Dhow

jenis kapal layar dari wilayah Samudra Hindia
Revisi sejak 24 Januari 2021 00.50 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Dhow (bahasa Arab: داو, daw) adalah nama umum untuk sejumlah kapal layar tradisional dengan satu atau lebih tiang, memakai layar lateen, dan digunakan di wilayah Laut Merah dan Samudera Hindia. Sejarawan berbeda pendapat apakah dhow diciptakan oleh orang Arab atau orang India.[1][2] Dhow biasanya berlambung panjang tipis, digunakan sebagai kapal dagang terutama untuk membawa barang berat, seperti buah, air tawar, atau berbagai barang dagangan, pada jalur perdagangan di sepanjang pantai Arabia Timur (negara-negara Arab di Teluk Persia),[3] Afrika Timur, Yaman, dan beberapa wilayah Asia Selatan (Pakistan, India, dan Bangladesh). Dhow berukuran besar memiliki awak sekitar tiga puluh orang, sedangkan bentuk yang lebih kecil biasanya berawak sekitar dua belas orang.

Sebuah dhow di Samudera Hindia, dekat pulau-pulau Zanzibar di lepas pantai Swahili.

Sejarah

Sejarah asal-usul dhow yang sebenarnya masih belum jelas. Beberapa peneliti menduga ia ditemukan antara 600 SM hingga 600 M di India. Ada pula yang mengklaim bahwa sambuk, sejenis dhow, mungkin berasal dari caravel Portugis.[4]

Orang-orang Yaman Hadramaut serta orang Oman selama berabad-abad telah pergi ke Beypur di Kerala India untuk memperoleh dhow mereka. Hal ini karena hutan-hutan Kerala menyediakan sumber kayu dan tali sabut yang baik, serta adanya tukang kayu khusus yang terampil dalam membuat kapal. Pada zaman dulu, papan selubung lambung dhow disatukan dengan memakai tali sabut kelapa. Dhow Beypur dikenal dengan nama Uru dalam bahasa Malayalam, yaitu bahasa setempat di Kerala. Para pemukim dari Yaman, yang dikenal sebagai Baramis, saat ini masih terlibat dalam pembuatan Uru di Kerala.

Pada tahun 1920-an, para penulis Britania menyatakan bahwa Al Hudaidah di Yaman merupakan pusat pembuatan dhow. Ukuran kapal-kapal yang dibuat di Al Hudaidah lebih kecil, dan digunakan untuk perjalanan di sepanjang pantai. Mereka dibangun menggunakan kayu akasia yang tumbuh di Yaman.[5]

Penulis dan petualang Alan Villiers (1903–1982) mendokumentasikan kehidupan sehari-hari perdagangan laut di Samudera India ketika antara 1938-1939 ia berlayar menggunakan dhow, mengabadikannya dalam beragam foto, serta menerbitkannya dalam beberapa buku yang membahas mengenai navigasi dhow.[6][7]

Para pelaut dhow tradisional menggunakan kamal sebagai alat navigasi perbintangan mereka. Kamal merupakan alat observasi untuk menentukan garis lintang dengan cara mengukur kemiringan sudut Bintang Kutub di atas cakrawala.[8]

Galeri

Referensi

  1. ^ Briggs, Philip. "Dhows of the swahili coast". Zanzibar Travel Guide. Diakses tanggal 6 September 2012. 
  2. ^ "The History & construction of the dhow". Nabataea. Diakses tanggal 6 September 2012. 
  3. ^ "Arab Dhows of Eastern Arabia". 1949. 
  4. ^ Taylor, James. "Traditional Arab sailing ships". The British-Yemeni Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-15. Diakses tanggal 6 September 2012. 
  5. ^ Prothero, GW (1920). Arabia. London: HM Stationery Office. hlm. 99. 
  6. ^ Villiers, Alan, An Account of Sailing with the Arabs in their Dhows, in the Red Sea, round the Coasts of Arabia, and to Zanzibar and Tanganyika; Pearling in the Persian Gulf; and the Life of the Shipmasters and the Mariners of Kuwait .
  7. ^ Villiers, Alan, Monsoon Seas: The Story of the Indian Ocean, Questia .
  8. ^ "Ancient Sailing and Navigation". Nabataea.net. Diakses tanggal 7 September 2012. 

Pranala luar