Sudjarwo Tjondronegoro

Revisi sejak 20 September 2024 13.26 oleh Syah7 (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Sudjarwo Tjondronegoro adalah seorang diplomat dan wartawan Indonesia. Ia lahir di Jawa Timur pada tahun 1914.

Sudjarwo Tjondronegoro

Riwayat Hidup

Saat masih menuntut ilmu, ia turut aktif dalam perkumpulan Indonesia Muda dan Perhimpunan Indonesia. Selain itu, ia menjabat sebagai Kepala Pengarang dari madalah bulanan para mahasiswa di Negeri Belanda dan selaku wartawan Berita Nasional Antara. Ia lulus dari Universitas Leiden di Belanda pada tahun 1939. Pada tahun 1940, ia kembali ke Indonesia dan bekerja pada bidang pengadilan, kemudian pada kantor Gubernur Jawa Tengah.

Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ia menjabat sebagai Kepala Penerangan Luar Negeri di Kementerian Penerangan Republik Indonesia di Jogjakarta. Pada masa Republik Indonesia Serikat, ia ditunjuk sebagai Kepala Bagian Publisitet Luar Negeri, Kementerian Penerangan RI, merangkap Ketua Panitia Pengawas Film. Pada tahun 1950, ditunjuk selaku Counsellor Kedutaan Indonesia di London. Dalam tahun 1952, ia menjabat sebagai Pemangku Jabatan Ketua Perwakilan RI tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan pangkat Duta Luar Biasa dan Menteri Berkuasa Penuh.[1] Selain itu, Ia juga aktif di IAEA dan pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Belanda dan Ketua Dewan Kehormatan PWI.[2][3][4]

Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara Sudjarwo Tjondronegoro.

Kutipan-Kutipan terkenalnya diantaranya: Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa membuat orang lain menjadi pemimpin."

"Kepemimpinan bukanlah tentang pangkat atau jabatan, tetapi tentang pengaruh dan tanggung jawab."

"Seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas dan mampu menginspirasi orang lain untuk mengikutinya."

"Pendidikan adalah kunci untuk kemajuan bangsa."

"Pendidikan haruslah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun karakter."

"Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas." Cinta tanah air adalah pangkal dari segala kebajikan."

"Kita harus bersatu padu untuk membangun bangsa yang maju dan sejahtera."

"Keberagaman adalah kekuatan bangsa kita."

Hidup adalah perjuangan, dan kita harus terus berusaha untuk mencapai cita-cita."

"Jangan mudah menyerah, teruslah berjuang sampai kamu mencapai tujuanmu."

"Hiduplah dengan penuh makna dan bermanfaat bagi orang lain." Kejujuran adalah modal utama dalam kehidupan."

"Kita harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika."

"Sikap saling menghormati dan toleransi adalah kunci untuk hidup berdampingan dengan damai."

Tanda Kehormatan[5]

Referensi