Zakharia (nabi Ibrani)
Zakharia atau Zekharya (bahasa Ibrani: זְכַרְיָה "TUHAN mengingat",[1] Ibrani Standar Zəḫarya, Ibrani Tiberias Zəḵaryāh) adalah seorang nabi Kerajaan Yehuda dan nabi ke-11 dari 12 nabi-nabi kecil. Seperti Yehezkiel, ia adalah seorang keturunan imam. Ia menggambarkan dirinya (1:1) sebagai "anak Berekhya."[2] Dalam kitab Nehemia ia disebut "bin (anak laki-laki) Ido," yang adalah kepala kaum keluarga atau nenek moyangnya.[2]
Meskipun ada petunjuk dalam Targum Ratapan bahwa "Zakharia bin Ido" terbunuh di Bait Allah,[3] para sarjana umumnya mengerti bahwa ini adalah rujukan kepada kematian seorang tokoh yang jauh lebih awal, Zakharia bin Yoyada. [4]
Latar belakang
suntingZakharia berasal dari masa yang sama dengan Hagai (Ezra 5:1).[5] Karier kenabiannya dimulai pada tahun kedua masa pemerintahan Darius, raja Persia (520 SM). Ia berkarya di antara orang-orang yang telah pulang dari pembuangan di Babel.[6]
Warta Nabi
suntingPesan Nabi Zakharia disampaikan sekitar tahun 520-518 SM, yang terdiri dari nubuat dan 8 penglihatan.[5] Zakharia mengunakan penglihatan sebagai cara untuk menunjukkan karya TUHAN yang dilihatnya.[7] Penglihatan ditunjukkan dalam bentuk simbol-simbol, misalnya penunggang kuda dengan beraneka warna; empat tanduk dan empat tukang besi; malaikat-malaikat yang menerangkan penglihatan; gulungan kitab yang terbang; dan empat kereta terbang.[7] Ia mengumandangkan pesan yang tidak jauh berbeda dengan Yehezkiel agar hidup dalam kekudusan dan memiliki sikap moral yang jujur.[7] Ia juga mewartakan bahwa akan ada perbaikan tanah, kemakmuran dan kedamaian.[7]
Pemikiran
suntingZakharia memiliki pemikiran bahwa peristiwa kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel adalah suatu peristiwa eskatologis dan mesianis.[8] Bangsa yang kembali adalah "Sisa-sisa israel", yang kepadanya TUHAN memberikan keselamatan.[8] Perhatian khususnya adalah pembangunan kenisah yang dihancurkan sebelum pembuangan ke Babel dan membangun masyarakat yang hidup sesuai dengan kehendak TUHAN.
Tindakan kenabian
suntingHanya ada satu tindakan kenabian yang dialami oleh Zakharia, yaitu perintah untuk memungut persembahan.[5] Melalui tindak kenabian ini, Zakharia ingin menyatakan makna pengharapan setelah pembuangan, yaitu pengharapan akan karya TUHAN pada masa mendatang yang harus dibangun dalam kehendak TUHAN.[5] Sisa-sisa bangsa akan mampu menimbulkan tunas-tunas yang dikehendaki oleh TUHAN dan dari situ akan muncul kehidupan.[5]
Lihat pula
suntingSumber Lain
sunting- Artikel ini menggunakan sebagian teks dari Kamus Alkitab Easton, sebuah buku ranah publik, aslinya diterbitkan pada 1897.
Referensi
sunting- ^ (Inggris) David Noel Freedman (ed.). 2000. Eerdmans Dictionary of the Bible. USA: Wm. B. Eerdmans Publishing Co.
- ^ a b (Indonesia)W.S. Lasor. 1994. Pengantar Perjanjian Lama 2: Sastra dan Nubuat. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
- ^ Targum on Lam 2:20: "Layakkah membunuh imam dan nabi di Bait Suci Tuhan, seperti ketika engkau membunuh Zakharia bin Ido, Imam Agung dan nabi yang setia di Bait Suci Tuhan pada Hari Pendamaian karena ia menyuruh engkau untuk tidak berbuat kejahatan di hadapan Tuhan?" Dikutip dengan izin dari terjemahan bahasa Inggris oleh C.M.M. Brady dalam http://www.targum.info/meg/tglam.htm.
- ^ Brady, 1999, “Targum Lamentations’ Reading of the Book of Lamentations” (1MB pdf), hlm. 116.
- ^ a b c d e (Indonesia)Pr. Darmawijaya. 1991. Tindak Kenabian: Kisah Perbuatan Aneh Para Nabi. Yogyakarta: Kanisius.
- ^ (Indonesia) I. Snoek. 1981. Sejarah Suci. Jakarta: BPK Gunung Mulia
- ^ a b c d (Indonesia)Pr. Darmawijaya. 1990. Warta Nabi Masa Pembuangan dan Sesudahnya. Yogyakarta: Kanisius.
- ^ a b (Indonesia) J. Blommendaal. 1979. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia.