Ekonomi supply-side

Revisi sejak 22 Juni 2024 12.37 oleh Haffizemir (bicara | kontrib) (Haffizemir memindahkan halaman Ekonomi sisi suplai ke Ekonomi supply-side)

Ekonomi supply-side adalah sebuah teori makroekonomi yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat secara efektif dapat dimajukan dengan penurunan pajak, pengurangan regulasi, dan mengizinkan perdagangan bebas.[1][2] Menurut teori ekonomi supply-side, para konsumen akan mendapatkan manfaat dari suplai barang dan jasa yang lebih besar dengan harga yang rendah, dan lapangan pekerjaan akan meningkat.[3] Kebijakan fiskal supply-side dirancang untuk meningkatkan penawaran agregat, berlawanan dengan permintaan agregat, yang oleh karenanya memperluas luaran dan lapangan pekerjaan sembari menurunkan harga. Kebijakan-kebijakan tersebut memiliki jenis-jenis yang umum seperti:

  1. Investasi pada sumber daya manusia, seperti pendidikan, kesehatan, dan mendorong transfer teknologi dan proses bisnis, untuk meningkatkan produktivitas (hasil per pekerja). Mendorong perdagangan bebas global melalui kontainerisasi adalah salah satu contohnya.
  2. Pengurangan pajak, untuk memberikan insentif dalam bekerja, berinvestasi dan mengambil risiko. Menurunkan tarif pajak pendapatan dan menghapus atau menurunkan bea adalah contoh dari kebijakan ini
  3. Investasi pada peralatan modal baru dan riset dan pengembangan, untuk lebih meningkatkan produktivitas. Mengizinkan usaha-usaha untuk mendepresiasi peralatan modal mereka lebih cepat (misal satu tahun alih-alih 10 tahun) memberikan mereka insentif keuangan untuk berinvestasi pada peralatan tersebut.
  4. Pengurangan regulasi pemerintah, untuk mendorong pembentukan dan ekspansi usaha.[4]

Dasar dari ekonomi supply-side adalah kurva Laffer, sebuah hubungan teoretis antara tarif pajak dan pendapatan negara.[5][6][7][8] Kurva Laffer menunjukkan bahwa ketika tingkat pajak terlalu tinggi, menurunkan tarif pajak akan meningkatkan pendapatan negara melalui pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, meskipun tingkat pajak mana yang dikatakan "terlalu tinggi" masih diperdebatkan.[9][10][11] Survei para ekonom pada tahun 2012 menemukan bahwa tidak ada yang setuju bahwa menurunkan tarif pajak pendapatan federal di AS akan meningkatkan pendapatan pajak tahunan dalam lima tahun.[12] Kritikus juga berargumen bahwa beberapa potongan pajak besar di Amerika Serikat dalam 40 tahun terakhir tidak meningkatkan pendapatan.[13][14][15]

Istilah "supply-side economics" selama beberapa waktu diyakini diciptakan oleh jurnalis Jude Wanniski pada 1975, menurut Robert D. Atkinson, istilah "supply-side" pertama kali digunakan pada 1976 oleh Herbert Stein (mantan penasihat ekonomi Presiden Richard Nixon) dan kemudian digunakan kembali di tahun yang sama oleh Jude Wanniski.[16] Istilah ini mengacu pada pemikiran ekonom Robert Mundell dan Arthur Laffer.

Asal-usul historis

 
Robert Mundell mempopulerkan teori ekonomi sisi penawara setelah mengembangkannya bersama Arthur Laffer pada 1970[17]

Ekonomi supply-side dikembangkan sebagai jawaban terhadap stagflasi era 1970an.[18] Teori tersebut diambil dari beberapa pemikiran ekonomi non-Keynesian, termasuk Mazhab Chicago dan Mazhab Klasik Baru.[19][20] Bruce Bartlett, seorang pendukung ekonomi supply-side, menelusuri asal muasal pemikiran tersebut dari filsuf Ibnu Khaldun dan David Hume, satiris Jonathan Swift, ekonom politik Adam Smith dan Menteri Keuangan Amerika Serikat Alexander Hamilton.[21]

Bartlett di tahun 2007 menyatakan bahwa

Saat ini, hampir tidak ada ekonom yang mempercayai apa yang diyakini oleh penganut paham Keynesian pada tahun 1970an dan sebagian besar menerima gagasan dasar ekonomi supply-side – bahwa insentif itu penting, bahwa tarif pajak yang tinggi berdampak buruk bagi pertumbuhan, dan bahwa inflasi pada dasarnya merupakan fenomena moneter. Akibatnya, tidak ada lagi perbedaan berarti antara perekonomian supply-side dan perekonomian arus utama.

