Yahya (bahasa Arab: يحيىٰ, translit. Yaḥyā) adalah tokoh dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Dia adalah putra Zakariyya. Yahya dipandang sebagai nabi dan dihormati dalam Kristen, Islam, Baha'i, dan Mandaeisme. Dia hidup sekitar abad pertama Masehi di Palestina saat kawasan tersebut menjadi wilayah bawahan Romawi. Tokoh ini disebut Yohanes Pembaptis dalam Kristen.

Nabi
Yaḥyā
يحيى
Yohanes Pembaptis

'alaihissalam
Kaligrafi Yahya 'alaihis-salam
Tempat tinggalPalestina
Nama lainYohanes
PendahuluZakariyya
Pengganti'Isa
Orang tua
KerabatMaryam (sepupu)

Ayat

Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan salat di mihrab, "Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan suatu kalimat (firman) dari Allah, panutan, berkemampuan menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh."

Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis.'

Nama

Terdapat pendapat mengenai makna dan asal-usul nama "Yahya" yang digunakan Al-Qur'an. Yahya bukanlah ejaan bahasa Arab dari bahasa aslinya. Namanya dalam bahasa Ibrani adalah Yohanan (יוֹחָנָן, Yôḥānān) dan dieja dalam bahasa Arab sebagai Yuhana (يُوحَنَّا, Yūḥanna). Secara bahasa, nama Yahya yang digunakan dalam Al-Qur'an sama dengan nama Ibrani "Yehia" (יְחִיָּה). Yehia sendiri adalah nama orang yang hidup pada masa Dawud atau sekitar sepuluh abad sebelum masa Yahya dan bertugas sebagai penjaga tabut perjanjian, peti yang berisi barang-barang suci Bani Israil, seperti gulungan Taurat dan relik peninggalan Musa dan Harun.[1][2]

Para penafsir sering menghubungkan nama Yahya dengan arti "mempercepat" atau "menghidupkan", mengacu pada kemandulan ibu Yahya yang disembuhkan oleh Allah, serta khotbah Yahya yang, sebagaimana diyakini umat Islam, "membuat hidup" iman Bani Israil.[3] Arti dari nama ini sama dengan arti dari nama Yehia, yang bermakna "Yahweh hidup".[2] Sebagaimana sosok Yehia yang menjadi penjaga tabut perjanjian, sangat mungkin nama "Yahya" digunakan umat Kristen Arab pada abad ke-6 dan ke-7 M sebagai julukan kehormatan pada Yohanan (Yuhana) karena dia dipandang sebagai penjaga dari "tabut perjanjian yang baru". Perjanjian baru di sini merujuk pada 'Isa Al-Masih yang membawa syariat atau hukum baru, yakni Injil, untuk melengkapi dan menyempurnakan syariat lama umat Yahudi, yaitu Taurat.[4][5]

Kisah

Nama Yahya disebutkan dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) sebanyak lima kali[a] dan kisahnya disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 39; Maryam (19): 7, 12-15; dan Al-Anbiya' (21): 89-90. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Yahya disebutkan dalam Injil Matius 3, 11, 14; Markus 6; Lukas 1, 3, 9 dan Yohanes 1.

Latar belakang

Setelah Sulaiman mangkat, Kerajaan Israel terbagi menjadi dua: kerajaan di utara yang juga disebut Kerajaan Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kerajaan Israel lama; dan Kerajaan Yehuda di selatan.[6] Kerajaan Samaria ditaklukkan Asyur pada 720-an SM.[7] Satu setengah abad kemudian, Kerajaan Yehuda ditaklukkan Babilonia Baru pada tahun 587 SM dan Bait Suci (Baitul Maqdis, Masjid Al-Aqsha) yang menjadi pusat ibadah Bani Israil turut dihancurkan. Banyak Bani Israil kemudian diasingkan ke Babilonia. Pada masa-masa selanjutnya, Bani Israil (sebutan untuk keturunan Ya'qub) juga kerap disebut dengan bangsa Yahudi, meski ada juga non-Bani Israil yang menjadi penganut ajaran Yahudi.

Setelah lima puluh tahun di pengasingan, Bani Israil diperkenankan kembali ke Palestina dan Bait Suci kembali dibangun. Antara tahun 332-160 SM, kawasan Palestina dikuasai dinasti-dinasti dari Yunani. Mereka mendorong proses Helenisasi di wilayah bawahannya, menjadikan kebudayaan Yunani sangat dominan di Palestina dan kehidupan sosial-keagamaan Bani Israil. Proses Helenisasi ini memicu umat Yahudi melancarkan Pemberontakan Makabe dan umat Yahudi berhasil berkuasa secara mandiri di bawah kepemimpinan Dinasti Yahudi Hashmonayim. Saat meluaskan wilayahnya, Hashmonayim juga memaksa penduduk taklukan untuk memeluk agama Yahudi, meskipun penduduknya bukanlah Bani Israil. Bangsa Edom kemudian menjadi Yahudi.[8][9] Pada 37 SM, kekuasaan Hashmonayim atas Palestina berakhir, digantikan oleh Herodes yang Agung, raja bawahan Romawi. Herodes adalah keturunan bangsa Edom yang menjadi pemeluk Yahudi pada masa Hashmonayim.[10][11][12][13][14] Setelah Herodes Agung mangkat pada 4 SM, wilayah Palestina dibagi-bagi untuk tiga putranya: Herodes Arkhelaus, Herodes Antipas, dan Herodes Filipus II. Secara resmi, mereka tidak menyandang gelar raja sebagaimana ayah mereka.[15] Arkhelaus menyandang gelar etnark (semacam gubernur), sedangkan Antipas dan Filipus bergelar tetrark (semacam gubernur). Sebagaimana ayah mereka, ketiganya juga penguasa bawahan Kaisar Romawi.

Yahya adalah nabi Bani Israil. Alkitab menyebutkan bahwa dia adalah putra Zakariyya dan Elisyeba, keduanya merupakan keturunan Harun dari suku Lewi. Zakariyya sendiri adalah seorang imam atau pendeta (כֹּהֵן, kohen).[16] Yahya berdakwah pada masa kekuasaan Kaisar Romawi kedua, Tiberius (berkuasa 14-37 M), saat Pontius Pilatus menjabat prefek (Wali negeri) Provinsi Iudaea (Palestina).[17]

Doa

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Zakariyya menjadi wali dan penjaga Maryam. Saat mengunjungi Maryam di ruang khusus ibadahnya, Zakariyya melihat makanan. Saat ditanya asal makanan ini, Maryam menjawab bahwa itu dari Allah. Kemudian Zakariyya berdoa agar juga dikaruniai keturunan.[18]

Para ulama menjelaskan bahwa Maryam mendapatkan buah-buahan yang bukan musimnya sebagai bentuk mukjizat. Zakariyya yang melihat kesalehan Maryam dan karunia Allah yang dikaruniakan padanya menjadi ingin memiliki keturunan sendiri.[19] Terkait hubungan kekeluargaan, disebutkan bahwa Hannah, ibu Maryam, adalah saudari Elisyeba, istri Zakariyya. Pendapat lain menyebutkan bahwa Hannah adalah bibi Elisyeba dari pihak ibu.[20]

Dijelaskan dalam Al-Qur'an bahwa Zakariyya memohon dengan suara lembut di ruang ibadahnya. Disebutkan bahwa dia sudah berusia senja kala itu dan istrinya adalah seorang wanita mandul. Dia mengkhawatirkan kerabatnya sepeninggalnya dan memohon anak yang akan menjadi pewaris keluarga Ya'qub.[21][22] Beberapa penafsir menyebutkan bahwa Zakariyya khawatir bahwa setelah dirinya meninggal, kerabatnya tidak bisa mengurus dan memandu Bani Israil dengan hukum Allah sebagaimana mestinya, sehingga dia memohon dikaruniai anak yang saleh dan berbakti agar bisa melanjutkan tugasnya kelak dan menjadi pewaris spiritualnya.[19][23] Dalam hukum Musa sendiri juga dijelaskan bahwa secara hukum, kedudukan imam itu diwariskan dari ayah ke putranya di kalangan keturunan Harun.[24]

Al-Qur'an kemudian menjelaskan bahwa setelahnya, malaikat datang dan mengabarkan bahwa Zakariyya akan memiliki seorang putra yang bernama Yahya. Zakariyya menanyakan caranya dia memiliki anak, padahal dia sudah berusia senja dan Elisyeba sendiri adalah wanita mandul. Melalui malaikat, Allah menjelaskan bahwa itu adalah hal yang mudah. Zakariyya meminta tanda dan Allah membalas bahwa Zakariyya tidak akan mampu bicara selama tiga hari tiga malam, padahal dia dalam keadaan sehat.[25][26]

Alkitab menjelaskan bahwa malaikat Jibril mendatangi Zakariyya saat dia mendapat jadwal tugas untuk membakar ukupan atau dupa di dalam Baitul Maqdis, sementara jamaah berdoa di luar. Jibril menyatakan bahwa Zakariyya akan dikaruniai anak yang akan menjadi utusan Tuhan yang kuat dan berkuasa seperti Ilyas. Zakariyya menjelaskan bahwa dia dan istrinya sudah tua dan Jibril membalas bahwa Zakariyya tidak akan bisa bicara sampai Yahya lahir karena dia tidak percaya dengan kabar yang dibawa Jibril. Di luar, jamaah heran karena Zakariyya begitu lama berada di dalam. Saat keluar, Zakariyya tidak bisa bicara dan terus-menerus menggunakan isyarat tangan. Orang-orang paham bahwa Zakariyya telah mendapat penglihatan saat di dalam.[27]

Ada yang berpendapat bahwa saat itu Zakariyya telah berusia 77 tahun atau lebih muda.[28] Pendapat lain menyebutkan 92 tahun.[29]

Alkitab menyebutkan bahwa saat kandungan Elisyeba memasuki usia enam bulan, Maryam mengandung 'Isa.[30] Setelah Elisyeba melahirkan, putranya disunat saat berusia delapan hari.[31]

Al-Qur'an menyatakan bahwa Allah memberi nama anak itu Yahya dan "Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya."[32] Alkitab menjelaskan bahwa keluarga besarnya hendak menamai anak itu Zakariyya sebagaimana nama bapaknya, tetapi Elisyeba menolak dan ingin menamainya Yahya (Yohanan/Yohanes). Mereka membalas bahwa tidak ada yang memiliki nama seperti itu di keluarga besar mereka. Zakariyya kemudian menulis di batu tulis bahwa namanya adalah Yahya.[33][34][35]

Seruan

Seruan dan dakwah Yahya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat hadits disebutkan bahwa Yahya mengumpulkan Bani Israil di Bait Suci atau Baitul Maqdis sampai penuh sesak. Kemudian dia menyampaikan pada mereka lima hal: menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, shalat (ibadah), puasa, sedekah, dan berdzikir (menyebut nama Allah).[36]

Alkitab menyebutkan bahwa Yahya sehari-hari mengenakan jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, sedangkan makanannya belalang dan madu hutan. Dia menyeru orang-orang untuk bertobat dan penduduk dari berbagai daerah mendatangi seruannya. Yahya melakukan ritual baptis di sungai Yordan pada mereka sebagai bentuk pertobatan.[37][38][39] Yahya juga menyeru bahwa setelah dirinya, akan datang sosok yang lebih mulia dan agung darinya.[40][41][42] Sosok itu ditafsirkan sebagai 'Isa bin Maryam.

Herodes Antipas

Dalam berdakwah, Yahya dikenal sangat tegas, bahkan sampai berhadapan dengan Herodes Antipas, tetrark kawasan Galilea dan Perea. Yahya menegur Herodes Antipas atas berbagai kejahatan yang dia lakukan, termasuk pernikahannya dengan Herodias. Dari segi silsilah, Herodias adalah keponakan Herodes Antipas. Dari segi pernikahan, Herodias adalah ipar Herodes Antipas karena Herodias adalah istri dari saudara tiri Herodes Antipas. Setelah Herodes Antipas dan Herodias bercerai dengan pasangan masing-masing, mereka kemudian menikah. Yahya mengecam hal tersebut lantaran saat mereka menikah, mantan suami Herodias masih hidup dan hal tersebut melanggar hukum Taurat.[43]

Terkait suami pertama Herodias, catatan sejarah menunjukkan bahwa dia adalah Herodes II. Namun Alkitab menyebutkan bahwa namanya adalah Filipus. Atas dasar ini, sebagian sarjana menyebutkan bahwa nama asli Herodes II adalah Herodes Filipus (berbeda dengan Filipus yang mewarisi sebagian wilayah Palestina sepeninggal Herodes Agung). Namun banyak sarjana yang tidak sepakat dengan hal ini dan menyatakan bahwa penulis Alkitab telah melakukan kesalahan.[44][45]

Atas penentangannya terhadap Herodes Antipas, Yahya kemudian dibelenggu dan dipenjara. Salah satu bagian Alkitab (Injil Matius) menyebutkan bahwa Herodes Antipas ingin membunuh Yahya, tapi takut atas reaksi banyak orang karena mereka menghormati Yahya sebagai nabi dan memiliki pengaruh besar di masyarakat.[46] Dalam bagian yang lain (Injil Markus) disebutkan bahwa Herodias yang menginginkan kematian Yahya, tetapi Herodes Antipas menentang dan bahkan menyuruh para penjaga untuk menjaga baik-baik keselamatan Yahya di tahanan karena mengetahui bahwa Yahya adalah orang baik. Herodes Antipas sendiri bahkan disebutkan suka mendengar perkataan Yahya.[47]

Kematian

Alkitab menyebutkan bahwa saat perayaan ulang tahun Herodes Antipas, seorang gadis menari di pesta dan membuat senang Herodes Antipas dan tamu-tamunya. Herodes Antipas kemudian mengatakan akan mengabulkan permintaan gadis itu sebagai imbalan. Gadis itu kemudian bertanya pada ibunya dan ibunya menyuruhnya untuk meminta kepala Yahya. Setelah permintaan itu disampaikan oleh gadis tersebut, Herodes Antipas bersedih, tapi tak bisa mengingkari janji yang telah dia ucapkan di hadapan orang-orang. Akhirnya Herodes Antipas memerintahkan agar Yahya dipenggal dan kepalanya disuguhkan dalam nampan. Setelah mendengar kematian Yahya, murid-muridnya mengambil jenazahnya dan menguburkannya.[48][49]

Ada dua pendapat terkait identitas gadis yang menari dan perbedaan ini berasal dari masalah penerjemahan Alkitab. Pendapat pertama menyebutkan bahwa dia adalah anak perempuan Herodes Antipas yang bernama Herodias (namanya sama dengan istri baru Herodes Antipas). Pendapat kedua menyebutkan bahwa dia adalah anak perempuan Herodias.[50][51][52] Terkait pendapat kedua, keterangan tambahan menyebutkan bahwa dia adalah anak Herodias dengan suami pertamanya. Alkitab terjemahan NRSV memilih pendapat pertama,[53] sedangkan Alkitab terjemahan bahasa Indonesia merujuk pada pendapat kedua.

