Adam (tokoh Al-Qur'an)

nabi pertama dalam Islam; manusia pertama

Dalam Islam, Adam adalah nabi pertama yang dipilih oleh Allah untuk menyampaikan konsep tentang tauhid.[1] Adam juga mengemban tugas dari Allah sebagai pemimpin pertama di Bumi.[2] Ayat-ayat Al-Qur'an menyebutkan bahwa Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah. Bahan penciptaan Adam yaitu tanah.[3] Penciptaan Adam oleh Allah diterima oleh makhluk lainnya yaitu malaikat. Ada pula makhluk yang menolaknya yaitu iblis.[4] Awalnya, Adam dan istrinya yang bernama Hawa hidup di surga, tetapi Allah menurunkan keduanya ke Bumi untuk menjadi pengelola Bumi.[5] Tempat keduanya diturunkan tidak dijelaskan di dalam Al-Qur'an.[6]

Nabi
ʾĀdam
آدم
Adam

'alaihissalam
Kaligrafi Islam untuk Adam
Dikenal atasManusia pertama
Suami/istriHawā (حواء)
AnakQabil dan Habil
Syits
Anaq
Iklima
Labuda
Hazura

Penciptaan Adam sebagai manusia pertama membangun ajaran Islam mengenai persamaan dan persaudaraan antar sesama muslim. Dalam Islam diyakini bahwa seluruh umat manusia merupakan keturunan dari Adam dan istrinya, Hawa.[7] Di dalam Al-Qur'an terdapat beberapa doa yang dinisbatkan oleh Adam kepada Allah. Doa-doa ini juga disampaikan oleh Muhammad dalam sunah.[8]

Penamaan sunting

Nama Adam disebutkan 25 kali di dalam Al-Qur'an. Surah-surah yang membahas kisah Adam yaitu Surah Al-Baqarah, Surah Al-A'raf, Surah Al-Hijr, Surah Al-Isra', Surah Ta Ha dan Surah Sad.[5] Penyebutan Adam dalam bahasa Suryani oleh Ahli Kitab dibaca dengan huruf 'a' sepanjang dua harakat dan 'dam' sepanjang satu harakat. Nama Adam ada yang mengartikannya sebagai debu dan ada pula yang mengartikannya sebagai campuran. Penamaan ini dikarenakan keturunan Adam merupakan campuran antara air dan tanah yang menyatu menjadi darah.[9]

Penciptaan sunting

Isyarat penciptaan Adam disebutkan dalam Al-Qur'an pada beberapa ayat di surah yang berbeda. Allah menyampaikan kepada malaikat tentang rencana-Nya menciptakan pemimpin di Bumi pada Surah Al-Baqarah ayat 30. Surah Al-An'am ayat 165 dan Surah An-Naml ayat 62 menyebutkan bahwa Allah menciptakan umat manusia untuk dijadikan sebagai pemimpin di Bumi.[10] Penciptaan Adam dilakukan oleh Allah dengan keistimewaan. Allah membentuk tubuh manusia dan meniupkan roh ke dalamnya. Setelah Adam diciptakan, malaikat dan iblis diperintahkan oleh Allah untuk bersujud kepada Adam. Setelah perintah itu, Allah mulai mengajarkan nama-nama benda dari segala sesuatu yang ada. Kisah penciptaan Adam disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 34, Surah Al-Hijr ayat 29 dan Surah Al-A'raf ayat 11 dan 12.[11]

Bahan penciptaan sunting

Bahan yang digunakan oleh Allah untuk menciptakan tubuh Adam adalah tanah. Ini disebutkan dalam Surah Ta Ha ayat 55.[12] Penciptaan Adam dari tanah juga disebutkan dalam Surah Ali Imran ayat 59. Dalam ayat ini, penciptaan tubuh Adam dilakukan oleh Allah hanya dengan mengucapkan "jadilah" dan seketika itu tubuh Adam terbentuk.[13] Tanah yang digunakan untuk membentuk tubuh Adam diperoleh dari seluruh jenis tanah yang ada di Bumi. Ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad.[14]

