Alkitab

kitab suci agama Kristen

Alkitab adalah kitab suci umat Kristiani. Kadang-kadang disebut pula dengan kata Injil, meskipun sesungguhnya di kalangan umat Kristen Injil hanya digunakan untuk keempat kitab pertama dalam Perjanjian Baru.

Sebuah Alkitab milik sebuah keluarga Amerika terbitan tahun 1859.

Alkitab dibagi atas dua bagian utama: Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Bagian-bagian utama ini disebut "Perjanjian" karena Tuhan bangsa Israel atau Yahwe membuat perjanjian. Pertama kalinya antara Nabi Musa dan orang Yahudi dan kedua kalinya antara Yesus Kristus dan seluruh umat manusia.

Kata 'Alkitab' berasal dari bahasa Arab Kutiba yang berarti ketetapan-ketetapan/hukum, aturan-aturan dalam menjalankan agama

Hampir semua buku Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali beberapa bagian yang ditulis dalam bahasa Aram dari kitab Daniel sedangkan semua buku Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani.

Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian utama yaitu Kitab Taurat (5 kitab), Kitab Sejarah (12 kitab), Kitab Puisi (5 kitab), Kitab Nabi-nabi Besar (5 kitab) dan Kitab Nabi-nabi Kecil (12 kitab). Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah Kitab Injil (4 kitab), Kitab Sejarah (1 kitab), Surat-surat Rasuli (21 kitab) dan Kitab Wahyu (1 kitab).

Selain itu semenjak dahulu ada diskusi tentang kanon Alkitab: buku apa saja yang bisa dianggap bagian dari Alkitab. Pada abad ke-3 SM, Alkitab Ibrani atau Tanakh diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Terjemahan ini disebut Septuaginta, tetapi memuat sejumlah buku yang tidak terdapat dalam versi Yahudi. Buku-buku ini disebut buku-buku Deuterokanonika.

Asal kata "Alkitab"

Kata “Alkitab” memiliki sejarah yang sangat panjang. Di daerah pantai Fenisia, sekitar 40 km sebelah selatan Beirut, yang saat ini terletak di Lebanon, pada sekitar tahun 3500 SM, terdapat satu kota perdagangan yang sangat penting. Sekarang ini kota ini menjadi sebuah desa kecil yang miskin. Pada zaman dahulu, sekitar tahun 1300 SM, kota ini dikenal dengan nama Gubla. Perjanjian Lama atau Kitab-Kitab Ibrani (Yeh 27:9) mengenalnya dengan nama Gebal. Orang-orang Yunani dulu mengenalnya dengan nama Byblos. Dan dewasa ini, desa kecil ini bernama Jebel.

Kota ini dahulu merupakan jajahan Mesir dan menjadi kota pelabuhan dan kota pedagangan papirus. Oleh karena itulah orang Mesir memberi nama kota ini Gubla, yang merupakan sebuah kata dalam bahasa Mesir yang berarti “papirus”. Pada waktu itu, orang-orang Yunani merupakan pembeli dalam jalur perdagangan papirus, dan kota ini juga menjadi kota yang penting bagi orang-orang Yunani dalam jalur perdagangan ini. Menurut ‘telinga’ orang Yunani, kata “Gubla” menjadi “Byblos”, sehingga orang Yunani menyebut “papirus”, dan juga “buku”, dengan nama kota ini.

Filo (20 SM – 50 M) dan Yosefus menyebut Perjanjian Lama sebagai bibloi hiërai. Hieronimus, seorang Bapak Gereja yang disuruh oleh Paus Damasus untuk merevisi Alkitab latin, berkali-kali menyebut Alkitab dengan nama Biblia yang merupakan kata dari bahasa latin yang berarti “kitab”. Alkitab dalam bahasa Inggris menyebut kitab suci sebagai the Bible, dan dalam bahasa Jerman sebagai die Bibel. Oleh karena itu mengacu dari sejarah yang sangat panjang ini, tepat penggunaan kata Arab-Melayu “Alkitab” untuk menyebut kitab suci.