...

Saat ini, ekonomi supply-side telah dikaitkan dengan obsesi untuk memotong pajak dalam kondisi apa pun. Para pendukungnya di Kongres dan di tempat lain tidak lagi membatasi diri mereka pada pemotongan tarif pajak marginal – pajak atas setiap tambahan dolar yang diperoleh – seperti yang dilakukan oleh para supply-siders awal. Sebaliknya, mereka mendukung pemotongan pajak yang paling menarik perhatian dan meragukan secara ekonomi dengan intensitas yang sama. ... saat ini sudah umum untuk mendengar klaim para pemotong pajak, yang secara tidak masuk akal mengklaim bahwa semua pemotongan pajak meningkatkan pendapatan.[22]

Pendukung kebijakan ekonomi supply-side saat ini mengklaim bahwa tarif pajak yang lebih rendah menghasilkan keuntungan makroekonomi dan menekankan keuntungan ini ketimbang paham tradisional liberal klasik mereka yang menentang pemajakan karena mereka umumnya menentang pemerintahan. Klaim tradisional mereka adalah bahwa tiap manusia mempunyai hak atas dirinya sendiri dan kepemilikannya dan karenanya pemajakan itu tidak bermoral dan memiliki dasar hukum yang patut dipertanyakan.[23] Di sisi lain, ekonom supply-side berpendapat bahwa dugaan keuntungan kolektif ini (misal peningkatan hasil ekonomi dan efisiensi) memberikan dorongan utama untuk pemotongan pajak.

Seperti pada ekonomi klasik, ekonomi supply-side mengusulkan bahwa produksi atau penawaran adalah kunci dari kemakmuran ekonomi dan konsumsi atau permintaan hanya sebatas konsekuensi sekunder. Pada mulanya, gagasan ini telah disimpulkan pada Hukum Pasar Say, yang menyatakan: "Suatu produk baru saja diciptakan, sejak saat itu juga, produk tersebut menyediakan pasar bagi produk-produk lain sesuai dengan nilai produknya." atau dengan kata lain, produksi (penawaran) haruslah terjadi lebih dahulu untuk menciptakan aktivitas ekonomi atau dagang.

Ekonomi supply-side mulai populer di kalangan politisi Partai Republik dari 1977 ke depan. Sebelum 1977, politisi Republik terbagi pada isu pengurangan pajak, dengan sebagiannya menghawatirkan bahwa pemotongan pajak akan mengakibatkan inflasi dan memperburuk defisit.[24]

Pada 1978, Jude Wanniski menerbitkan buku The Way the World Works dimana ia menjabarkan teori utama ekonomi supply-side[25] dan menjelaskan detail tentang kegagalan sistem tarif pajak tinggi progresif dan kebijakan moneter Amerika Serikat dibawah Richard Nixon dan Jimmy Carter di era 1970an. Wanniski mengusulkan tarif pajak yang rendah dan kembali pada semacam sistem standar emas, serupa dengan Sistem Bretton Woods tahun 1944-1971 yang ditinggalkan Nixon.

Definisi dan prinsip

 
Tiga kurva Laffer yang berbeda: t* mewakili laju pemajakan dimana pendapatan maksimum didapatkan dan kurvanya tidak harus berpuncak tunggal atau simetris
 
Jam orang kerja per minggu di Amerika Serikat. Pekerja adalah penawaran, uang adalah permintaan

James D. Gwartney dan Richard L. Stroup memberikan penjelasan mengenai ekonomi supply-side sebagai suatu paham bahwa penyesuaian pada tarif pajak marginal memilki dampak yang signifikan terhadap penawaran total.[26] Gwartney dan Stroup mengatakan "bahwa argumen supply-side memberikan fondasi bagi kebijakan pajak Reagan, yang mengarah kepada pengurangan tarif pajak marginal yang signifikan di Amerika Serikat selama 1980an."[26]

