Bahasa Bali Kuno atau Bali Kuna merupakan bahasa kuno atau bahasa prasasti dari abad IX sampai XI Masehi di Bali. Sebuah perjalanan panjang hingga masuk pada abad XXI Masehi sekarang ini, bahasa Bali kurang lebih telah melewati 1000 tahun perjalanan jika dihitung dari masa akhir penggunaan bahasa Bali Kuno. Bahasa Bali Kuno adalah nama yang diberikan terhadap bahasa Bali dalam versinya yang kuno. Bahasa Bali Kuno tidak terikat oleh tingkatan-tingkatan bahasa yang dikenal sebagai anggah-ungguhing basa Bali seperti halnya bahasa Bali Modern sekarang ini[5][c][2]

Bahasa Bali Kuno
Basa bali kuna
Aksara Bali 300 tahun yang lalu
Dituturkan diKerajaan Bali (Historis)
WilayahBali, Jawa (timuran), Lombok, Sumbawa (barat)
EtnisBali
Bali Aga
Kepunahanabad XI Masehi[1][2]
Aksara Bali kuno
Aksara Pallawa
Aksara Kawi
Kode bahasa
ISO 639-3
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Extinct

Bahasa Bali Kuno diklasifikasikan sebagai bahasa yang telah punah (EX) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [3][4]

Lokasi penuturan
Wilayah kekuasaan Kerajaan Bali pada puncaknya dibawah pemerintahan Dinasti Gelgel. Pada masa ini budaya Bali dan bahasa Bali juga turut berkembang tidak hanya di Bali tapi juga di Jawa khususnya bagian timur, Lombok dan Sumbawa barat.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Prasasti Bali Kuno telah dikompilasi oleh Goris (1954). Dalam perkembangannya, bahasa Bali Kuno kemudian menjadi bahasa Bali Modern yang memiliki tradisi lisan dan tulisan serta digunakan oleh Suku Bali dan Bali Aga sebagai bahasa ibu dengan banyak dialek yang berbeda. Perbedaan mendasar antara bahasa Bali Kuno dengan bahasa Bali Modern adalah pada tingkatan-tingkatan bahasa.[6][2]

Bukti

Pemakaian bahasa Bali Kuno dijumpai dari hasil temuan sejumlah prasasti yang berasal dari zaman Bali Kuno. Bahasa Bali Kuno dalam tipenya yang paling tua dijumpai dalam prasasti Sukawana tahun 804 Saka, dikeluarkan di Panglapuan (sejenis Peradilan) di Singhamandawa yang merupakan pusat pemerintahan raja di Bali dengan rajanya Sang Ratu Sri Ugrasena. Bahasa Bali Kuno diperoleh melalui peninggalan-peninggalan tertulisnya, bukan didasarkan pada penuturnya secara langsung pada saat itu. Bahasa Bali Kuno yang hanya diketahui sebagai ragam tulis diketahui melalui prasastiprasasti Bali tahun 882-1050 Masehi. Prasasti Bali Kuno telah dikompilasi oleh Goris (1954). Dalam perkembangannya, bahasa Bali Kuno kemudian menjadi bahasa Bali Modern yang memiliki tradisi lisan dan tulisan serta digunakan oleh orang Bali sebagai bahasa ibu. Perbedaan mendasar antara bahasa Bali Kuno dengan bahasa Bali Modern adalah pada tingkatan-tingkatan bahasa. Pada bahasa Bali Kuno, tidak dikenal tingkatan-tingkatan bahasa, sedangkan pada bahasa Bali modern, tingkatan-tingkatan bahasa sangat ketat. Perbendaharaan kosakata bahasa Bali Kuno lebih sedikit dibandingkan dengan bahasa Bali Modern, karena secara umum di dalam bahasa Bali Modern, sebuah kosakata secara umum memiliki bentuk singgih (hormat), bentuk sor (merendahkan), bentuk kepara (biasa), dan bentuk kasar. Kemiripan kosakata yang ditemukan dalam bahasa Bali Kuno dengan bahasa Bali Modern cukup jelas terlihat dari perbendaharaan kosakata yang termuat di dalam kamus Bali Kuno – Indonesia yang disusun oleh Granoka, dkk. (1985). Begitu pula halnya jika dikaitkan dengan bahasa Jawa Kuno maupun bahasa Sansekerta, bahasa Bali tidak bisa dilepaskan dari pengaruh Sansekerta dan Jawa kuno.[7]

Lihat juga

Referensi

  1. ^ I Nengah, Granoka (2022). "TELAAH DIAKRONIK BAHASA BALI - Linguistik Indonesia". linguistik - Indonesia. 1 (no): 266–280. doi:10.52690/jswse.v1i3.114 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-27 Parameter |archive-url= membutuhkan |url= (bantuan). 
  2. ^ a b c Widiantana, I. Kadek; Putrayasa, Ida Bagus (2023-02-01). "TELAAH DIAKRONIK BAHASA BALI". Linguistik Indonesia (dalam bahasa Inggris). 41 (1): 133–146. doi:10.26499/li.v41i1.433. ISSN 2580-2429. 
  3. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  4. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  5. ^ I Nengah, Granoka (2022). "TELAAH DIAKRONIK BAHASA BALI - Linguistik Indonesia". linguistik - Indonesia. 1 (no): 266–280. doi:10.52690/jswse.v1i3.114 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-27 Parameter |archive-url= membutuhkan |url= (bantuan). 
  6. ^ I Nengah, Granoka (2022). "TELAAH DIAKRONIK BAHASA BALI - Linguistik Indonesia". linguistik - Indonesia. 1 (no): 266–280. doi:10.52690/jswse.v1i3.114 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-27 Parameter |archive-url= membutuhkan |url= (bantuan). 
  7. ^ I Nengah, Granoka (2022). "TELAAH DIAKRONIK BAHASA BALI - Linguistik Indonesia". linguistik - Indonesia. 1 (no): 266–280. doi:10.52690/jswse.v1i3.114 . Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-27 Parameter |archive-url= membutuhkan |url= (bantuan). 


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan