Zheng Zhilong (1604–1661), yang juga dikenal sebagai Nicholas Iquan Gaspard, adalah seorang pemimpin militer, bajak laut dan pedagang Tiongkok pada akhir zaman dinasti Ming yang kemudian dikalahkan oleh dinasti Qing. Ia berasal dari Nan'an, Fujian.[1] Ia adalah ayah dari Zheng Chenggong (Koxinga), pendiri Kerajaan Tungning yang pro-Ming di Taiwan. Setelah kekalahannya, ia diangkat sebagai Mahkamah Tingkat Kedua oleh pemerintah Qing, tetapi kemudian dihukum mati karena putranya masih menentang rezim Qing.

Zheng Zhilong
鄭芝龍
Ilustrasi dari Zheng Zhilong dan putranya Koxinga
Informasi pribadi
Lahir1604
Meninggal1661 (umur 56–57)
Beijing, Kekaisaran Qing
Sebab kematianDekapitasi
Suami/istriTagawa Matsu
HubunganAyah: Zheng Shaozu
Ibu: Nyonya Wang
AnakZheng Chenggong
Tagawa Shichizaemon
Pangkat BangsawanEarl Nan'an→Marquess Nan'an→Marquess Tong'an
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini
Zheng Zhilong
Nama Tionghoa
Hanzi tradisional: 鄭芝龍
Hanzi sederhana: 郑芝龙
Nama Jepang
Kanji: 鄭芝龍
Kana: ジェン・ジーロン
Hiragana: てい しりゅう
Nama Inggris
Inggris: Nicholas Iquan Gaspard

Sejarah

sunting

Kehidupan awal

sunting

Zheng lahir di Nan'an, Fujian, sebagai putra dari Zheng Shaozu (鄭紹祖), seorang pejabat keuangan tingkat menengah pada pemerintahan Quanzhou, dan istri Zheng Shaozu, Nyonya Huang (黃氏). Biografi pada masanya mengisahkan tentang kisah ketika Zheng masih anak-anak, ia dan para saudaranya ingin makan buah kelengkeng.[1] Mereka mendapatkan sebuah pohon buah di sebuah lahan tertutup namun cabangnya menggantung di atas tembok di sebuah jalan. Mereka melempar bebatuan dengan harapan mengenai beberapa buah yang menggantung.[1] Ketika mengetahui bahwa lahan tersebut milik gubernur Kota Quanzhou, dan ia dilempari oleh batu. Para bocah tersebut melarikan diri namun ditangkap dan diseret ke hadapan gubernur. Karena usianya yang masih kecil dan sifatnya yang berkarisma, gubernur tersebut memuji Zheng dan membebaskannya, serta berkata "Ini adalah wajah yang ditakdirkan untuk kekayaan dan kebangsawanan."[1] Cerita tersebut mungkin saja benar dan mungkin saja tidak, tetapi kisah tersebut mewakili karakter Zheng: ia melarikan diri dari keliaran, mengambil buah berdahan rendah, mengalami masalah, dan mendapatkan nasib baik.[1]

Zheng meninggalkan rumahnya pada masa remaja dengan melompat keluar kapal pedagang. Berbagai sumber menyebutkan tentang alasan ia pergi dari rumah, beberapa berkata bahwa ia menyelipkan tangannya ke rok ibu tirinya, catatan lain menyatakan bahwa ayahnya memecutnya di jalanan dengan sebuah tongkat.[1] Zheng datang ke Makau dimana saudara ibunya tinggal (pamannya).[1] Ia dibaptis sebagai penganut Katolik di Makau dan diberi nama Kristen Nicholas Gaspard.[2] Pamannya memintanya untuk mengambil beberapa kargo menuju ke Nagasaki, Jepang, dimana ia bertemu dengan seorang pria Min kaya yang bernama Li Dan, yang dikenal sebagai "Kapten China", yang menjadi pembimbingnya dan mungkin kekasih homoseksual-nya.[1] Li Dan memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang Eropa dan ia meminta Zheng untuk bekerja sebagai penerjemah orang Belanda (Zheng dapat berbicara dalam bahasa Portugis yang juga dipakai oleh orang Belanda).[1] Pada 1622, ketika pasukan Belanda mengambil alih kepulauan Pescadores di lepas Selat Taiwan, Li Dan mengirim Zheng ke Pescadores untuk bekerja dengan orang-orang Belanda sebagai penerjemah dalam negosiasi damai. Sebelum meninggalkan Jepang, ia bertemu dan menikah dengan seorang wanita lokal yang bernama Tagawa Matsu.[1] Ia meninggalkan Jepang sebelum ia melahirkan Zheng Chenggong (Koxinga) pada 1624.[1] Setelah Li meninggal pada 1623, Zheng mengambil alih armada kapalnya.

Catatan

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i j k Andrade, Tonio (2011). Lost colony : the untold story of China's first great victory over the West. Princeton, N.J: Princeton University Press. ISBN 9780691144559. 
  2. ^ "Zheng Zhilong". Enyclopædia Britannica. 2011. 

Referensi umum

sunting