Kedudukan

Islam

Yahya dipandang seorang nabi dalam Islam. Kisah yang berkaitan dengan Yahya dalam Al-Qur'an adalah mengenai doa Zakariyya yang memohon keturunan. Bagian kisahnya yang lain disadur dari riwayat hadits atau sumber-sumber Kristen.

Al-Qur'an menyebutnya sebagai sosok panutan, berkemampuan menahan diri dari hawa nafsu, seorang nabi di antara orang-orang yang saleh,[54] Yahya juga dianugerahi hikmah sejak masih anak-anak, sosok yang berbakti pada orang tua, dan bukan orang yang sombong dan durhaka. Disebutkan bahwa kesejahteraan dilimpahkan pada hari kelahiran, kematian, dan saat kebangkitannya kembali.[55] Yahya juga dijelaskan sebagai orang yang bersegera melaksanakan kebaikan dan khusyuk.[56] Di ayat lain, Yahya disebut bersama Zakariyya, 'Isa, dan Ilyas, sebagai orang yang saleh.[57]

Yahya juga disebutkan membenarkan kalimat atau firman dari Allah.[54] Ayat selanjutnya menyebutkan bahwa yang dimaksud kalimat dari Allah adalah hadirnya sosok 'Isa bin Maryam.[58]

Yahya juga salah satu nabi yang dilihat Nabi Muhammad saat peristiwa isra' mi'raj. Disebutkan bahwa Yahya berada di langit kedua bersama 'Isa.[59]

Kristen

Yahya dipandang sebagai nabi, juga dihormati sebagai santo oleh banyak tradisi Kristen. Dalam Kristen, sosok Yahya utamanya memiliki peran khusus sebagai pendahulu kedatangan 'Isa yang dipandang sebagai mesias yang sudah dinubuatkan.[60][61] Yahudi percaya bahwa sebelum sosok mesias datang, Ilyas akan datang terlebih dulu. Umat Kristen percaya bahwa Yahya adalah Ilyas, dalam artian bahwa Yahya adalah penerus spiritual dari Ilyas.[62][63]

Gereja Katolik memperingati Yahya pada dua hari raya, yakni perayaan Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis pada 24 Juni dan Kematian Yohanes Pembaptis pada 29 Agustus.

Mandaeisme

Yahya dianggap sebagai nabi utama umat Mandaeisme atau Shabi'iyah (bahasa Arab: صَابِئِيَّة), dan berperan besar dalam beberapa tulisan mereka,[64] seperti kitab Ginza Rba dan Draša D-Iahia (Kitab Yahya). Mereka memandang Yahya sebagai satu-satunya mesias yang sejati, dan menentang 'Isa.[65]

Baha'i

Bahá'i menganggap Yahya sebagai nabi Allah yang, seperti semua nabi lainnya, diutus untuk menanamkan pengetahuan tentang Tuhan, mendorong persatuan di antara orang-orang di dunia, dan menunjukkan kepada orang-orang cara hidup yang benar.[66] Ada banyak kutipan dalam tulisan-tulisan Bahá'u'lláh, Pendiri Bahá'í, yang menyebut Yahya. Ia dianggap oleh Baha'i sebagai seorang nabi kecil.[67]

Penanggalan

Pada masa hidup Zakariyya, para imam (pendeta) Yahudi masih melanjutkan tugas mereka memimpin upacara kebaktian atau peribadatan di Bait Suci (Baitul Maqdis). Ada 24 giliran kebaktian, setiap giliran disebut sesuai dengan nama-nama keturunan Harun. Setiap imam mendapat giliran bertugas selama sepekan dalam setiap enam bulan. Jadi 24 giliran kebaktian tersebut diselesaikan dalam 24 pekan, dan setahun 48 giliran dalam 48 pekan.

Giliran pertama disebut Jehoiarib yang dimulai hari Sabat (Sabtu) pada bulan Nisan menurut kalender Yahudi. Bulan Nisan bersamaan dengan musim semi, sedangkan Maaziah merupakan giliran ke-24 atau giliran terakhir pada pertengahan pertama tiap tahun. Pada saat Zakariyya berada di Bait Suci, Malaikat Jibril datang kepadanya menyampaikan kabar gembira tentang anak yang akan lahir dari kandungan istrinya. Injil Lukas 1:5 menyatakan, "Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia."

Ungkapan "Abia" dalam ayat ini mendapat penjelasan dalam Kitab 1 Tawarikh 24:10 bahwa Abia atau Abijah adalah giliran ke-8. ini berarti memasuki pekan ke-9 setelah awal bulan pertama, Nisan. Jadi, Zakariyya bertugas antara tanggal 27 Iyar sampai dengan tanggal 15 Sivan menurut kalender Yahudi (1 sampai 8 Juni) setelah dihitung dari 6 April tahun 5 SM yang bertepatan dengan Sabat pada bulan Nisan. Diketahui bayi biasanya berada dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari. Jika diperhitungkan sejak waktu Zakaria menerima kabar gembira tentang kehamilan istrinya sampai lahirnya Yahya, akan ditemukan tanggal 27 Maret (1 Nisan) sebagai hari kelahiran Yahya.

Makam dan relik

 
Makam Nabi Yahya di Masjid Agung Umayyah

Terdapat beberapa tempat yang diyakini sebagai makam Yahya:

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Dalam Al-Qur'an, nama Yahya disebutkan lima kali, yakni pada surah:
    1. Ali 'Imran (3): 39
    2. Al-An'am (6): 85
    3. Maryam (19): 7, 12
    4. Al-Anbiya' (21): 90