Bentuk fisik sunting

Informasi mengenai tinggi Adam diperoleh dari perkataan Muhammad yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Hadis ini kemudian dicatat oleh Imam Muslim dan Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Dalam kedua riwayat disebutkan bahwa tinggi Adam adalah 60 hasta.[15] Tinggi ini setara dengan 27, 432 meter atau 90 kaki.[16]

Kehidupan di surga sunting

Ketika Adam telah selesai diciptakan, Allah memerintahkan kepada malaikat dan Iblis untuk bersujud kepada Adam. Iblis menolak perintah Allah dengan menyombongkan diri. Iblis menganggap dirinya lebih mulia dibandingkan dengan Adam. Perisitiwa ini disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 34.[17] Setelah peristiwa itu, Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk bagian kiri dari tubuh Adam. Setelah Hawa diciptakan dan hidup bersama Adam di surga, Allah mengizinkan keduanya menikmati segala jenis makanan yang ada di surga, kecuali buah dari pohon terlarang.[17] Larangan Allah untuk mendekati pohon terlarang disebutkan dalam Surah Al-A'raf ayat 19.[18]

Surga yang menjadi tempat tinggal Adam dan Hawa sebelum diturunkan ke Bumi tidak sama dengan surga yang dijanjikan oleh Allah kepada manusia pada hari akhirat. Surga di akhirat terbebas dari segala jenis tugas apapun yang dilakukan oleh manusia di Bumi dan terbebasa dari keberadaan setan. Sementara itu, surga yang menjadi tempat tinggal Adam diliputi dengan segala aspek ujian dari kehidupan dunia. Adam hidup bersama dengan istrinya yaitu Hawa. Di dalam surga tersebut, Adam dan Hawa memperoleh bimbingan, tuntunan, perintah dan larangan dari Allah sebagaimana yang diberikan kepada umat manusia di dunia. Keterangan ini diperoleh dari Surah Al-Baqarah ayat 35. Ayat ini menerangkan perintah Allah kepada Adam dan Hawa untuk tinggal di surga dengan memakan makanan yang disediakan di dalamnya.[19] Kemudian, pada ayat ke-36, Allah memberikan larangan untuk mendekati sebuah pohon. Larangan ini disertai dengan akibat jika melanggarnya, yaitu menjadi orang-orang yang zalim.[20]

Dikeluarkan dari surga sunting

Iblis berusaha mengeluarkan Adam karena iri dengan kemuliaan yang diberikan oleh Allah kepadanya.[18] Tipu daya berupa bujukan dan rayuan dilakukan oleh Iblis agar dapat mengeluarkan keduanya dari surga. Awalnya, Iblis berpura-pura menjalin persahabatan dengan keduanya. Bujukan terakhir yang dilakukan Iblis di surga ialah meminta Adam dan Hawa memakan buah terlarang. Usaha Iblis untuk menipu keduanya berhasil setelah keduanya memakan buah terlarang.[21]

Dalam Surah Al-A'raf ayat 22 disebutkan bahwa Allah mencela perbuatan mereka. Setelah menyadari kesalahannya, Adam dan Hawa meminta pertaubatan kepada Allah.[22] Pertaubatan Adam dan Hawa diterima oleh Allah. Penerimaan taubat ini disebutkan dalam Surah Ta Ha ayat 122.[23] Allah tetap memberikan hukuman akibat pelanggaran yang dilakukan oleh Adam dan Hawa. Keduanya dikeluarkan dari surga dan dan diturunkan ke Bumi.[21] Terdapat dua riwayat mengenai lamanya waktu yang dihabiskan Adam dan Hawa di surga. Ada yang mengatakan 60 tahun dan ada yang mengatakan 100 tahun. Sementara hari turunnya ada dari surga ke Bumi diriwayatkan oleh Imam Muslim. Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga dan diturunkan ke Bumi pada hari Jumat.[24]

Para ulama memiliki pendapat yang berbeda mengenai lokasi diturunkannya Adam dan Hawa di Bumi. Pendapat mayoritas menerima bahwa Adam dan Hawa diturunkan ke Bumi pada dua tempat yang berbeda dan kemudian bertemu di Arafah.[25] Ath-Thabari, Ath-Thabrani, Abu Nu'aim dan Ibnu Asakir meriwayatkan bahwa Adam diturunkan ke Bumi di India. Pendapat ini diperoleh dari hadis yang disampaikan oleh Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas.[26] Sementara itu, menurut pendapat ini Hawa diturunkan di Jeddah. Riwayat lain menyatakan bahwa Adam dan Hawa diturunkan di Shofa dan Marwah. Adam di Shofa sedangkan Hawa di Marwah. [6]

Pertemuan kembali sunting

Setelah berpisah selama puluhan tahun, Adam dan Hawa diperintahkan oleh Allah untuk melakukan melakukan tawaf, salat sekaligus haji ke Makkah. Keduanya akhirnya bertemu kembali di Arafah. Pertemuan antara Adam dan Hawa dibimbing oleh Jibril.[27]

Keturunan sunting

Adam merupakan manusia pertama yang darinya pula diciptakan istrinya yang bernama Hawa. Keterangan penciptaan Adam dan Hawa ini diperoleh dari Surah Al-A'raf ayat 189.[28] Adam dan Hawa tidak pernah melakukan seks selama berada di surga.[29] Seks antara Adam dan Hawa dilakukan setelah keduanya hidup di Bumi. Pada awal kehidupannya di Bumi, keduanya tidur secara terpisah. Keduanya baru melakukan seks setelah memperoleh perintah dari Allah melalui Jibril.[30]

Adam dan Hawa menghasilkan keturunan yang menyebar ke seluruh wilayah di Bumi.[8] Keturunan Adam berasal dari perkawinan silang antara anak-anak Adam.[31] Setiap anak yang dilahirkan oleh Hawa selalu anak kembar. Masing-masing juga selalu anak laki-laki dan anak perempuan. Setiap anak yang lahir dari pasangan Adam dan Hawa diharamkan menikahi saudara kembarnya sendiri. Anak kembar laki-laki harus menikah dengan anak kembar perempuan dari kelahiran yang berbeda. Begitu pula anak kembar perempuan harus menikah dengan anak kembar laki-laki dengan kelahiran yang berbeda.[32]

Ciri keturunan Adam disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Hibban dari Qasamah bin Zuhair dan Al-Asy'ari. Diketahui bahwa keturunan Adam memiliki sifat dan fisik yang bermacam-macam. Perbedaan ini disebabkan tubuh Adam dibentuk dari segala jenis tanah yang ada di Bumi. Ciri utama pada keturunan Adam adalah warna kulit yang berbeda-beda. Keturunan Adam ada yang kulitnya berwarna putih, merah, hitam dan campuran dari ketiganya. Selain itu, perbedaan lainnya adalah perbedaan sifat yang mana ada keturunan Adam yang memiliki sifat baik dan ada pula yang memiliki sifat buruk.[33] Dalam periwayatan yang dilakukan oleh Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Hibban jga diketahui bahwa tanah yang digunakan untuk membentuk tubuh Adam dibawa dari bumi ke surga oleh malaikat Izrail. Sebelumnya, Allah telah memerintahkan malaikat Jibril dan Mikail untuk mengambil tanah dari Bumi, tetapi Bumi menolak untuk memberikannya.[34]

Pengetahuan sunting

Pengetahuan pertama yang diperoleh Adam dari Allah adalah mengucapkan doa. Ketika roh telah sepenuhnya memasuki tubuh Adam, tiba-tiba Adam bersin dan mengucapkan tahmid. Allah menjawab doa tersebut dengan memberikan kelimpahan rahmat-Nya kepada Adam.[35]

Ajaran sunting

Ajaran yang disampaikan oleh Adam sebagai nabi sangatlah sederhana. Syariat Islam belum mengalami perkembangan yang berarti dalam ajaran agama pada masa kenabian Adam.[36] Pokok ajaran yang dibawa oleh Adam sama dengan nabi lainnya yaitu ajaran tauhid.[37]

