Saparan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
←Mengalihkan ke Upacara bekakak
Tag: Pengalihan baru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 1:
#Alih[[upacara bekakak]]
'''Saparan''' atau '''Saparan Bekakak''' adalah tradisi Jawa yang dilaksanakan saat bulan [[Safar]] pada [[kalender Jawa]]. Acara tersebut digelar untuk mengenang jasa seorang abdi dalem kesayangan Sri Sultan [[Hamengku Buwono I]], yakni Ki Wirosuto yang konon hilang secara misterius saat mencari [[batu gamping]] di [[Gunung Gamping]] bersama dengan istrinya dan kemudian ditemukan meninggal karena diganggu makhluk halus penunggu gunung tersebut.<ref>http://www.tribunnews.com/regional/2016/11/19/tradisi-saparan-bekakak-mengenang-abdi-dalem-kesayangan-sultan-hamengku-buwono-i.</ref>
[[Berkas:Saparan Bekakak Ambarketawang.jpg|jmpl|Proses Penyembelihan Bekakak]]
Saparan bekakak atau juga disebut Saparan Gamping, merupakan upacara tahunan yang dengan simbol Bekakak. Bekakak ini merupakan korban penyembelihan yang berupa hewan atau bahkan manusia. Namun, pada upacara adat Saparan Bekakak, bekakak yang disembelih bukanlah manusia sungguhan, tetapi hanya tiruan, yang berupa boneka sepasang pengantin yang dibuat duduk bersila dan bersebelahan. Boneka ini dibuat dari bahan [[tepung ketan]]. Waktu untuk melaksanakan upacara adat Saparan Bekakak ditetapkan setiap hari Jumat di bulan [[Safar|Sapar]]. Hari Jumat ditetapkan di antara tanggal sepuluh hingga tanggal dua puluh. Kemudian untuk kirab temanten Bekakak dilakukan pada pukul dua siang dan penyembelihan bekakak dilakukan pada pukul empat sore.<ref>{{Cite web |url=https://gudeg.net/direktori/652/saparan-bekakak-gamping.html |title=Salinan arsip |access-date=2020-03-04 |archive-date=2020-03-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20200304062320/https://gudeg.net/direktori/652/saparan-bekakak-gamping.html |dead-url=yes }}</ref>
 
Kyai Wirosuto merupakan seorang abdi dalem yang mengabdi pada Pangeran Mangkubumi, atau lebih dikenal sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono I. Ketika, Sultan hendak akan pindah ke keraton yang baru yang terletak di [https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/keraton-yogyakarta/ Desan Pacethokan,] Kyai Wirosuto dan Nyai lebih memilih untuk tinggal di [[Cagar Budaya Ambarketawang|Keraton Ambarketawang.]]
 
==Lihat pula==