Barry P. Bosworth memberikan penjelasan lain dengan pemaparkan ekonomi supply-side dari dua sudut pandang:

  1. "Minat yang luas terhadap faktor-faktor penentu penawaran agregat – volume dan kualitas modal dan masukan pekerja dan efisiensi peggunaannya"[27]
  2. "Fokus yang lebih sempit pada pengurangan pajak sebagai cara untuk meningkatkan penawaran tabungan, investasi, dan pekerja."[27]

Supply-side vs. pendekatan terdahulu terhadap kebijakan ekonomi

Ekonomi supply-side bermula sebagai alternatif terhadapa ekonomi Keynesian, yang berfokus pada kebijakan makroekonomi dalam pengelolaan permintaan final.[28] Ekonomi demand-side bertumpu pada pandangan perekonomian dengan harga tetap, dimana permintaan memainkan peran utama dalam menentukan pertumbuhan penawaran di masa depan, yang mana memungkinkan adanya implikasi insentif pada investasi.[27]

Pendekatan kebijakan Keynesian berfokus pada pengelolaan permintaan sebagai instrumen penting untuk mempengaruhi produksi agregat dan PDB, sedangkan monetarisme berfokus pada pengelolaan agregat moneter dan kredit. Tidak seperti ekonomi supply-side, ekonomi demand-side berbasis pada asumsi bahwa peningkatan PDB adalah hasil dari peningkatan belanja.[29]

Pendekatan kebijakan tradisional ditentang dengan teori ekonomi supply-side pada Pemerintahan Reagan di era 1980an. Teori ini mengklaim bahwa kebijakan fiskal dapat mengarah pada perubahan di penawaran dan juga permintaan.[30] Maka, ketika tarif pajak marginal tinggi, konsumen akan mengejar waktu luang tambahan dan konsumsi saat ini ketimbang mengejar pendapatan saat ini dan pendapatan tambahan di masa depan. Oleh karena itu, ada pengurangan pada usaha kerja dan investasi, yang menyebabkan menurunnya produksi dan PDB, terlepas dari tingkat permintaan total.

Dengan asumsi ini, ekonom supply-side merumuskan gagasan bahwa potongan pada tarif pajak marginal memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi.

Peran tarif pajak marginal

Fokus utama ekonomi supply-side adalah mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam kasus ini, beberapa studi telah menyarankan untuk mempertimbangkan dua harga relatif.

Yang pertama mempengaruhi keputusan individu atas distribusi pendapatan mereka antara tabungan dan konsumsi.[31] Biaya dari keputusan individu untuk menetapkan satu unit pendapatan untuk tabungan atau konsumsi adalah nilai masa depan dari unit tersebut, yang telah diserahkan dengan memilih antara untuk dikonsumsi atau ditabung. Nilai unit pendapatan ditentukan oleh tarif pajak marginal. Oleh karena itu, tarif pajak yang tinggi akan mengurangi biaya konsumsi, yang menyebabkan jatuhnya investasi dan tabungan. Di saat yang sama, tarif pajak yang rendah akan menyebabkan tingkat investasi dan tabungan naik, sementara tingkat konsumsi turun.[29]

Harga yang kedua mempengaruhi keputusan individu atas distribusi waktu mereka antara kerja dan waktu luang.[31] Biaya dari keputusan individu untuk mengalokasikan satu unit waktu untuk kerja atau waktu luang mewakili pendapatan saat ini, yang telah diserahkan dengan memilih antara kerja atau waktu luang. Biaya tersebut juga termasuk pendapatan masa depan, yang telah diserahkan untuk waktu luang ketimbang untuk meningkatkan kemampuan profesional. Nilai pendapatan yang hilang itu ditentukan oleh tarif pajak yang ditetapkan terhadap pendapatan tambahan. Karenanya, kenaikan tarif pajak marginal akan mengarah pada penurunan harga waktu luang. Tetapi, jika tarif pajak margina menurun, biaya waktu luang akan meningkat.[29]

Kedua jumlah dari pendapatan yang dipertahankan dan dipajaki ditentukan oleh tarif pajak marginal.[29] Itulah mengapa, dari sudut pandang ekonomi supply-side, tarif pajak marginal memiliki peran signifikan dalam menentukan perkembangan ekonomi. Karena peran krusialnya dalam menentukan berapa waktu yang pekerja akan habiskan untuk kerja dan waktu luang atau berapa banyak pendapatan yang akan dibelanjakan untuk konsumsi dan tabungan, ekonom supply-side bersikeras untuk menurunkan tarif pajak karena mereka percaya hal itu dapat memperbaiki laju pertumbuhan ekonomi.

