Sadruddin Aga Khan

Pangeran Sadruddin Aga Khan KCSS (bahasa Urdu: صدرالّدين آغا خان, Ṣadr ad-Dīn Āghā Khān, 17 Januari 1933 – 12 Mei 2003) menjabat sebagai Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi tahun 1966 hingga tahun 1978, di mana ia melakukan orientasi kembali dari fokus lembaga ini di luar Eropa dan menyiapkannya untuk sebuah ledakan masalah pengungsi yang sangat kompleks. Dia juga pendukung kolaborasi yang lebih besar antara organisasi non-pemerintah (LSM) dan badan-badan PBB. Minat Pangeran dalam masalah-masalah ekologi membuatnya mendirikan Yayasan Bellerive pada akhir tahun 1970-an, dan dia adalah seorang kolektor memiliki pengetahuan dan dihormati dalam seni Islam.

Pangeran Sadruddin Aga Khan
Lahir(1933-01-17)17 Januari 1933
Paris, Perancis
Meninggal12 Mei 2003(2003-05-12) (umur 70)
Boston, Massachusetts, Amerika Serikat
Sebab meninggalKanker
AlmamaterHarvard College
Suami/istriNina Dyer (m.1957–1962)
Catherine Aleya Sursock (m.1972–2003)
Orang tuaAga Khan III (ayah)
Andrée Joséphine Carron (ibu)

Lahir di Paris, Perancis, ia adalah anak dari Sir Sultan Mahomed Shah Aga Khan dan Putri Andrée Aga Khan. Ia menikah dua kali, tetapi tidak memiliki anak sendiri. Pangeran Sadruddin meninggal karena kanker pada usia 70, dan dimakamkan di Swiss.

Kehidupan dan karier

Masa kanak-kanak dan pendidikan

Lahir di Neuilly-sur-Seine, Perancis, ia merupakan anak tunggal dari Sri Sultan Mahomed Shah Aga Khan III dan istri kedua kelahiran Perancis-nya, Andrée Joséphine Carron. Ia meraih pendidikan awalnya di Lausanne, Swiss, sebelum lulus dari Phi Beta Kappa pada 1954 dari Harvard College.[1] Di Harvard, ia tinggal di Eliot House dengan Paul Matisse, cucu artis Perancis Henri Matisse, dengan kelak pendiri Paris Review George Plimpton dan John Train, dan dengan Stephen Joyce, cucu penulis Irlandia James Joyce.[2] Bersama dengan Plimpton, ia menjadi penyunting untuk Harvard Lampoon. Setelah tiga tahun riset pasca-kelulusan di Harvard Center untuk Studi-Studi Timur Tengah, Pangeran Sadruddin mulai berkarir dalam pelayanan internasional.[3][4]

Meskipun ia dibesarkan di Eropa oleh ibu Perancisnya, ayahnya, yang merupakan Imam pewaris ke-48 dari Muslim Ismaili Nizari, memiliki pengaruh kuat padanya. Ia mengatakan bahwa ayahnya "menyuruhku untuk memahami al-Qur'an dan mendorongku untuk memahami tradisi dasar dan kepercayaan Islam tanpa memaksakan pandangan tertentu. Ia merupakan pribadi yang luar biasa namun berpikiran terbuka dan liberal."[5]

Bersama dengan ayahnya, Pangeran Sadruddin mengunjungi negara-negara Muslim, bertemu dengan sesama Muslim pada usia muda. Ia menyebut Iran sebagai bagian dari keluarganya, meskipun ia tak pernah tinggal disana.[6] Pada masa kecil, nenek pihak ayahnya membacakannya puisi-puisi epik besar tentang sejarah Persia.[5] Ia memegang kewarganegaraan Perancis, Iran, dan Swiss, dan dapat berbicara dalam bahasa Perancis, Inggris, Jerman dan Italia, serta juga sedikit memahami bahasa Persia dan Arab.[7]

