Dr. Rizal Ramli (lahir 10 Desember 1954) adalah seorang mantan tokoh pergerakan mahasiswa, ahli ekonomi dan politisi Indonesia. Ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia menggantikan Indroyono Soesilo sejak 12 Agustus 2015.[3]

Rizal Ramli
[[Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Republik Indonesia]] 4
Mulai menjabat
12 Agustus 2015
PresidenJoko Widodo
Sebelum
Pengganti
Petahana
Sebelum
[[Menteri Keuangan Indonesia]] 23
Masa jabatan
12 Juni 2001 – 9 Agustus 2001
PresidenAbdurahman Wahid
[[Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia]] 7
Masa jabatan
23 Agustus 2000 – 12 Juni 2001
PresidenAbdurahman Wahid
[[Kepala Badan Urusan Logistik]] 6
Masa jabatan
2000–2001
PresidenAbdurahman Wahid
Informasi pribadi
Lahir10 Desember 1954 (umur 70)
Indonesia Padang, Sumatera Barat, Indonesia
Partai politikIndependen
Suami/istriHerawati Moelyono (alm.) (1982-2006)
Marijani (Liu Siaw Fung) (alm.) (2008-2011) [1]
AnakDhitta Puti Saraswati
Dipo Satria
Daisy Orlana Ramli [2]
Tempat tinggalJakarta
AlmamaterUniversitas Boston
PekerjaanEkonom, politisi
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Sebelumnya ia juga pernah menjabat Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), Menteri Koordinator bidang Perekonomian, serta Menteri Keuangan Indonesia pada Kabinet Persatuan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).[4] Di tingkat internasional, Rizal pernah dipercaya sebagai anggota tim panel penasehat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama beberapa tokoh ekonom dari berbagai negara lainnya.[5]

Pengagum Einstein ini sempat menikmati bangku kuliah di jurusan Fisika Institut Teknologi Bandung, tetapi akhirnya mendapatkan gelar doktor ekonomi dari Universitas Boston pada tahun 1990.[4]

Pendidikan dan karier profesional

Sebagai Mahasiswa

Pada tahun 1978, sewaktu masih menjadi mahasiswa jurusan Fisika - ITB ia pernah dipenjara oleh rezim Orde Baru karena kritik-kritiknya terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah Soeharto.[4][6]

Profesional

Sekembalinya dari Amerika Serikat setelah menyelesaikan pendidikan Doktor ekonominya, Ramli bersama beberapa orang ekonom lain seperti Laksamana Sukardi, Arif Arryman, dan M.S. Zulkarnaen mendirikan ECONIT Advisory Group.[4] Ketika masih aktif sebagai Managing Director Econit, Rizal Ramli dan rekan-rekannya di lembaga think-tank ekonomi independen ini sering mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah Orde Baru. Misalnya saja kritik terhadap kebijakan Mobil Nasional, Pupuk Urea, Pertambangan Freeport, dan sebagainya.[4] Bersama dengan beberapa orang koleganya Rizal Ramli mendirikan Komite Bangkit Indonesia (KBI) dan sekaligus menjabat sebagai ketua.

Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog)

Saat menjadi Kepala Bulog, ia juga berhasil membawa keuntungan bagi Bulog meski ia hanya memimpin selama 15 bulan. Rizal berhasil memberikan terobosan yang mendongkrak nilai perekonomian Bulog hanya dalam kurun waktu enam bulan. Di bawah kepemimpinannya, Bulog melakukan penghapusan rekening off-budget menjadi on-budget yang mengakibatkan angka surplus yang cukup tinggi bagi Bulog. Ia juga melakukan penyederhanaan dan konsolidasi rekening-rekening Bulog yang sebelumnya berjumlah 117 rekening menjadi hanya 9 rekening saja. Selama kepemimpinan Rizal Ramli di Bulog, dilakukan proses restrukturisasi untuk mempersiapkan Bulog menjadi Perusahaan Umum (Perum).[4]

Karier Politik

Sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Rizal Ramli diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada bulan Agustus 2000. Beberapa hari setelah diangkat sebagai Menko Perekonomian menggantikan Kwik Kian Gie, Rizal Ramli lalu mencanangkan 10 Program Percepatan Pemulihan Ekonomi. Program percepatan pemulihan ekonomi tersebut meliputi :

  1. Menciptakan stabilitas di sektor finansial
  2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat di pedesaan untuk memperkuat stabilitas sosial-politik
  3. Memacu pengembangan usaha skala mikro dan usaha kecil menengah (UKM)
  4. Meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani
  5. Mengutamakan pemulihan ekonomi berlandaskan investasi daripada berlandaskan pinjaman
  6. Memacu peningkatan ekspor
  7. Menjalankan privatisasi bernilai tambah
  8. Melaksanakan desentralisasi ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan fiskal
  9. Mengoptimalkan pemanfaatan suberdaya alam, dan
  10. Mempercepat restrukturisasi perbankan

Mei 2001, saat mantan dosen Program Magister Manajemen Fakultas Pasca Sarjana UI ini menjabat sebagai Menteri Perekonomian juga membuat terobosan lain dengan mendorong penghapusan cross-ownership dan cross-management antara PT Telkom dan PT Indosat. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetisi dan mendorong kedua operator telekomunikasi nasional tersebut menjadi full service operators. Lewat terobosannya tersebut, banyak pihak menilai bahwa langkah yang dilakukan Rizal adalah langkah yang tepat sehingga dapat memberikan keuntungan bagi negara.

Rizal Ramli pernah menyelamatkan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari kebangkrutan tanpa menyuntik uang tapi melalui revaluasi asset, sehingga modal yang dari minus 9 Triliun Rupiah melonjak menjadi surplus 119,4 Triliun Rupiah. Ia juga pernah membuat PT. Semen Gresik menjadi satu dari tujuh BUMN yang paling menguntungkan dengan mencatat laba bersih dari 1,3 Triliun Rupiah menjadi 1,8 Triliun Rupiah pada tahun 2007.[7]

Rizal Ramli dikenal sebagai "Sang Penerobos" karena ide-idenya yang tidak konvensional namun tepat sasaran, kepentingan rakyat menjadi dasar keputusannya saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada era pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur.

Sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman

Dalam rangka perombakan (reshuffle) Kabinet Kerja, bersama beberapa orang menteri lainnya, Rizal Ramli dilantik sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pada tanggal 12 Agustus 2015. Ia mengaku, awalnya ia ragu menerima tawaran Presiden Joko Widodo untuk duduk pada pos tersebut berhubung portofolio yang biasa ia geluti adalah bidang ekonomi.[8]

Sehari setelah resmi menjabat, atas persetujuan Presiden Joko Widodo, Rizal Ramli mengusulkan perubahan nama kementeriannya menjadi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Republik Indonesia yang kemudian disusul dengan penambahan dua kementerian lain di bawah koordinasinya, yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kementerian Pertanian.[9][10][11] Namun hingga saat ini dasar hukum perubahan nama kementerian dan penambahan kementerian yang dikoordinasikan masih dikaji oleh Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.[12]

Kegiatan internasional

 
Rizal Ramli pada tahun 2009

Sebagai seorang ekonom alumni Universitas Boston ia juga memiliki jaringan pergaulan internasional. Ia adalah salah satu ahli ekonomi Indonesia yang dipercaya menjadi penasehat ekonomi PBB bersama ekonom internasional lainnya seperti peraih Nobel Ekonomi, Amartya Sen dari Universitas Harvard, serta dua peraih Nobel lainnya, Sir James Mirrlees Alexander dari Inggris dan Rajendra K. Pachuri dari Universitas Yale , Helen Hunt dari UNDP, Francis Stewart dari Universitas Oxford, Gustave Ranis dari Universitas Yale, Patrick Guillaumont dari Perancis, Nora Lustig dari Argentina, dan Buarque dari Brasil.[5]

Pada The United Nation’s Second Advisory Panel Meeting bulan Juni 2012, Rizal telah membawa enam topik makalah, yakni Prospect for the Economy and Democracy in Indonesia, Post Yudhoyono Indonesia and Asian Power, Indonesia Strategic Economic & Political Outlook and Asian Powers, Indonesia’s Economic Outlook and Asian Economic Inegration, Indonesian Democracy at The Cross Road, dan Indonesian Economy and Rule of Law under SBY Administration. Seperti panel pada pertemuan pertama, pertemuan kedua juga dihadiri oleh anggota tim ahli PBB dan para pakar pilihan dari berbagai negara.

Kontroversi

Tidak lama setelah diangkat sebagai Menko Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengeluarkan pernyataan yang mengundang kontroversi di kalangan pemerintahan dan masyarakat umum. Ia mengusulkan pembatalan rencana pembelian pesawat baru oleh Kementerian BUMN untuk maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Menurut Rizal pembelian pesawat baru tersebut adalah kebijakan yang tidak tepat dan memboroskan uang negara.[13] Beberapa hari kemudian, Rizal juga mengkritik proyek pembangunan listrik 35.000 megawatt yang dianggap tidak realistis dan mengatakan bahwa rencana itu adalah proyek ambisius Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) yang tertunda. Kritikan tersebut segera mengundang reaksi keras dari Jusuf Kalla dan beberapa pejabat negara lainnya. Kontroversi ini sempat membuat kegaduhan dalam kabinet pemerintahan Jokowi - JK.[14]

Banyak pihak yang mengecam dan mengatakan bahwa kritik yang dilakukan Rizal Ramli di depan publik adalah suatu perbuatan yang tidak etis dan menimbulkan kegaduhan di jajaran kabinet yang sedang berusaha keras mengatasi masalah perekonomian yang sedang mengalami kelesuan. Namun juga tidak sedikit yang setuju dan mendukung kritik Rizal Ramli yang dianggap membuka hal-hal yang terjadi di sekeliling Presiden Jokowi yang tak diketahui oleh masyarakat luas.[13][15][16][17]