Rujukan

  1. ^ 1 Tawarikh 15: 24
  2. ^ a b "Topical Bible: Jehiah". biblehub.com. 
  3. ^ A. Jeffrey, Foreign Vocab. of the Qur'an, Baroda 1938, hlm. 290–291
  4. ^ Ali 'Imran (3): 50
  5. ^ cf. 1 Tawarikh 15: 24 dengan Matius 3: 3
  6. ^ 1 Raja–raja 12: 1–24
  7. ^ Broshi, Maguen (2001). Bread, Wine, Walls and Scrolls. Bloomsbury Publishing. hlm. 174. ISBN 1841272019. 
  8. ^ Flavius Josephus Antiquities 13.257–258
  9. ^ Josephus, Ant. xiii, 9:1., via
  10. ^ Herod at Encyclopædia Britannica: "...thus, Herod was, although a practicing Jew, of Arab origin on both sides."
  11. ^ "National Geographic Magazine - NGM.com". ngm.nationalgeographic.com. 
  12. ^ Aryeh Kasher dan Eliezer Witztum, King Herod: A Persecuted Persecutor: A Case Study in Psychohistory, hlm. 19-23
  13. ^ Jan Retsö, The Arabs in Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads, Routledge (2013), hlm. 374
  14. ^ Richard R. Losch, All the People in the Bible, Wm. B. Eerdmans Publishing (2008), hlm. 155
  15. ^ Jeffers, James S. (2000). The Greco-Roman World of the New Testament Era: Exploring the Background of Early Christianity. Intervarsity-Press. hlm. 125. ISBN 978-0830815890. Diakses tanggal 29 September 2016. 
  16. ^ Lukas 1: 5
  17. ^ Lukas 3: 1
  18. ^ Ali 'Imran (3): 37-38
  19. ^ a b Ibnu Katsir 2014, hlm. 770.
  20. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 789.
  21. ^ Ali 'Imran (3): 38
  22. ^ Maryam (19): 1-6
  23. ^ Lives of the Prophets, Leila Azzam, Zacharias and John
  24. ^ Keluaran 28: 1
  25. ^ Ali 'Imran (3): 39-41
  26. ^ Maryam (19): 7-11
  27. ^ Lukas 1: 8–25
  28. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 772.
  29. ^ Historical Dictionary of Prophets In Islam and Judaism, B. M. Wheeler, Zechariah, father of John
  30. ^ Lukas 1: 39–45
  31. ^ Lukas 1: 57–59
  32. ^ Maryam (19): 7
  33. ^ Lukas 1: 59–63
  34. ^ Young's Literal Translation of the Bible. Luke 1:59, 1:5, et al. http://www.biblestudytools.com/ylt/luke/1.html
  35. ^ King James Bible. Luke 1:59, 1:5, et al. https://www.kingjamesbibleonline.org/Luke-Chapter-1/
  36. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 778.
  37. ^ Matius 3: 1–6
  38. ^ Markus 1: 1–6
  39. ^ Lukas 3: 2–6
  40. ^ Matius 3: 11–12
  41. ^ Markus 1: 7–8
  42. ^ Lukas 3: 16–18
  43. ^ Markus 6: 18
  44. ^ Harold Hoehner, Herod Antipas: A Contemporary of Jesus Christ (Zondervan, 1983), hlm. 132–134.
  45. ^ Lihat pula, misalnya, E. Mary Smallwood, "Behind the New Testament", Greece & Rome, Second Series, Vol. 17, No. 1 (Apr. 1970), hlm. 81–99
  46. ^ Matius 14: 3–5
  47. ^ Markus 6: 19–20
  48. ^ Matius 14: 6–12
  49. ^ Markus 6: 21–29
  50. ^ Florence Morgan Gillman (2003). Herodias: At Home in that Fox's Den. Liturgical Press. hlm. 54–55. ISBN 978-0-8146-5108-7. 
  51. ^ Geoff R. Webb, Mark at the Threshold: Applying Bakhtinian Categories to Markan Characterisation, (BRILL, 2008) hlm. 110–11.
  52. ^ John R. Donahue, Daniel J. Harrington, The Gospel of Mark (Liturgical Press, 2005) hlm. 198.
  53. ^ Mark 6:17–29:NRSV
  54. ^ a b Ali 'Imran (3): 39
  55. ^ Maryam (19): 12-15
  56. ^ Al-Anbiya' (21): 90
  57. ^ Al-An'am (6): 85
  58. ^ Ali 'Imran (3): 45
  59. ^ Ibnu Ishaq, Sirat Rasul Allah, Mi'raj
  60. ^ Funk, Robert W. & the Jesus Seminar (1998). The Acts of Jesus: the search for the authentic deeds of Jesus.San Francisco: Harper; "Mark," hlm. 51–161.
  61. ^ Meier, John (1994). Mentor, Message, and Miracles (A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus, Vol. 2) . 2. Anchor Bible. ISBN 978-0-385-46992-0. 
  62. ^ Matius 11: 13–14
  63. ^ Matius 17: 12–13
  64. ^ Oxford Dictionary of the Christian Church (Oxford University Press 2005 ISBN 978-0-19-280290-3), artikel Mandaeans
  65. ^ Willis Barnstone, Marvin Meyer The Gnostic Bible: Revised and Expanded Edition Shambhala Publications 2009 ISBN 978-0-834-82414-0 hlm. 550
  66. ^ Effendi, Shoghi (1988). Epistle to the Son of the Wolf. Wilmette, Illinois: Baha'i Publishing Trust. hlm. 12. ISBN 9780877430483. 
  67. ^ Compilations (1983). Hornby, Helen, ed. Lights of Guidance: A Bahá'í Reference File. Bahá'í Publishing Trust, New Delhi, India. hlm. 475. ISBN 978-81-85091-46-4. 
  68. ^ Lost Worlds: Knights Templar, 10 Juli 2006 video dokumenter dalam The History Channel, diarahkan dan ditulis oleh Stuart Elliott
  69. ^ Hooper, Simon (August 30, 2010). "Are these the bones of John the Baptist?". Cable News Network. Turner Broadcasting System, Inc. Diakses tanggal August 31, 2011. 

Daftar pustaka