UNESCO

Pangeran Sadruddin bergabung dengan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (bahasa Inggris: United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, disingkat UNESCO) pada 1958, dan menjadi Sekretaris Eksekutif untuk Komite Tindakan Internasional-nya untuk Pengurusan Nubia pada 1961. Inisiatif tersebut dibawa bersama dengan para arkeolog dari Eropa Timur dan barat pada puncak Perang Dingin. Pembangunan Bendungan Aswan mengancam harta karun Mesir kuno yang meliputi Abu Simbel, kuil Philae dan Kalabsha, dan gereja-gereja Kristen di Nubia.[6][8] Ia kemudian menyebutnya sebagai "salah satu prestasi besar UNESCO" karena memperjuangkan konteks sejarah dimana bangunan tersebut bertempat—dalam sebagian ketegangan yang terjadi di Timur Tengah dan Perang Dingin.[6]

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi

Pangeran Sadruddin mulai menjadi Duta Khusus Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (bahasa Inggris: United Nations High Commissioner for Refugees, disingkat UNHCR) pada 1959 dengan fokus pada Tahun Pengungsi Dunia (1959–1960).[9] Inisiatif tersebut menjadi dikenal untuk Rencana Perangko-nya, sebuah program filateli yang mengumpulkan dana melalui negara-negara anggota PBB, serta dukungan Kesatuan Pos Sedunia. Pada masa tersebut, sumber daya UNHCR umumnya berdokus pada mendukung para pengungsi yang melintas dari Eropa Timur.[6]

Pada Januari 1966, Pangeran Sadruddin dilantik menjadi Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi setelah menjabat selama tiga tahun sebagai Deputi Komisioner Tinggi. Pada usia 33 tahun, ia menjadi orang termuda yang memimpin UNHCR.[10] Selama dua belas tahun berikutnya, ia memimpin agensi pengungsi PBB melalui salah satu periode tersulitnya, mengurusi tanggapan internasional terhadap krisis Bangladesh 1971 yang menimpa 10 juta orang, eksodus 1972 ratusan ribu Hutus dari Burundi ke Tanzania, dan tragedi orang perahu Vietnam pada pertengahan 1970an. Pada 1972, Pangeran Sadruddin memainkan peran penting dalam menemukan tempat tinggal baru bagi sepuluh ribu orang Asia Selatan yang diusir dari Uganda oleh Idi Amin.[10]

Keputusan Pangeran Sadruddin tidak mendiskriminasi antara pengungsi Dunia Ketiga dan Eropa dalam membantu UNHCR untuk membuat keputusan dalam menempatkan orang-orang terusir di dunia. Pada 1950an, antara i200,000 dan 300,000 pengungsi Eropa meminta bantuan. Pada 1970an, masalah pengungsi Eropa sebagian besar terselesaikan, namun digantikan oleh jutaan orang terusir di Dunia Ketiga. Ia mengalihkan mandat UNHCR dari fokus aslinya di Eropa Timur, ke arah para pengungsi dari teritorial Palestina, Vietnam, Angola dan Aljazair.[10] Karena skala dan kompeksitas masalah pengungsi masih meningkat, UNHCR dan komunitas besar internasional berupaya untuk beradaptasi.[6] Pada akhir 1977 saat ia memilih untuk turun jabatan, ia menjadi Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi yang paling lama menjabat.[1] Ia masih memegang berbagai layanan yang berkaitan dengan situasi kemanusiaan atas perantaraan PBB.

Karir diplomatik Perserikatan Bangsa-Bangsa

Sejak 1978, Pangeran Sadruddin memegang berbagai jabatan: Konsultan Khusus dan Chargé de Mission untuk Sekretaris-Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pelapor Khusus Komisi Hak Asasi Manusia PBB dan Konvenor dan salah satu Ketua Komisi Independen Masalah-Masalah Kemanusiaan Internasional dan Kelompok Pekerja Independen pada Dewan Keuangan Darurat PBB. Ia kemudian menjadi Koordinator untuk Program Bantuan Ekonomi dan Kemanusiaan PBB Terkait Masyarakat Afghanistan dan Delegasi Eksekutif Sekretaris-Jenderal untuk Program Kemanusiaan Antar-Agensi PBB, yang mengurusi masalah wilayah perbatasan Irak.[4][11]

