry yang menghimpun seluruh karya sastranya. Buku tersebut mendapatkan perhatian dan dikupas dalam suatu forum di Padang pada April 1997 yang dihadiri sekitar 100 orang peminat sastra, di antaranya A.A. Navis, Korrie Layun Rampan, Mursal Esten, dan lainnya. Buku tersebut memuat 19 sajak, satu cerpen, dan satu esai, dengan sajak Merapi sebagai karya terbaiknya.[1]

Selain berkesusasteraan, Zaidin, pribadi yang idealis itu juga telah dipercaya menduduki berbagai jabatan sepanjang hidupnya. Terakhir ia mewakili masyarakat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat selama 15 tahun.[1] Ayah dari Djarnifa Asmara, Eddy Satria Zaid dan sastrawati Sastri Yunizarti Bakry, serta suami dari Fatimah Noer[3] itu tak pernah berhenti berkarya.[1]

Zaidin Bakry meninggal dunia pada 23 Mei 2007 pada usia 87 tahun. Jenazah pejuang Angkatan '45 itu kemudian dimakamkan dengan upacara militer di Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa Lolong, Padang, Sumatera Barat.

Penghargaan[2]

sunting

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting