Yohanes 8

Revisi sejak 1 Maret 2016 14.08 oleh BeeyanBot (bicara | kontrib) (ejaan, replaced: dari pada → daripada)

Yohanes 8 (disingkat Yoh 8) adalah bagian dari Injil Yohanes pada Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen, menurut kesaksian Yohanes, seorang dari Keduabelas Rasul pertama Yesus Kristus.[1][2]

Yohanes 8
Yohanes 8:14-22 pada Papirus 39, yang ditulis sekitar abad ke-3.
KitabInjil Yohanes
KategoriInjil
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
4
pasal 7
pasal 9

Teks

Struktur isi

Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):

Tempat

Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam pasal ini terjadi di Bukit Zaitun (ayat 1) dan Yerusalem (ayat 2 dan seterusnya).

Waktu

Peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam pasal ini terjadi satu hari setelah selesainya perayaan Pondok Daun, berdasarkan Yohanes 7:37, yaitu sekitar 6 bulan sebelum masa sengsara-Nya yang jatuh pada hari-hari perayaan Paskah Yahudi pada tahun berikutnya.

Ayat 1

Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun.[3]

Kalimat ini merupakan sambungan dan sekaligus perbandingan dengan ayat sebelumnya Yohanes 7:53. Di ayat tersebut tertulis bahwa orang-orang "pulang, masing-masing ke rumahnya," dan di ayat ini dilanjutkan "tetapi Yesus" tidak mempunyai tempat untuk "meletakkan kepala-Nya" (lihat Lukas 9:58) dan melewatkan malam hari itu di Bukit Zaitun.[4] Bukit Zaitun adalah bukit yang terletak di sebelah timur Yerusalem, dipisahkan dari kota itu oleh lembah Kidron.[5] Jaraknya tidak sampai "seperjalanan Sabat"[6] dari Yerusalem.[7]

Ayat 2

Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.[8]
  • "Seluruh rakyat datang": berhubung hari raya Pondok Daun baru selesai sehari sebelumnya (lihat Yohanes 7:37), banyak pengunjung masih berada di Yerusalem. Mereka tertarik pada munculnya seorang rabbi terkenal, yaitu Yesus Kristus, maka dengan segera mereka berkumpul di sekitar-Nya.[4]
  • "Ia duduk": Pada zaman kuno, guru-guru Israel duduk bila mengajar. Yesus Kristus mengambil posisi seorang guru yang otoritatif dan mengajar orang-orang yang berkumpul.[4]

Ayat 5

"Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"[9]

Referensi silang: Imamat 20:10; Ulangan 22:22; Ayub 31:11
Hukum mengenai perzinahan tertulis dalam kumpulan kitab Taurat terutama dalam Kitab Imamat dan Kitab Ulangan. Dalam kedua kitab tersebut tertulis bahwa: "pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu."[10]

Ayat 7

Dan ketika mereka [ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi] terus-menerus bertanya kepada-Nya [Yesus], Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."[11]

Kata-kata ini tidak boleh dipergunakan sebagai peluang untuk tidak menghukum dosa di dalam gereja, atau menganggap remeh dosa sesama orang Kristen. Sikap semacam itu memutarbalikkan ajaran Alkitab terhadap dosa antara umat Allah.

  • 1) Kelakuan gereja terhadap orang berdosa di luar gereja yang belum berkesempatan untuk menanggapi kasih karunia Allah dalam Kristus, dan kelakuannya terhadap mereka di dalam gereja yang berbuat dosa dan tidak menaati Kristus, sangat berbeda.
  • 2) Alkitab mengajarkan bahwa dosa yang dilakukan oleh mereka dalam gereja tidak boleh dibiarkan (Wahyu 2:20), melainkan harus ditegur dengan keras dan disingkapkan (Luk 17:3; 1Kor 5:1–13; 2Kor 2:6–8; Ef 5:11; 2Tim 4:2; Tit 1:13; 2:15; Wahy 3:19; dan Mat 13:30 mengenai disiplin dalam gereja).[12]

Ayat 11

Jawabnya [perempuan itu]: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."[13]

Ayat 12

Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."[14]

Merujuk kepada peranan Mesias yang disebutkan dalam Kitab Yesaya pasal 49 sebagai "terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujung bumi"[15]

Ayat 31-32

Maka kata-Nya [Yesus] kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."[16]

Ayat 36

[Kata Yesus:] "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."[17]

Ayat 58

Kata Yesus kepada mereka [orang-orang Yahudi]: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."[18]

