Zhang Tianran
Zhang Tianran (Hanzi: 張天然; Pinyin: Zhāng tiānrán) lahir dengan nama Kui Sheng (奎生), yang juga dikenal dengan nama Zhang Guangbi (張光璧). atau Gong Chang Zu (弓長祖); adalah patriark kedelapan belas dari agama Yiguandao bersama dengan Sun Suzhen. Di bawah kepemimpinan Zhang, Yiguandao bertransformasi dari sebuah sekte pergerakan yang kecil menjadi organisasi keagamaan berskala besar di Tiongkok pada tahun 1940-an.[1] Dia biasanya disebut sebagai Shi Zun (師尊), yang berarti Bapak Guru Agung. Gelar keagamaannya adalah Tianran Gufo (天然古佛).
Zhang Tianran | |
---|---|
張天然 | |
Gelar | Tian Ran Gu Fo |
Informasi pribadi | |
Lahir | Kui Sheng 8 Agustus 1889 |
Meninggal | 29 September 1947 | (umur 58)
Makam | Hangzhou, China |
Agama | I Kuan Tao |
Pasangan | Zhu Shuzhen
(m. 1908; meninggal 1909)Liu Shuaizhen (m. 1913–1947) |
Dikenal sebagai | Patriark ke-18 I Kuan Tao |
Kiprah keagamaan | |
Lama menjabat | 1930 – 1947 |
Pendahulu | Lu Zhongyi |
Penerus | Sun Suzhen |
Reinkarnasi | Ji Gong |
Kehidupan Awal
suntingZhang lahir pada hari ke-19 bulan ke-7 pada tahun 1889, di sebuah desa kecil dekat kota Jining, sebuah kota di provinsi Shandong bagian utara.[a][2] Di usia 20an awal, dia meninggalkan rumah dan melakukan perjalanan ke Nanjing dan Shanghai.[3] Pada usia 24 tahun, Zhang bergabung dengan tentara sebagai perwira militer berpangkat rendah di area Yangtze. Pada tahun 1911, setelah mengetahui bahwa ayahnya sakit parah, ia kembali ke Shandong, di mana ayahnya akhirnya meninggal dunia.[2] Setelah kematian ayahnya, ia tidak kembali ke militer dan memilih tinggal bersama ibunya. Zhang menikah dengan Zhu Shuzhen (朱淑貞) tahun 1908.[b][4][5] Di tahun berikutnya, Zhu meninggal setelah melahirkan seorang anak perempuan bernama Zhang Maojin (張茂錦).[4] Zhang menikah lagi dengan Liu Shuaizhen (劉率貞) di tahun 1913. Liu Shuaizhen di kemudian hari menjadi tokoh Yiguandao penting bukan hanya karena membantu suaminya menyebarkan ajaran, tapi juga menjadi pemimpin dari kelompok Yiguandao setelah suaminya meninggal.[4][6] Dengan Liu, Zhang memiliki 2 orang anak laki-laki, yaitu Zhang Maotian (張茂田) yang meninggal di usia muda, dan Zhang Maoming (張茂明) atau Zhang Yingyu (張英譽) yang bergabung dengan kelompok ibunya setelah ayahnya meninggal.
Kepemimpinan Yiguandao
suntingDi tahun 1915, Zhang bertemu dengan seorang bernama Chu Sishu (禇思恕), yang ternyata merupakan seorang pandita (dianchuanshi). Chu berbicara tentang jalan suci Konfusius dan Mencius (孔孟聖道) sebagai jalan keselamatan dan mencoba merekrut Zhang. Walau Zhang tertarik, tapi ia membiarkan ibunya diinisiasi terlebih dahulu.[7] Setelah itu, ibunya menyuruh Zhang untuk diinisiasi juga. Zhang sangat tertarik dengan kemungkinan yang ditawarkan oleh Yiguandao untuk melintasi orang tuanya yang telah meninggal (超拔) agar bisa terbebas dari jalur reinkarnasi dan masuk ke surga tempat Lao Mu berada.[7] Patriark ke-17, Lu Zhongyi, setelah mendengar bakat Zhang kemudian menyuruhnya untuk bergabung dengannya di Jining. Zhang Tianran diangkat menjadi pandita (dianchuanshi) pada tahun 1922 dan menjadi satu dari 8 murid utama Lu lainnya, yaitu Hao Baoshan (郝寶山), Chu Jingfu (褚敬福), Liang Zhaogong (梁兆功), Zhao Huaizhong (趙懷中), Chen Liyue (陳禮月), Zheng Zhenchang (鄭振昌) dan Nie Xijun (聶錫鈞).[8] Lu Zhongyi meninggal pada tahun 1925. Setelah Lu meninggal, dilakukan Tulisan Roh di mana Lao Mu memberikan petunjuk bahwa semua murid Lu diberikan mandat Firman Tuhan (你們各有天命).[9] Tidak lama setelah itu, Tulisan Roh kembali diadakan dan Lao Mu memberikan petunjuk bahwa Lu Zhongjie (路中節), saudara perempuan Lu Zhongyi yang diklaim merupakan titisan Guanyin yang akan memegang Firman Tuhan selama 12 tahun.[9] Di tahun 1930, Lao Mu kembali memberikan petunjuk bahwa Zhang Tianran dan Sun Suzhen sudah tiba waktunya untuk mengambil alih kepemimpinan bersama-sama sebagai suami istri dan menjadi patriark yang ke-18.[c][10] Berdasarkan wahyu tersebut, disebutkan bahwa Zhang merupakan titisan dari Jigong (濟公), sedangkan Sun merupakan titisan dari Boddhisattva Yuehui (月慧菩薩), yang merupakan istri dari Jigong.[9] Sun memikul tugas untuk membantu Zhang melakukan penyelamatan terakhir di Era Masa Pancaran Putih. Sebagai hasilnya, pernikahan tersebut dianggap sebagai simbol suksesi kepemimpinan, yang menunjukkan bahwa Zhang mengukuhkan dirinya sebagai kepala keluarga yang baru.[10] Para murid Lu Zhongyi yang lain menolak klaim tersebut, dan pengikut dari Zhang Tianran sendiri banyak yang menentang keabsahan wahyu tersebut dan meninggalkannya. Hanya sejumlah kecil murid inti Zhang yang terus setia mengikuti mereka.[10] Penolakan tersebut membuat Zhang dan Sun keluar dari Jining dan pindah ke Ji'nan. Zhang berhasil merekrut banyak pengikut dan mengatur segala sesuatunya di ChonghuaTang (崇华堂 ). Banyak pengikut yang dilintasi di Ji'nan di kemudian hari menjadi tokoh penting Yiguan Dao.[11]
Perkembangan pesat Yiguandao di tahun 1940an
suntingDi bawah kepemimpinan Zhang, Yiguandao mungkin menjadi organisasi keagamaan terbesar di Tiongkok dalam waktu yang relatif singkat. Sejak tahun 1934, Yiguandao disebarkan di Tianjin dan Qingdao. Zhang juga merubah struktur organisasi Yiguandao menjadi lebih sederhana dan mengangkat umat yang banyak melintasi umat sebagai daozhang (pemimpin kelompok).[12] Pada tahun 1936, Zhang menjadi tahanan rumah di Nanjing oleh Pemerintah Nasionalis selama hampir satu tahun (297 hari).[13][14] Berdasarkan dokumen yang ditulis oleh anaknya (Zhang Yingyu), Zhang Tianran dicurigai atas 3 alasan yaitu (1) utusan Puyi atau (2) utusan Jepang atau (3) [XX] (dua karakter yang tidak terbaca dalam surat itu) yang mempromosikan partai Komunis.[15][16] Di tahun 1938, Zhang menggelar Lu Hui (爐會), sebuah kelas gemblengan untuk membentuk kader-kader petugas suci di Tianjin. Kelas penempaan itu sangatlah ketat dan sangatlah menggembleng peserta-peserta yang ikut. Banyak dari ratusan orang yang ikut kelas gemblengan itu yang menjadi tokoh pemimpin penting di kalangan Yiguan Dao.[17] Di tahun itu, Zhang Tianran menyebarkan para petugas suci yang sudah terlatih ke seluruh negeri untuk membuka kalangan Tao di tempat baru (開荒). Dengan dibekali tulisan-tulisan roh dari para Sancai (三才) dan sistem pelintasan umat yang terstruktur, Yiguan Dao menyebar dengan sangat cepat. Kekacauan politik dan krisis sosial akibat dari invasi Jepang membuat ajaran-ajaran Yiguan Dao yang mengusung tema mesianis dan bencana akhir jaman menjadi sangat menarik bagi masyarakat Tiongkok waktu itu.[18] I Kuan Tao berkembang sangat pesat di berbagai daerah seperti Jinan, Tianjin, Beijing, Shandong, Jiangnan dan China Utara. Di kota Jinan sendiri jumlah umatnya mencapai 100.000 umat.[18] I Kuan Tao sendiri pada masa itu banyak didukung oleh orang-orang negara boneka Jepang.[18][19] Hakim daerah negara boneka Jepang bergabung dengan I Kuan Tao dan banyak membantu mengeluarkan izin memungkinkan penyebaran ajaran ke berbagai daerah menjadi lebih leluasa.[18] Di tahun 1940an, I Kuan Tao tersebar di 81% wilayah China dan total umatnya mencapai lebih dari 10 juta umat pada masa itu.[20]
Perkembangan pesat I Kuan Tao selama Perang Perlawanan Melawan Invasi Jepang tidak terlepas dari kolusinya dengan pasukan negara boneka Jepang. Anak dari Zhang Tianran, Zhang Yingyu menjadi komisaris Kementerian Luar Negeri (外交部) dan perwira staf Kantor Komisi Militer (军事委员会) negara boneka Wang Jing Wei di Beijing.[18] Pada tahun 1945, Zhang Tianran sendiri menjabat sebagai penasihat Kementerian Luar Negeri rezim negara boneka Wang Jingwei.[18][21] Setelah kemenangan Perang Anti-Jepang, pemerintah Kuomintang memerintahkan pembubarannya pada 11 Januari 1946 yang kemudian berdampak pada pelarangan I Kuan Tao sampai dengan upaya pemberantasan oleh Pemerintah Komunis China pada tahun 1949.
Kematian dan setelahnya
suntingPada Zhang meninggal pada hari ke-15 Bulan ke-8 Imlek, saat Festival Pertengahan Musim Gugur, pada tanggal 29 September 1947, di kota Chengdu, provinsi Sichuan.[d][22] Tubuhnya dibantu dipindahkan oleh Wang Yiwen (王伊文), seorang pandita Yiguandao sekaligus anggota Mahkamah Konstitusi Yuan Yudisial. Selanjutnya menyewa pesawat ke Shanghai dan Zhang dimakamkan di tepi Danau Barat di Hangzhou.[23] Lokasi persis makam Zhang masih menjadi misteri. Belakangan diketahui ternyata jasad Zhang tidak dimakamkan di tempat pemakaman resminya, di mana upacara peringatan juga dilakukan. Makam resmi dibuka pada tahun 1949 oleh pemerintah komunis (dan kosong) dan penjaganya ditembak mati.[24]
Setelah meninggalnya Zhang Tianran pada tahun 1947, kalangan I Kuan Tao terpecah menjadi dua. Mayoritas kelompok yang mengikuti Sun Suzhen disebut Shimu Pai (師母派), sementara kelompok minoritas yang mengikuti istri tua Zhang, Liu Shuaizhen (劉率貞) disebut Shixiong Pai (師兄派).[25] Liu ditangkap oleh pemerintah di Qingdao pada tahun 1950 dan dihukum mati di tahun 1953.[6] Anak dari Zhang Tianran, Zhang Maoming juga tertangkap di tahun 1951, dipenjarakan di Shanghai dan dihukum mati di hari yang sama dengan ibunya.[4]
Lihat pula
suntingCatatan
sunting- ^ Sebastian Billioud dalam bukunya Reclaim of the Wildereness Contemporary Dynamics of the Yiguandao menyampaikan sulitnya mengumpulkan data yang dapat diandalkan tentang kisah hidup sebenarnya dari patriark Zhang. Meskipun banyak informasi yang didapatkan tapi hampir semuanya masuk dalam kategori hagiografi yang cenderung mengkultuskan / mendewakan sosok Zhang. Beberapa baris dari salah satu dari sekian banyak jilid arsip buku PRC yang dikhususkan untuk topik “perkumpulan rahasia reaksioner dan organisasi keagamaan” (fandong huidaomen反動會道門) menyebutkan bahwa Zhang adalah anak malas, manja, dan nakal serta suka berjudi, mabuk dan terlibat aktivitas ilegal. Sementara dari teks-teks I Kuan Tao, Zhang digambarkan seperti dewa, seperti matanya yang berbeda dengan orang kebanyakan, adanya fenomena alam seperti sungai Huanghe yang tiba-tiba jernih saat kelahirannya, api yang menyala di Tiantan Temple, Beijing, serta dikatakan sebagai seorang berbakat yang berintelektual tinggi yang menguasai kitab-kitab Konfusius.