Bagian-Bagian Alkitab

Secara garis besar (menurut warna pada tanda halaman), Alkitab dibedakan menjadi tiga:

  • Perjanjian Lama atau Kitab-Kitab Ibrani; karena 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan sisanya dalam bahasa Aramaik.
  • Deuterokanonika atau yang kadang-kadang disebut oleh kelompok Protestan sebagai Apokrif (hanya ada pada Alkitab yang diakui oleh Gereja Katolik Roma
  • Perjanjian Baru atau Kitab-Kitab Yunani Kristen; karena ditulis dalam bahasa Yunani oleh para pengikut Yesus Kristus (Yesus dari Nazaret) yang belakangan disebut Kristen.

Daftar Kitab dalam Alkitab

Alkitab terdiri dari 66 kitab, 39 termasuk dalam Perjanjian Lama dan 27 dalam Perjanjian Baru.

Selain itu masih ada pula beberapa kitab Deuterokanonika. Kitab-kitab ini tidak diakui oleh semua mazhab Kristen Protestan, namun dipakai oleh umat Kristen Katolik dan Ortodoks. Jumlah 7 dan 2 tambahan pada kitab-kitab Perjanjian Lama lainnya.

Alasan Untuk Mempercayai Alkitab

Keakuratan Sejarah

Belum pernah ada yang berhasil mempersoalkan keakuratan sejarah Alkitab. Buku ini berbicara tentang orang-orang yang benar-benar ada dan berbagai peristiwa yang nyata.

Orang-Orang. Para kritikus Alkitab meragukan keberadaan Pontius Pilatus, Gubernur Romawi di Provinsi Yudea, yang menyerahkan Yesus untuk dipakukan. (Matius 27:1-26) Bulti bahwa Pilatus pernah menjadi penguasa Yudea terukuir di sebuah batu yang ditemukan pada tahun 1961 di Kaisarea, kota pelabuhan di Timur Tengah.

Sebelum tahun 1993, tidak terdapat bukti di luar Alkitab yang mendukung Daud, gembala muda pemberani yang belakangan menjadi Raja Israel, sebagai tokoh sejarah. Namun, pada tahun itu, para arkeolog menemukan sebuah batu basal di bagian utara Israel, berasal dari abad kesembilan SM. Menurut para pakar, pada batu itu terdapat kata-kata "Rumah Daud" dan "Raja Israel".

Gelar. Terdapat banyak penguasa di panggung dunia selama 16 abad masa penulisan Alkitab. Sewaktu menyebut seorang penguasa, Alkitab selalu menggunakan gelar. Misalnya, Herodes Antipas dengan tepat disebut sebagai "penguasa distrik" dan Galio sebagai "prokonsul". (Lukas 3:1; Kisah 18:12) Ezra 5:6 menyebut Tatenai, Gubernur Provinsi Persia "di seberang sungai", Sungai Efrat. Sekeping uang logam buatan abad keempat SM memuat penjelasan yang sama, mengidentifikasi Gubernur Persia bernama Mazaeus sebagai penguasa Provinsi "Seberang Sungai".

Keakuratan dalam perincian yang kelihatannya kecil sangatlah penting. Karena akan sulit untuk mempercayai sebuah buku yang isinya tidak akurat. Ketidakakuratan akan menimbulkan keraguan dalam pikiran seseorang tentang keterandalan seluruh buku, misalnya, sebuah buku modern menyebutkan bahwa Perang Dunia II terjadi pada tahun 1800-an atau yang menyebutkan Presiden Amerika Serikat adalah seoorang Raja.

Keterusterangan dan Kejujuran

Kejujuran adalah dasar untuk kepercayaan. Seseorang yang mempunyai reputasi sebagai orang jujur bisa mendapat kepercayaan kita, tetapi jika ia berdusta bahkan sekali saja, ia akan kehilangan kepercayaan itu.