Pericope adulterae

 
Pieter Bruegel, Minyak pada panel, 24cm x 34cm. Courtauld Institute Galleries, London

Bagian Yohanes 7:53–8:11 yang memuat kisah "Yesus dan perempuan yang berzinah" dalam bahasa Latin dikenal dengan judul Pericope Adulterae[19] atau Pericope de Adultera. Nas ini diperdebatkan keasliannya, karena tidak ditemukan dalam sejumlah naskah bahasa Yunani kuno tertua yang masih ada, yaitu dalam dua naskah papirus abad ke-3 yang merupakan saksi bagi Injil Yohanes - P66 dan P75; atau dari abad ke-4 Codex Sinaiticus dan Vaticanus, meskipun semua empat naskah ini nampaknya mengakui adanya nas ini dengan penandaan diakritik pada lokasi yang seharusnya. Sebaliknya, sebagian besar naskah kuno Injil Yohanes dalam beberapa terjemahan bahasa kuno memuat bagian ini, antara lain: mayoritas Vetus Latina (Latin kuno), Vulgata (Codex Fuldensis), beberapa naskah Suryani, naskah Koptik dari dialek Bohairik, beberapa naskah Armenia, dan terjemahan-terjemahan Etiopia; Didascalia (abad ke-3), Didymus the Blind (~313–398), Ambrosiaster (abad ke-4), Ambrose (wafat tahun 397), John Chrysostom (wafat tahun 407), Jerome (wafat tahun 420), Augustinus (wafat tahun 430); Codex Bezae (abad ke-5), Codex Basilensis A. N. III. 12 (abad ke-8), Codices abad ke-9: Boreelianus, Seidelianus I, Seidelianus II, Cyprius, Campianus, Nanianus, juga Tischendorfianus IV dari abad ke-10, Codex Petropolitanus.

Hieronimus (atau disebut Jerome) melaporkan bahwa pericope adulterae ditemukan pada tempat biasanya di "banyak naskah Yunani dan Latin" di Roma dan di Latin Barat pada akhir abad ke-4. Ini didukung oleh beberapa bapa gereja dari abad ke-4 dan ke-5 M; termasuk Ambrose, dan Augustinus. Augustinus menulis bahwa nas ini rupanya secara tidak lazim sengaja dihilangkan pada sejumlah naskah dengan tujuan untuk menghindari kesan bahwa Kristus mengizinkan perzinahan:

"Orang-orang tertentu yang imannya kurang, atau bahkan musuh-musuh iman yang benar, takut, aku rasa, jangan-jangan istri-istri mereka harus diberi pengampunan dalam berbuat dosa, membuang dari naskah-naskah mereka tindakan Tuhan mengampuni perempuan yang berzinah, seakan-akan Ia yang berkata, Jangan berbuat dosa lagi, telah memberi izin untuk berbuat dosa."[20]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 9794159050.
  3. ^ Yohanes 8:1
  4. ^ a b c The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997
  5. ^ The New Oxford Annotated Bible. 4th ed. New York: Oxford Press, 2010.
  6. ^ Kisah Para Rasul 1:2
  7. ^ Hari itu adalah hari Sabat dan pada hari yang sama, Yesus melakukan mujizat mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir (Yohanes 9:14)
  8. ^ Yohanes 8:2
  9. ^ Yohanes 8:5
  10. ^ Imamat 20:10; juga Ulangan 22:22
  11. ^ Yohanes 8:7
  12. ^ The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  13. ^ Yohanes 8:11
  14. ^ Yohanes 8:12
  15. ^ Yesaya 49:6
  16. ^ Yohanes 8:31–32
  17. ^ Yohanes 8:36
  18. ^ Yohanes 8:58
  19. ^ "Pericope Adulteræ" dieja "peˈrikope aˈdulterai" dalam Latin klasik.
  20. ^ "Sed hoc videlicet infidelium sensus exhorret, ita ut nonnulli modicae fidei vel potius inimici verae fidei, credo, metuentes peccandi impunitatem dari mulieribus suis, illud, quod de adulterae indulgentia Dominus fecit, auferrent de codicibus suis, quasi permissionem peccandi tribuerit qui dixit: Iam deinceps noli peccare, aut ideo non debuerit mulier a medico Deo illius peccati remissione sanari, ne offenderentur insani." Augustine, De Adulterinis Conjugiis 2:6–7. Dikutip dalam Wieland Willker, A Textual Commentary on the Greek Gospels, Vol. 4b, p. 10.

Pranala luar