Stasiun Tonjong Baru

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Tonjong Baru (TOJB) merupakan stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Tonjong, Kramatwatu, Serang, Banten, dan termasuk stasiun yang letaknya paling barat di Kabupaten Serang. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta. Hanya ada satu kereta api yang melayani angkutan penumpang di stasiun ini, yaitu KA Commuter Line Merak.

Stasiun Tonjong Baru
Kereta Api Indonesia
LM08

Bangunan utama Stasiun Tonjong Baru.
Lokasi
Koordinat6°2′3″S 106°7′17″E / 6.03417°S 106.12139°E / -6.03417; 106.12139
Ketinggian+4 m
Operator
Letak
km 126+534 lintas Pasar PagiTanah Abang
RangkasbitungMerak[1]
Jumlah peron2 (satu peron sisi tinggi dan satu peron pulau rendah)
Jumlah jalur2 (jalur 2: sepur lurus)
LayananCommuter Line Merak
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
  • TOJB
  • 0108[2]
  • TONJONG
KlasifikasiIII/kecil[2]
Sejarah
Dibuka1 Desember 1900
Dibangun kembali1990-an
Nama sebelumnyaTandjong, Tondjong
Perusahaan awalStaatsspoorwegen
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Karangantu Commuter Line Merak
Merak–Rangkasbitung, p.p.
Cilegon
menuju Merak
Fasilitas dan teknis
FasilitasToilet 
Tipe persinyalanElektrik tipe DBRI Vital Processor Interlocking[3]
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Sejarah

Agar mobilitas penumpang dari Batavia hingga kawasan Banten semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan Staatsspoorwegen (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah Duri hingga daerah Serang, melalui daerah Tangerang dan Cikande.[4]

Proyek jalur pun sudah dikerjakan. Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi melalui daerah Parung Panjang hingga ke Rangkasbitung,[4] jalur ini selesai pada 1 Oktober 1899.[5] Trase jalur kereta api pertama yang sudah terlanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan diresmikan sebagai jalur kereta api Tangerang-Duri yang berstatus sebagai jalur cabang. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.[6]

Jalur kereta api dari Stasiun Rangkasbitung diteruskan pembangunannya oleh Staatsspoorwegen (SS) hingga ke daerah Serang pada 1 Juli 1900,[7] yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan Anyer Kidul pada 1 Desember 1900 (termasuk membuka Halte Tandjong, yang kemudian berubah nama menjadi Tondjong).[8] Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur percabangan di Stasiun Krenceng yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi Pelabuhan Merak yang lebih dekat untuk menyeberang ke Lampung.[9]

Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.

Halte ini semula bernama Tandjong (TAJ), yang kemudian diubah menjadi Tondjong (TOJ). Halte Tonjong pada awalnya adalah sebuah halte yang hanya memiliki 1 jalur saja, dan berstatus sebagai perhentian yang dilayani. Diperkirakan, Halte Tonjong lama dibongkar pada era 1990-an lalu digantikan dengan bangunan baru dengan emplasemen yang lebih besar dan statusnya yang berubah menjadi stasiun guna mendukung pembangunan terminal peti kemas serta kereta api angkutan peti kemas.

Dahulu, pada petak antara Halte Tandjong dan Stasiun Tjilegon (Cilegon) terdapat Halte Serdang,[8] sedangkan pada petak yang menuju ke Stasiun Karangantoe (Karangantu) terdapat Halte Banten.[8] Halte-halte tersebut kini sudah tidak aktif lagi.

Pada tahun 2001, sempat dijalankan kereta api angkutan peti kemas dari Pelabuhan Bojonegara hingga ke Stasiun Kalimas. Untuk keperluan angkutan ini, dibuatlah sebuah percabangan jalur dari Stasiun Tonjong Baru yang mengarah ke Pelabuhan Bojonegara. Perjalanan kereta api ini memakan waktu tempuh 28 jam 43 menit, hampir menyamai KA Baja Satwa relasi Cilegon-Kalimas pada saat itu yang memakan waktu tempuh 29 jam. Kereta api peti kemas Bojonegara-Kalimas hanya bertahan selama 2-3 tahun saja, sampai akhirnya relasinya dipotong menjadi Kalimas-Sungai Lagoa. Bekas percabangan jalur dari Stasiun Tonjong Baru yang mengarah ke Pelabuhan Bojonegara pun tidak digunakan lagi, hingga kemudian dibongkar.

Bangunan dan tata letak

Stasiun Tonjong Baru hanya memiliki dua jalur kereta api dengan jalur 2 merupakan sepur lurus. Terdapat lahan bekas jalur 3 yang sebelumnya berfungsi sebagai sepur badug dan sepur simpan, serta jalur 3 ini terhubung ke jalur cabang yang mengarah ke Pelabuhan Bojonegara. Stasiun ini terletak di daerah yang cukup terpencil, yaitu di tengah hamparan ladang.

Stasiun ini dilengkapi dengan 2 peron penumpang yang berukuran tinggi dan rendah. Peron tinggi ini dibangun bersamaan dengan proyek revitalisasi rel KA lintas Rangkasbitung-Merak pada tahun 2021.

Insiden

Pada 22 November 2012, sekitar pukul 14.00 siang, KA batu bara rangkaian pendek relasi Cigading-Bekasi anjlok di sekitar Stasiun Tonjong Baru. Akibat kejadian ini, lalu lintas kereta api Merak-Rangkasbitung terganggu dan ratusan penumpang terlantar.[10]

Pada 4 September 2017, hampir terjadi tabrakan antara kedua KA Lokal Merak di daerah Seneja pada petak Cilegon-Tonjong Baru, peristiwa ini diduga terjadi karena kelalaian Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA). Kejadian ini bermula dari kagetnya warga Seneja pada sore hari yang mendengar kerasnya klakson kereta api. Setelah dilihat, ternyata klakson ini berasal dari kedua kereta api yang berlawanan arah dalam satu jalur rel yang sama dengan jarak yang sudah begitu dekat, yakni KA Lokal Merak jurusan Merak-Rangkasbitung yang baru saja berangkat dari Stasiun Cilegon dengan sesama KA Lokal Merak yang datang dari arah Stasiun Tonjong Baru. Beberapa warga yang panik berteriak mencoba menghentikan kedua kereta tersebut dengan lambaian tangan dan teriakan berupaya memberitahukan kedua masinis.[11]

Layanan kereta api

Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
LM Commuter Line Merak Rangkasbitung Merak

Galeri

Referensi

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  4. ^ a b Anne Reitsma, Steven (1916). Indische Spoorweg-Politiek. Batavia: Landsdrukkerij. 
  5. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V. 
  6. ^ Anne Reitsma, Steven (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLLF & Co. 
  7. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  8. ^ a b c Spoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie. Semarang: Semarang-Drukkerij en Boekhandel. 1901. hlm. 10. 
  9. ^ "ZWP - Haltestempels Ned.Indië". studiegroep-zwp.nl. Diakses tanggal 2022-10-22. 
  10. ^ "KA Batubara Anjlok, Ratusan Penumpang Terlantar". beritatrans.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-07-22. 
  11. ^ M, Rizal (2017-09-04). "Diduga Petugas Lalai, Hampir Terjadi Tabrakan antar Kereta di Cilegon · Faktabanten.co.id". Faktabanten.co.id. Diakses tanggal 2023-07-22. 
Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Cilegon
menuju Merak
Merak–Tanah Abang–Kampung Bandan Karangantu