Kurva Laffer

Kurva Laffer menggambarkan hubungan matematis antara penerimaan pajak dan tarif pajak, yang dipopulerkan oleh ekonom Arthur B. Laffer pada 1974.[29] Kurva Laffer mengemukakan keberadaan titik maksimum dimana penerimaan pajak dimaksimumkan pada tarif pajak spesifik (yang tidak diketahui). Banyak yang mengartikan kurva Laffer menjadi tarif pajak yang tinggi dapat menurunkan basis pajak, yang akan mengarah pada penurunan penerimaan pajak jika tarif pajak tinggi.[26] Akibat dari dampak yang dihasilkan oleh pajak pada pendapatan yang dipajaki, penyesuaian tarif pajak tidak akan mengarah pada perubahan proporsional dari penerimaan pajak. Itulah mengapa, ekonom supply-side bersikeras untuk menurunkan tarif pajak karena menghasilkan peningkatan penerimaan pajak.

Kurva Laffer mewujudkan postulat ekonomi supply-side: bahwa tarif pajak dan penerimaan pajak berbeda, dengan penerimaan pajak pemerintah sama pada tarif pajak 100% dengan pada tarif pajak 0% dan penerimaan maksimum berada diantara dua nilai ini. Para supply-siders berargumen bahwa pada lingkungan dengan tarif pajak yang tinggi menurunkan tarif pajaknya akan mengakibatkan antara peningkatan penerimaan atau kehilangan penerimaan yang kecil dibandingkan perkiraan yang hanya mengandalkan estimasi statis dari basis pajak sebelumnya.[32]

Ini menyebabkan supply-siders mengusulkan pengurangan besar-besaran pada tarif pajak pendapatan dan keuntungan modal marginal untuk mendorong investasi yang lebih besar, yang akan menghasilkan lebih banyak penawaran. Jude Wanniski dan banyak yang lainnya mengusulkan tarif pajak keuntungan modal nol.[33][34]

