Sunan Ampel
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Ali Rahmatullah atau yang dikenal dengan Sunan Ampel adalah seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di daerah Champa, Vietnam.
As-Syekh Ali Rahmatullah ( Sunan Ampel ) | |
---|---|
Informasi pribadi | |
Lahir | Ali Rahmatullah |
Meninggal | 1481 |
Agama | Islam |
Pasangan | |
Anak | Pernikahan dengan Dewi Candrawati :
Pernikahan dengan Dewi Karimah :
|
Orang tua |
|
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai | Wali Songo |
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Sunan Gresik |
Penerus | Syekh Siti Jenar |
Beliau menjadi pemimpin Wali Songo menggantikan Sunan Gresik yang wafat pada tahun 1419.
Sunan Ampel adalah Putra dari Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi dengan Dewi Candrawulan. Sunan Ampel juga merupakan keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre Kertabhumi raja Majapahit.
Dalam catatan Kronik Tiongkok dari Klenteng Sam Po Kong, Sunan Ampel alias Bong Swi Hoo, cucu dari Haji Bong Tak Keng - seorang Tionghoa (suku Hui beragama Islam mazhab Hanafi) yang ditugaskan sebagai Pimpinan Komunitas Tionghoa di Champa oleh Sam Po Bo. Sedangkan Yang Mulia Ma Hong Fu - menantu Haji Bong Tak Keng ditempatkan sebagai duta besar Tiongkok di pusat kerajaan Majapahit, sedangkan Haji Gan En Cu juga telah ditugaskan sebagai kapten Tionghoa di Tuban. Haji Gan En Cu kemudian menempatkan menantunya Bong Swi Hoo sebagai kapten Tionghoa di Jiaotung (Bangil).[1][2]
Keturunan
Isteri pertama adalah Dyah Candrawati alias Nyai Ageng Manila binti Arya Teja Al-Abbasyi, berputera:
- Maulana Mahdum Ibrahim/Raden Mahdum Ibrahim/ Sunan Bonang/Bong Ang
- Syarifuddin/Raden Qasim/ Sunan Drajat
- Siti Syari’ah/ Nyai Ageng Maloka/ Nyai Ageng Manyuran
- Siti Muthmainnah
- Siti Hafsah
Isteri kedua adalah Dyah Karimah binti Ki Kembang Kuning, melahirkan beberapa anak yaitu [butuh rujukan]:
- Dewi Murtashiyah yang menjadi istri Sunan Giri.[3]
- Dewi Asyiqah/ Istri Raden Patah
- Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
- Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
- Pangeran Tumapel / Pangeran Lamongan/ Sayyid Maulana Hamzah, ayah dari Sunan Tembayat.
- Raden Faqih
Sejarah
Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dyah Dwarawati. Dyah Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bergelar Bhre Kertabhumi.
Berikut nasab lengkapnya:
Sunan Ampel
I
01. Jamaludin al Kabir
I
02. Mahmud Al Kabir
I
03. Jalaludin Husein Jahangir
I
04. Ahmad al Kabir
I
05.Jalaludin an Naqvi
I
07. Syarif Mahmud
I
08. Ja'far
I
09. Muhammad
I
10. Mahmud
I
11. Ahmad
I
-12. Abdullah
I
13. Ali As Shagir
I
14. Ja'far az Zaki
I
15. Ali
I
16. Muhammad
I
17. Ali
I
18. Musa
I
19. Ja'far
I
20. Muhammad
I
21. Ali
I
22. Husen
I
23 Fatimah
I
24. Rasulullah SAW.
Ajaran
Moh limo Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
- Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
- Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
- Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
- Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
- Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.
Makam
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah dia di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra dia dari istri dewi Karimah.Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak.[butuh rujukan] Namun, ia dimakamkan di Kota Surabaya, Jawa Timur.[4] Lokasi makamnya berada di Masjid Ampel.[butuh rujukan]
Referensi
- ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 63. ISBN 9798451163.ISBN 978-979-8451-16-4
- ^ Bong (Wong) marga Tionghoa muslim bermazhab Hanafi dari Yunnan
- ^ Mursidi, A., dan Soetopo, D. (Juli 2021). Andriyanto, ed. Toponimi Kecamatan Kabupaten Banyuwangi Pendekatan Historis (PDF). Klaten: Penerbit Lakeisha. hlm. 112. ISBN 978-623-6322-59-8.
- ^ Sukandar, dkk. (Desember 2016). Profil Desa Pesisir Provinsi Jawa Timur Volume 1 (Utara Jawa Timur) (PDF). Surabaya: Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pengawasan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur. hlm. 2.
Bacaan lanjutan
- Ahmad Asep Abdul Aziz, Hikayat Banjar terjemahan dalam Bahasa Malaysia oleh Siti Hawa Salleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia 1990.