Pelantikannya pada September 1990 sebagai Perwakilan Pribadi Sekretaris-Jenderal PBB untuk Bantuan Kemanusiaan Terkait Krisis antara Irak dan Kuwait[12] melalui hubungan diplomatik. Presiden Irak Saddam Hussein sangat mencurigai PBB, dan menduga organisasi tersebut bakal memanfaatkan masyarakat Muslim Syiah di negara tersebut. Di samping itu, Pangeran Sadruddin berhasil bernegosiasi dengan Menteri Luar Negeri Tariq Aziz untuk pembentukan program pemulihan PBB untuk sepuluh ribu Muslim Syiah yang terperangkap dalam kondisi yang memburuk di wilayah selatan Irak.[1]

Pangeran Sadruddin dinominasikan dan dimajukan dua kali untuk jabatan Sekretaris-Jenderal PBB. Meskipun ia memenangkan pemilihan 1981, Uni Soviet menganggapnya terlalu kebarat-baratan dan melayangkan keberatan terhadap pemilihan tersebut.[3] Saat ia dinominasikan kembali pada 1991, Amerika Serikat dan Inggris mengekspresikan ketidaksukaannya dengan kepercayaannya dalam kebijakan mendukung bantuan ke Irak.[3]

Advokasi dan perlindungan lingkungan hidup

Pada 1977, Pangeran Sadruddin, bersama dengan Denis de Rougemont dan beberapa teman lainnya, mendirikan sebuah wadah pemikir yang berbasis di Jenewa, Groupe de Bellerive (mengambil nama dari Bellerive, sebuah munisipalitas dimana ia tinggal di Jenewa), dan sebuah organisasi non-profit, Yayasan Bellerive. Yayasan tersebut berkolaborasi dengan lembaga-lembaga internasional, organisasi-organisasi bantuan bilateral Inggris dan Skandinavia, dan organisasi-organisasi non-pemerintah lainnya seperti World Wide Fund for Nature (WWF).[6] Organisasi tersebut menjadi kelompok aksi akar rumput utama yang mempromosikan perlindungan lingkungan hidup, konservasi sumber daya alam dan pengamanan hidup dalam seluruh bentuknya.

Awalnya, Bellerive bekerja dengan UNICEF dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam perjuangan melawan deforestasi. Pangeran Sadruddin dimotivasi menjadi bagian dalam apa yang ia sebut "para pengungsi ekologi", yang terpaksa meninggalkan kawasan-kawasan yang tidak mampu menopang hidup mereka karena desertifikasi dan perubahan lingkungan hidup lainnya. Yayasan tersebut bekerja dengan para pakar Swiss untuk mengembangkan kompor masak dengan energi yang efisien dan berbiaya rendah yang menggunakan sumber-sumber energi terbarukan seperti metana dan biogas. Produk tersebut didistribusikan ke penduduk pedesaan yang membutuhkan, utamanya Afrika. Masalah-masalah lainnya yang disoroti Bellerive meliputi penggunaan senjata nuklir, dan perlindungan spesies terancam.[6]

Sebagai warga Swiss, Pangeran Sadruddin mengurusi dampak pengembanvan pariwisata insensitif dan deforestasi pada Pegunungan Alpen Eropa. Di Forum Ekonomi Dunia pada 1990, ia meluncurkan Alp Action untuk melindungi ekosistem gunung tersebut dan menyajikan keragaman dan vitalitas budaya Alpen. Program Yayasan Bellerive tersebut berjenis eko-pariwisata, yang bertujuan untuk mengurangi dampak olahraga petualangan luar ruangan pada habitat liar pegunungan. Pada tahun-tahun operasinya, Alp Action berhasil meluncurkan lebih dari 140 proyek di tujuh negara.[13] Keguatan tersebut menemukan inspirasj dalam sistem taman nasional Bebatuan Kanada.[7]

Kehidupan pribadi

Kehidupan Pangeran Sadruddin sangat dipengaruhi oleh warisan budaya dan para anggota keluarganya. Ia mengklaim bahwa garis keturunan pihak ayahnya bermula dari Muhammad, Nabi Islam, melalui putri Nabi Fatima dan sepupunya Ali. Nenek Pangeran Sadruddin adalah cucu dari Kaisar Qajar Fath'Ali Shah.[4]