Kehidupan pribadi

Rizal Ramli lahir pada 10 Desember 1954 di Padang, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang Asisten Wedana, sedangkan ibunya berprofesi sebagai guru. Ibunya meninggal dunia ketika ia masih berumur 7 tahun. Rizal kemudian tinggal bersama neneknya di Bogor, Jawa Barat, dan menamatkan sekolah dasar hingga SMA di kota hujan tersebut. Setamat SMA, ia diterima kuliah di ITB, namun karena tak punya biaya ia bekerja dulu di sebuah percetakan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan selama 6 bulan. Rizal juga memanfaatkan kemahirannya berbahasa Inggris untuk mencari uang dengan bekerja sebagai penerjemah buku-buku dan makalah berbahasa Inggris.[2][4]

Rizal menikah dengan seorang perempuan berdarah Jawa, Herawati M. Mulyono, dan dikaruniai 3 orang anak, yaitu Dhitta Puti Saraswati, Dipo Satrio, dan Daisy.[2][4]. Setelah ditinggal mati oleh istrinya, Herawati M. Mulyono, Rizal kemudian menikah lagi dengan Marijani atau Liu Siaw Fung, seorang perempuan berdarah Tionghoa. Namun kembali ia ditinggal mati oleh istri keduanya pada tahun 2011.[1]

Referensi

  1. ^ a b "Istri Rizal Ramli Meninggal Dunia" Detik.com, 1 Maret 2011. Diakses 11 Mei 2013.
  2. ^ a b c "DR. RIZAL RAMLI: Cangkir Emas Dipakai Mengemis" Kabarindonesia.com, 11 Oktober 2007. Diakses 22 September 2015.
  3. ^ "Rizal Ramli, Ekonom Bertangan Dingin yang Kini Jadi Menko Maritim" Detik.com, 13 Agustus 2015. Diakses 22 Agustus 2015.
  4. ^ a b c d e f g h "Dibui di Zaman Soeharto, Jadi Pejabat di Era Gus Dur" Suaramerdeka.com, 19 Oktober 2010. Diakses 22 September 2015.
  5. ^ a b "Tokoh Nasional yang Mendunia" Investor Daily, 24 Mei 2012. Diakses 22 Agustus 2015.
  6. ^ "Rizal Ramli; Pemimpin Mahasiswa ITB Tidak Ada Yang Menonjol" Majalah Ganesha ITB, 28 Maret 2012. Diakses 6 Mei 2013.
  7. ^ "Rizal Ramli: Bekerja Dalam Senyap" SatuNegeri.com, 21 September 2012. Diakses 10 Juni 2013.
  8. ^ "Rizal Ramli "Luluh" karena Bujukan Jokowi" Kompas.com, 13 Agustus 2015. Diakses 23 Agustus 2015.
  9. ^ "Kepercayaan Jokowi pada Rizal Ramli Justru Semakin Bertambah" RMOL, 21 Agustus 2015. Diakses 23 Agustus 2015.
  10. ^ "Menko Maritim dan Sumber Daya Satukan Kementerian" CNN Indonesia, 13 Agustus 2015. Diakses 23 Agustus 2015.
  11. ^ "Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia" Website Resmi Kemenko Maritim. Diakses 23 Agustus 2015.
  12. ^ metrotvnews.com: Penambahan Kementerian di Bawah Kemenko Maritim Dikoordinasikan
  13. ^ a b "Dukung Rizal Ramli, Relawan Desak Jokowi Tendang Rini Soemarno" RMOL, 20 Agustus 2015. Diakses 23 Agustus 2015.
  14. ^ "Rizal Ramli Tidak Akan Tutup Mulut" Kompas.com, 22 Agustus 2015. Diakses 23 Agustus 2015.
  15. ^ "Langkah Rizal Ramli Tepat, Kenapa Rini Soemarno Sewot?" RMOL, 13 Agustus 2015. Diakses 23 Agustus 2015.
  16. ^ "Pesinetron Sekaligus Anggota DPR Ini Dukung Kritik Rizal Ramli" Tempo.co, 20 Agustus 2015 . Diakses 23 Agustus 2015.
  17. ^ "SP PLN Dukung Rizal Ramli Kaji Ulang Proyek Listrik 35 Ribu Megawatt" Tribunnews.com, 21 Agustus 2015. Diakses 23 Agustus 2015.

Pranala luar


Jabatan politik
Didahului oleh:
Indroyono Soesilo
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Indonesia
2015–sekarang
Petahana
Didahului oleh:
Kwik Kian Gie
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia
2000–2001
Diteruskan oleh:
Burhanuddin Abdullah
Didahului oleh:
Prijadi Praptosuhardjo
Menteri Keuangan Indonesia
2001
Diteruskan oleh:
Boediono
Jabatan pemerintahan
Didahului oleh:
Jusuf Kalla
Kepala Badan Urusan Logistik
2000–2001
Diteruskan oleh:
Widjanarko Puspoyo