Para penulis Alkitab adalah orang-orang jujur yang menulis dengan tulus. Keterusterangan itu membuat nada kebenaran nyata dalam tulisan mereka.

Kesalahan dan kekurangan. Para penulis Alkitab secara terbuka mengakui kegagalan dan kelemahan mereka. Musa menceritakan kesalahannya yang sangat merugikan dirinya. (Bilangan 20:7-13) Asaf menjelaskan bahwa suatu waktu dia pernah merasa dengki terhadap kemakmuran orang fasik.(Mazmur 73:1-14) Yunus menceritakan ketidaktaatannya dan sikap buruk yang mula-mula ia perlihatkan sewaktu Allah berbelas kasihan kepada para pedosa yang bertobat. (Yunus 1:1-3; 3:10; 4:1-3) Matius dengan terus terang mengatakan bahwa dia meninggalkan Yesus pada malam Yesus ditangkap.—Matius 26:56.

Para penulis Kitab-Kitab Ibrani membeberkan gerutu yang berulang-ulang serta pemberontakan bangsa mereka sendiri. (2 Tawarikh 36:15, 16) Para penulis tidak mengecualikan siapa pun, bahkan para penguasa bangsa mereka. (Yehezkiel 34:1-10) Dengan keterusterangan yang sama, surat-surat para rasul melaporkan berbagai problem serius yang dialami oleh beberapa orang Kristen, termasuk tokoh-tokoh yang bertanggung jawab, dan juga beberapa sidang jemaat pada abad pertama.—1 Korintus 1:10-13; 2 Timotius 2:16-18; 4:10.

Kebenaran yang apa adanya. Para penulis Alkitab tidak mencoba menutup-nutupi apa yang mungkin dianggap orang sebagai kebenaran yang memalukan. Orang Kristen abad pertama mengakui dengan terus terang bahwa mereka bukanlah orang-orang yang dikagumi oleh dunia di sekitar mereka melainkan dianggap bodoh dan tidak terpandang. (1 Korintus 1:26-29) Para penulis menyebut rasul-rasul Yesus sebagai "orang-orang biasa yang tidak terpelajar".—Kisah 4:13.

Para penulis Injil tidak mencoba merekayasa fakta agar dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang Yesus. Malah, mereka secara jujur melaporkan bahwa ia lahir di lingkungan yang sederhana dalam sebuah keluarga kelas pekerja, bahwa ia tidak belajar di sekolahbergengsi pada zamannya, dan bahwa mayoritas pendengarnya menolak berita yang disampaikannya.—Matius 27:25; Lukas 2:4-7; Yohanes 7:15.

Keselarasan Isi

40 pria dari berbagai latar belakang menulis sebuah buku, masing-masing satu bagian. Para penulisnya tinggal di beberapa negeri dan tidak semua saling mengenal. Beberapa tidak mengetahui apa yang ditulis oleh penulis lainnya.

Alkitab adalah buku semacam itu. Ditulis di bawah keadaan-keadaan yang bahkan lebih tidak lazim daripada yang disebutkan di atas, keselarasan isinya sungguh luar biasa.

Keadaan yang unik. Alkitab ditulis selama kira-kira 1600 tahun, dari tahun 1513 SM hingga sekitar tahun 98 M. Karena itu, kebanyakan dari kira-kira 40 penulisnya hidup pada abad yang berbeda-beda. Pekerjaan mereka beraneka ragam. Beberapa adalah nelayan, yang lainnya gembala, atau raja, yang lainnya lagi adalh tabib atau dokter, dan ada pula sebagai jenderal.

Berita yang selaras. Para penulis Alkitab mengembangkan satu tema utama: pembenaran hak Allah untuk memerintah umat manusia dan penggenapan maksud-tujuan-Nya melalui Kerajaan surgawi-Nya, suatu pemerintahan sedunia. Tema ini diperkenalkan dalam buku Kejadian, dikembangkan dalam buku-buku selanjutnya, dan mencapai klimaksnya di buku Penyingkapan (Wahyu).


Lihat pula

Pranala luar