Pelayanan internasional merupakan tradisi keluarga, dan sepanjang hidupnya, Pangeran Sadruddin dikelilingi olehnya. Ayahnya memegang jabatan-jabatan penting di India Britania.[14] Ia juga menjabat dua kali sebagai Presiden Liga Bangsa-Bangsa.[3] Kakak tiri Pangeran Sadruddin, Pangeran Aly Khan, adalah Duta Besar Pakistan untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pangeran Karim Aga Khan IV, Imam Muslim Ismaili ke-49 dan sekarang Aga Khan, merupakan keponakan Pangeran Sadruddin

Penghargaan dan pemberian

Pangeran Sadruddin meraih beberapa gelar dokterandes kehormatan dan penghargaan nasional dari negara-negara yang berbeda seperti Pakistan, Polandia dan Vatikan, serta Penghargaan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa.[10] Ia terpilih menjadi Anggota Kehormatan Asing American Academy of Arts and Sciences pada 1991.[15] Ia dianugerahi Bourgeois d'Honneur de Geneve,[16] dilantik menjadi Commandeur Légion d'honneur dari Perancis dan Komandan Kestria Ordo Santo Silvester (KCSS) dari Tahta Suci, dan merupakan seorang penerima Ordo Nil dari Mesir.[3] Selain itu, ia dilantik menjadi Knight Commander of the Order of the British Empire (KBE), atas jasa-jasanya pada bidang kemanusiaan dan seni rupa.[1] Ia menjadi warga kehormatan Patmos, Yunani, dimana ia memiliki sebuah rumah.[17]

Referensi

  1. ^ a b c d "Genial diplomat shone under fire". The Sydney Morning Herald. Fairfax Media. 16 June 2003. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  2. ^ Reed, Christopher (May–June 2002). "Pure Fabrications". Harvard Magazine (May–June 2002). Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 December 2008. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  3. ^ a b c d e "Prince Sadruddin Aga Khan (Obituary)". The Times. News Corporation. 16 May 2003. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  4. ^ a b c "Prince Sadruddin Aga Khan" (Siaran pers). Secrétariat de Son Altesse l'Aga Khan, Aiglemont. 13 May 2003. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  5. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Telegraph1998
  6. ^ a b c d e f g "Interview with Sadruddin Aga Khan" (PDF). UNESCO Courier. May 1991. hlm. 4–9. Diakses tanggal 27 February 2016. 
  7. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Ahram2003
  8. ^ "Obituary: Prince Sadruddin Aga Khan". The Guardian. Guardian Media Group. 15 May 2003. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  9. ^ "Records of Prince Sadruddin Aga Khan – UNHCR Archives" (PDF). Diakses tanggal 13 October 2010. 
  10. ^ a b c d "Former UN refugee agency chief Sadruddin Aga Khan dies". UN News Centre. 13 May 2003. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  11. ^ "SG appoints Sadruddin Aga Khan to coordinate humanitarian programme for Iraq, Kuwait, border areas (SG/A/455, IK/15)" (Siaran pers). United Nations. 9 April 1991. 
  12. ^ "SG appoints Sadruddin Aga Khan as personal representative for humanitarian assistance relating to Iraq-Kuwait crisis (SG/A/442, IK/1)" (Siaran pers). United Nations. 12 September 1990. 
  13. ^ Chernushenko, David (ed.) (July 2001). "High Minded Action". The Sustainable Sport Sourceline. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  14. ^ Alidina, Sherali (30 December 2006). "Freedom movement and the Aga Khan". Dawn: One Hundred Years of the Muslim League 1906–2006. The DAWN Group of Newspapers, Pakistan. Diakses tanggal 13 October 2010. 
  15. ^ "Book of Members, 1780–2010: Chapter A" (PDF). American Academy of Arts and Sciences. Diakses tanggal 6 April 2011. 
  16. ^ "Décès de S.A. le Prince Sadruddin Aga Khan – Site officiel de l'Etat de Genève, May 14, 2003" (dalam bahasa French). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 December 2004. Diakses tanggal 1 January 2007. 
  17. ^ "Macedonian Press Agency: News in English, 00-09-24". HRI. Diakses tanggal 13 October 2010. 

Pranala luar

Jabatan politik
Didahului oleh:
Félix Schnyder
Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi
1966–1977
Diteruskan oleh:
Poul Hartling