Bahasa Kangean
Bahasa Kangean (bahasa Kangean: Bĕsa Kangéan; bahasa Inggris: Kangeanese) adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Kangean yang berasal dari pulau Kangean.[4] Penutur bahasa Kangean berkonsentrasi di wilayah kepulauan Kangean, yang secara geografis terletak di utara Bali dan baratlaut Lombok. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.
Klasifikasi
Bahasa Kangean memiliki ragam variasi dialek yang dapat dikenali melalui perbedaan fonologi, aksentologi, maupun idiomatologi yang umumya terbagi kedalam distribusi penggolongan melalui beberapa metode, yakni baik secara regional geografis maupun sosiokultural.
Regional Geografis
Secara regional geografis, pengelompokan dialek dapat dibedakan menjadi dua grup utama; yakni dialek darat dan pesisir.
- Dialek Darat
- Dialek Duko (di Arjasa)
- Dialek Dandung (di Dandung)
- Dialek Torjek (di Torjek)
- Dialek Laok Jangjang (di Laok Jangjang)
- Dialek Pesisir
- Dialek Pajanangger (di Pajanangger)
- Dialek Sapeken (di Sapeken)
- Dialek Pagerungan (di pulau Pagerungan Besar dan Pagerungan Kecil)
- Dialek Salarangan (di Salarangan)
- Dialek Saebus (di pulau Saebus)
Sosiokultural
Secara unggah-ungguh (tingkat kesopansantunan), dialek dalam bahasa Kangean dibedakan menjadi 3 bagian tingkatan; yakni Ako-Kao (disebut juga Eson-Sede atau Eson-Kake), Nira-Nae (disebut juga Die-Dika), dan Kaula-Panjenengan.
- Ako-Kao (Eson-Sede atau Eson-Kake)
Pada tingkat ini, biasanya digunakan kepada orang sebaya.
- Nira-Nae (Die-Dika)
Pada tingkat ini, biasanya digunakan oleh menantu kepada mertua.
- Kaula-Panjenengan
Pada tingkat ini, biasanya digunakan kepada orang yang lebih tua.
Glos | Bentuk bebas | |||
---|---|---|---|---|
Ako-Kao (Eson-Sede atau Eson-Kake) | Nira-Nae (Die-Dika) | Kaula-Panjenengan | ||
1SG, 1PL.EXCL 'aku, saya, kami' |
|
|
kaula | |
2SG, 2PL 'kamu, Anda, kalian' |
|
|
panjenengan | |
3SG, 3PL 'dia/ia, beliau, mereka' |
|
dibikna | kabih |
Sistem Penulisan
Pada zaman modern, sistem penulisan bahasa Kangean menggunakan aksara Latin. Menurut sejarah perkembangannya, bahasa ini cenderung tidak memiliki suatu sistem penulisan yang dapat dipastikan, karena bahasa Kangean memiliki akar pengaruh sistem linguistik yang beragam dari masa ke masa.
Dalam bahasa Kangean, sistem penulisan kuno memiliki pengaruh dari bahasa-bahasa lain yang memainkan peranan cukup kuat. Dalam beberapa daerah di kepulauan Kangean, aksara yang digunakan dapat beragam, yakni diataranya meliputi aksara Lontarak (dikenali juga sebagai aksara Ugi/Bugis), aksara Makassar, aksara Kawi (Carakan Kuno), dan Pegon. Hal ini merupakan hasil dari pengaruh budaya suku-suku dari Sulawesi dan Kalimantan yang bermigrasi sejak ratusan hingga ribuan tahun dan berasimilasi dengan warga setempat yang melahirkan tradisi majemuk Kangean. Pengaruh budaya Jawa dan Madura juga memiliki andil utamanya pada masa kejayaan Majapahit dan Kadipaten Sumenep yang pernah menguasai sebagian besar wilayah Kangean. Namun di lain sumber, penggunaan aksara Kawi di kepulauan Kangean cenderung dipengaruhi oleh suku Bali yang menggunakan aksara Kawi pada masa lampau, sebelum akhirnya berkembang menjadi aksara Bali.
Lihat Juga
Referensi
- ^ "Total Populasi berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Sumenep". sumenepkab.bps.go.id. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep. 2013. Diakses tanggal 31 December 2020.
Data Kecamatan Sapeken, Kecamatan Arjasa, Kecamatan Kangayan di Kangean
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Kangean". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Kangean". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Kangean Speaking Peoples - Joshua Project
Bacaan lanjutan
- David M. Eberhard and Gary F. Simons and Charles D. Fennig. 2021. Ethnologue: Languages of the World. Dallas: SIL International. (AES Status of Kangeanese language: Not Endangered, Kangean (kkv-kkv) = 6a* (Vigorous))
- H. N. Kiliaan. 1897. Kangeansch. In Morphology and Syntaxis, 153-176. Batavia: Landsdrukkerij.
- A. Teeuw. 1961. A Critical Survey of Studies on Malay and Bahasa Indonesia. (Koninklijk instituut voor taal-, land- en volkenkunde: Bibliographical Series, 5.) 's Gravenhage: Martinus Nijhoff. 179pp.
- Alexander Adelaar. 2005. The Austronesian languages of South East Asia and Madagascar: a historical perspective. In Alexander Adelaar and Nikolaus Himmelmann (eds.), The Austronesian Languages of Asia and Madagascar, 1-41. London & New York: Routledge.