Catatan dan referensi

  1. ^ Neva Goodwin; Jonathan M. Harris; Julie A. Nelson; Brian Roach; Mariano Torras (March 4, 2015). Principles of Economics in Context. Routledge. hlm. 286. ISBN 978-1-317-46217-0. supply-side-economics: the macroeconomic theory [...] 
  2. ^ Dwivedi (2010). Macroeconomics, 3E. Tata McGraw-Hill Education. hlm. 372. ISBN 978-0-07-009145-0. The supply-side economics is the most recent macroeconomic thought. 
  3. ^ Wanniski, Jude (1978). The Way the World Works: How Economies Fail—and Succeed. New York: Basic Books. ISBN 0-465-09095-8. 
  4. ^ Chiang, Eric (2014). Core Macroeconomics (3rd ed.). Worth Publishers. hlm. 245. ISBN 978-1-4292-7849-2. 
  5. ^ Campbell, J. L. (1998). "Institutional Analysis and the Role of Ideas in Political Economy". Theory and Society. 27 (3): 377–409. doi:10.1023/A:1006871114987. 
  6. ^ Kyer, B.L.; Maggs, G.E. (1994). "A Macroeconomic Approach to Teaching Supply-Side Economics". The Journal of Economic Education. 25 (1): 44–48. doi:10.2307/182895. 
  7. ^ Kolb, R.W (2018). The SAGE Encyclopedia of Business Ethics and Society. SAGE Publications. hlm. 3303. ISBN 978-1-4833-8151-0. 
  8. ^ Mankiw, G.N. (2020). Principles of Economics. Cengage Learning. hlm. 161–162. ISBN 978-0-357-13380-4. 
  9. ^ Saez, Emmanuel; Slemrod, Joel; Giertz, Seth (2009-01-01). "The Elasticity of Taxable Income with Respect to Marginal Tax Rates: A Critical Review". Department of Economics: Faculty Publications. 
  10. ^ Mankiw, N. Gregory (2018-12-11). "Snake-Oil Economics". Foreign Affairs (dalam bahasa Inggris). 98 (1). ISSN 0015-7120. Diakses tanggal 2024-06-22. 
  11. ^ Mankiw, G (2019). "Snake-Oil Economics - The Bad Math Behind Trump's Policies" (PDF). 
  12. ^ "Laffer Curve | IGM Forum". igmchicago.org. 
  13. ^ "Once Again: GOP Tax-Cuts Are Not Paying Themselves". The Fiscal Times. 
  14. ^ "Do tax cuts pay for themselves? Evidence is thin". PolitiFact. 
  15. ^ Komlos, J. (2019). "Reaganomics: A Watershed Moment on the Road to Trumpism". The Economists' Voice. 16 (1). doi:10.1515/ev-2018-0032. 
  16. ^ Atkinson, R. D. (2007). Supply-Side Follies: Why Conservative Economics Fails, Liberal Economics Falters, and Innovation Economics Is the Answer. Rowman & Littlehead. hlm. 50. ISBN 978-0-7425-5107-7. 
  17. ^ "Robert Mundell, the intellectual father of supply-side economics, is dead at 88". Washington Examiner. 5 April 2021. 
  18. ^ Case, K. E.; Fair, R. C. (1999). Principles of Economics (5th ed.). Prentice-Hall. hlm. 780. ISBN 0-13-961905-4. 
  19. ^ Schmidt, I.; Rittaler, J.B. (1989). A Critical Evaluation of the Chicago School of Antitrust Analysis. Springer Science & Business Media. ISBN 9789024737925. 
  20. ^ Gandhi, V. P; Ebrill, L. P; Shome, P.; Anton, L. A. M; Modi, J. R; Sanchez-Ugarte, F. J; Mackenzie, G. A (1987). Supply-Side Tax Policy: Its Relevance to Developing Countries. International Monetary Fund. ISBN 9781455271962. 
  21. ^ Bartlett, B. (2003). "Supply-Side Economics: "Voodoo Economics' or Lasting Contribution?" (PDF). Laffer Associates: Supply-Side Investment Research. 
  22. ^ Bartlett, B (6 April 2007). "How Supply-Side Economics Trickled Down". The New York Times. 
  23. ^ Gray (1995). Liberalism. Minneapolis: University of Minnesota Press. hlm. 26–27. ISBN 0-8166-2801-7. 
  24. ^ Burns, J. W; Taylor, A. J (2000). "The Mythical Causes of the Republican Supply-Side Economics Revolution". Party Politics. 6 (4): 419–440. doi:10.1177/1354068800006004002. ISSN 1354-0688. 
  25. ^ Gross, N.; Medvetz, T.; Russell, R. (2011). "The Contemporary American Conservative Movement". Annual Review of Sociology. 37 (1): 325–354. doi:10.1146/annurev-soc-081309-150050. ISSN 0360-0572. 
  26. ^ a b c Gwartney, J. D; Stroup, R. L (1987). Macroeconomics, 4th ed. Harcourt Brace Jovanovich. hlm. 253. 
  27. ^ a b c Bosworth, B. P (1984). Tax incentives and economic growth. Brookings Institution. ISBN 0-8157-1035-6. OCLC 797160531. 
  28. ^ Feldstein, M (1986). "Supply Side Economics: Old Truths and New Claims". doi:10.3386/w1792. 
  29. ^ a b c d e Son, H. C (1990). Supply-side economics in the Republic of Korea. Monterey: Naval Postgraduate School. 
  30. ^ Fink, R. H (1982). Supply-Side Economics. University Publications of America. 
  31. ^ a b Roberts, P. C (1984). The Supply-Side Revolution. Harvard University. 
  32. ^ Laffer, A (1 Juni 2004). "The Laffer Curve, Past, Present and Future". The Heritage Foundation. 
  33. ^ Wanniski, J. (2 Mei 2014). "Taxing Capital Gains". polyconomics.com. 
  34. ^ Reynolds, A. (1999). Capital gains tax: Analysis of reform options for Australia (PDF). Hudson Institute. 

Pranala luar