- ^ Tahun pernikahan Zhang dengan istri pertama berbeda-beda berdasarkan beberapa sumber. Philip Clart menyebutkan tahun 1905 dalam bukunya Brill Handbook of the New Religious Movements in East Asia; Jordan dan Overmyer menuliskan 1908 dalam buku The Flying Phoenix, hal 218. Yiguandaozang (一貫道藏, 14) menunjukkan bahwa mereka menikah pada tahun 1911 atau 1912.
- ^ Dalam Yiguandaozang (一貫道藏, 林榮澤) dan teks-teks Yiguandao lainnya, tertulis bahwa Zhang dan Sun “ditetapkan sebagai pasangan suami-istri, meskipun pada kenyataannya mereka bukanlah pasangan” (有夫婦之名, 無夫婦之實). Para penganut Yiguandao umumnya menyakini bahwa pernikahan tersebut hanyalah simbolis.
- ^ Song Guangyu menyebutkan adanya narasi lain yang menyatakan bahwa Zhang Tianran meninggal akibat dihukum mati, tetapi menjelaskan bahwa hal itu tidak didokumentasikan. Sumber : 宋光宇 (1984), 天道钩沉: 一貫道調查報告, hal 129
Referensi
sunting- ^ Billioud 2020, hlm. 89.
- ^ a b Billioud 2020, hlm. 92.
- ^ Ownby 2017, hlm. 213.
- ^ a b c d Ownby 2017, hlm. 214.
- ^ Jordan 1989, hlm. 218.
- ^ a b Billioud 2020, hlm. 93.
- ^ a b Billioud 2020, hlm. 94.
- ^ Billioud 2020, hlm. 95.
- ^ a b c Billioud 2020, hlm. 97.
- ^ a b c Lu 2008, hlm. 31.
- ^ Lu 2018, hlm. 2008.
- ^ Lu 2008, hlm. 32.
- ^ Ownby 2017, hlm. 226.
- ^ 韓, 雨霖. "白水聖帝回憶錄". 彌勒書院. Diakses tanggal 2024-11-26.
- ^ 王, 見川 (2008). 漢人宗教、民間信仰與預言書的探索. 博揚文化. hlm. 179.
- ^ Ownby 2017, hlm. 227.
- ^ Lu 2008, hlm. 37.
- ^ a b c d e f 山东省情网. "民国时期山东的一贯道". 中国人民大学清史研究所.
- ^ Jordan 1985, hlm. 216.
- ^ Lu 2008, hlm. 4, 38.
- ^ Jordan 1985, hlm. 217.
- ^ "第十八代祖師張天然﹝白陽二祖﹞". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-05.
- ^ 雲林縣發展史編纂委員會編輯 (1997). 雲林縣發展史編纂委員會. 雲林縣發展史(上). 雲林縣政府.
- ^ Ownby 2017, hlm. 229.
- ^ Lu 2008, hlm. 38-39.
Daftar Pustaka
sunting- Ownby, David; Vincent Goossaert; Ji Zhe (2017), Making Saints in Modern China, Oxford University Press, ISBN 0190494565
- Lu, Yunfeng (2008), The Transformation of Yiguan Dao in Taiwan: Adapting to a Changing Religious Economy, Lexington Books, ISBN 073911719X
- Soo, Khin Wah (1997), A study of the Yiguan Dao (Unity Sect) and its development in Peninsular Malaysia, University of British Columbia, doi:10.14288/1.0088243
- Jordan, David; Daniel Overmyer (1985), The Flying Phoenix: Aspects of Chinese Sectarianism in Taiwan, Princeton University Press, ISBN 069107304X
- 林, 榮澤 (2009), 一貫道藏, 一貫義理編輯苑, ISBN 9789868383128
- Winter, Franz; Lukas Pokorny (2018), Brill Handbook of the New Religious Movements in East Asia, Brill, ISBN 9789004362055
- Billioud, Sébastien (2020), Reclaiming the Wilderness: Contemporary Dynamics of the Yiguandao, Oxford University Press, ISBN 0197529135