Doa sunting

Adam telah memulai doa pujian kepada Allah sejak awal penciptaan manusia. Ucapan hamdalah dan tahmid telah diajarkan oleh Allah kepada Adam ketika roh Adam telah masuk ke tubuhnya secara utuh. Adam tiba-tiba bersin sesaat setelah roh sepenuhnya memasuki tubuhnya. Adam lalu mengucapkan doa yang memuji Allah sebagai pemberi ilham yang mahatinggi. Allah menjawab doa Adam dengan perkataan yang memberikan kelimpahan rahmat-Nya.[35] Selain itu, Adam dan Hawa juga merupakan manusia yang paling pertama mengucapkan doa penyesalan. Doa penyesalan Adam dan Hawa disebutkan dalam Surah Al-A'raf ayat 23.[38]

Kewafatan sunting

Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas dan Abu Hurairah, umur Adam adalah 1000 tahun. Umurnya tercatat di Lauhulmahfuz. Sementara itu, para ahli Taurat menyyebutkan bahwa umur Adam hanya 930 tahun.[39] Sebelum wafat, Adam memasiatkan kepada anaknya yang bernama Syits tentang waktu-waktu beribadah di siang dan malam hari. Adam wafat pada hari Jumat dan pengurusan jenazahnya dilakukan oleh para malaikat. Kafan dan bahan pengawet jenazah didatangkan dari surga. Hari wafatnya Adam ditandai dengan fenomena gerhana matahari dan gerhana bulan yang terjadi berdekatan dalam seminggu setelah kewafatan Adam.[40] Para ulama berbeda pendapat tentang lokasi makam Adam. Beberapa tempat yang diperkirakan menjadi tempat Adam dimakamkan adalah di Jabal Abu Qubais, Gunung Baudza atau di Baitulmaqdis.[41]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Une, D., dkk. 2015, hlm. 9.
  2. ^ Une, D., dkk. 2015, hlm. 116.
  3. ^ Une, D., dkk. 2015, hlm. 31-32.
  4. ^ Aizid 2019, hlm. 17.
  5. ^ a b El-Fikri 2010, hlm. 2.
  6. ^ a b El-Fikri 2010, hlm. 5.
  7. ^ Une, D., dkk. 2015, hlm. 130.
  8. ^ a b Noor 2008, hlm. 26.
  9. ^ al-Mughaini 2011, hlm. 2.
  10. ^ Katsir 2015, hlm. 13.
  11. ^ Katsir 2015, hlm. 16.
  12. ^ Hajjaj 2008, hlm. 5.
  13. ^ Aizid 2019, hlm. 22-23.
  14. ^ Aizid 2019, hlm. 23.
  15. ^ Aizid 2019, hlm. 28.
  16. ^ Aizid 2019, hlm. 28-29.
  17. ^ a b Hajjaj 2008, hlm. 10.
  18. ^ a b Hajjaj 2008, hlm. 11.
  19. ^ asy-Sya'rawi 2007, hlm. 23.
  20. ^ asy-Sya'rawi 2007, hlm. 24.
  21. ^ a b Noor 2008, hlm. 31.
  22. ^ Noor 2008, hlm. 32.
  23. ^ al-Mughaini 2011, hlm. 12.
  24. ^ Hajjaj 2008, hlm. 14.
  25. ^ El-Fikri 2010, hlm. 4.
  26. ^ El-Fikri 2010, hlm. 4-5.
  27. ^ El-Fikri 2010, hlm. 12.
  28. ^ Noor 2008, hlm. 25.
  29. ^ Hajjaj 2008, hlm. 15.
  30. ^ Hajjaj 2008, hlm. 16.
  31. ^ Tanjung 2014, hlm. 3.
  32. ^ Tanjung 2014, hlm. 4.
  33. ^ Aizid 2019, hlm. 23-24.
  34. ^ Aizid 2019, hlm. 24-25.
  35. ^ a b Noor 2008, hlm. 28.
  36. ^ Afifi, L. A., dkk. 2020, hlm. 55.
  37. ^ Afifi, L. A., dkk. 2020, hlm. 56.
  38. ^ Noor 2008, hlm. 30.
  39. ^ Hajjaj 2008, hlm. 23.
  40. ^ Hajjaj 2010, hlm. 23.
  41. ^ El-Fikri 2010, hlm. 13.

Daftar pustaka sunting