Islam di Jawa Timur

artikel daftar Wikimedia

Islam merupakan agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Jawa Timur. Berbagai pusat keagamaan serta pendidikan banyak berkembang di Jawa Timur. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang berkembang pesat adalah pesantren. Beberapa organisasi Islam juga didirikan di wilayah Jawa Timur, salah satunya adalah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Sejarah masuknya Islam

Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik bertahun 1082[1], serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.

Penyebaran Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur. Lima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban.

  Sejarah Masuknya Islam di Jawa Timur


Islam telah tersebar di pulau Jawa, paling tidak sejak Malik Ibrahim dan Maulana Ishak yang bergelar Syaikh Awal Al-Islam diutus sebagai juru dakwah oleh Raja Samudera, Sultan Zainal Abidin Bahiyah Syah (1349-1406) ke Gresik. [1]Komunitas muslim pertama diberitakan oleh Man Huan yang mengatakan bahwa antara tahun 1415-1432 di Jawa bagian Timur terdapat tiga kelompok komunitas. Pertama adalah penduduk Muslim yang berasal dari Barat, kedua komunitas Cina yang beberapa di antaranya telah memeluk Islam, dan ketiga penduduk pribumi sedikit tetapi setidaknya telah ada indikasi adanya pemukiman Islam.

Nisan kubur makam Malik Ibrahim juga berangka tahun 1419. Walaupun dipercaya sebagai penyebar Islam tetapi tidak ada sumber pasti yang mengatakan demikian, sangat mungkin dia adalah pedagang Muslim yang berasal dari Gujarat, India yang meninggal dalam perjalanan dagang Makam sejaman yang lain adalah makam Putri Tjempa (Putri Campa), salah satu istri Prabu Brawijaya, raja Majapahit terakhir yang mendukung pemakaman istrinya dengan cara Islam. Nisan kuburnya terdapat inskripsi angka tahun 1370 Caka (1448). Putri Cahaya adalah bibi dari Raden Rahmat dari Ampel Denta yang diangkat oleh raja sebagai imam bagi komunitas Islam masa pemerintahan Majapahit. Raden Rahmat menyebarkan Islam sepanjang Jawa dengan cara-cara damai dan alamiah (pacific penetration) dan cara ini sangat berhasil dijalankan oleh para pengikutnya. Muridnya yang bernama Raden Paku mendirikan masjid dan mengislamkan penduduk disekitar Giri. Raden Rahmat juga mengutus Syeikh Khalifah Husein ke Madura. Beberapa bupati sepanjang pantai utara Jawa beralih paham dewa raja Majapahit menjadi Muslim.

Mulai saat itulah terjadi fase perubahan yang sangat besar di Jawa yang dikenal dengan fase Persebaran Islam. Seringkali mereka (para wali) menyamar untuk memutus lingkaran penganut lama. Mereka sangat aktif dan berpindah-pindah dengan cara akulturasi budaya yang sangat luwes. Seringkali mereka memegang peranan yang sangat penting baik sebagai bagian dari pemerintahan maupun sebagai pemegang otoritas sendiri. Sistem ini akhirnya memunculkan wacana yang disebut sebagai desa perdikan[2] dan pesantren.[3]

Islam pertama kali memasuki Jawa Timur pada abad ke-11. Bukti awal masuknya Islam ke Jawa Timur adalah adanya makam Islam atas nama Fatimah binti Maimun di Gresik bertahun 1082, serta sejumlah makam Islam pada kompleks makam Majapahit.[4] Melihat makam-makam muslim yang ada di Gresik yaitu makam wanita muslim Fathimah binti Maimun, nisan yang berangka tahun 475 H (1082 M), serta makam ulama Persia Malik Ibrahim, nisan yang berangka tahun 882 H (1419 M) menjadi tanda bukti bahwa waktu itu rakyat jelata Gresik banyak menganut agama Islam. Jadi pada waktu zaman Prabu Kertawijaya (1447 M) para bangsawan dan punggawa telah ada yang menganut agama Islam. Ini dikarenakan berita tentang kejayaan Islam di wilayah Timur, di Persia, Afghanistan, Baluctistan (sekarang Pakistan) di India sungai Gangga sampai Benggala. Di tanah Aceh dan Malaka dapat tersebar dengan cepat di kota pelabuhan Jawa. Keadaan yang demikian merupakan sumbangan morak dan kebanggaan dalam hati rakyat Majapahit yang sedang rapuh karena gila jabatan. Apalagi Islam progresif terhadap agama Hindu saat itu.[5]

Penyebaran Islam di Jawa Timur tak lepas dari peran Walisongo. Lima wali di antara sembilan wali yang menyebarkan Islam di pulau Jawa berada di wilayah Jawa Timur. Lima wali tersebut adalah Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajat di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban.[6]

Pendidikan Islam

Menurut data statistik tahun 2008 sebanyak 5.025 pesantren tersebar di Jawa Timur dan 2.125 di antaranya adalah pesantren bertipe salafiyah.[2] Beberapa pesantren terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor, Pondok Pesantren Tebuireng, Pondok Pesantren Lirboyo dan sebagainya.

Referensi

  1. ^ "Fatimah Binti Maimun, Muballigh Pertama Tanah Jawa". 2010-9-5. Diakses tanggal 2011-12-27. 
  2. ^ "Deskriptif Statistik Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren" (PDF). Diakses tanggal 2011-12-27.