Rumpun bahasa Austroasiatik

rumpun bahasa di Asia Tenggara Daratan

Rumpun bahasa Austro-Asia yang secara harafiah berarti “Asia Selatan”, adalah sebuah rumpun bahasa-bahasa yang dipertuturkan di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Diantara bahasa-bahasa yang termasuk rumpun bahasa ini, hanya bahasa Vietnam, bahasa Khmer, dan bahasa Mon yang mempunyai catatan sejarah yang panjang, dan bahasa Vietnam dan bahasa Khmer berstatus bahasa resmi (masing-masing di Vietnam dan Kamboja), sementara bahasa Santali dan bahasa Khasi masing-masing berstatus bahasa resmi di tingkat negara bagian di India. Bahasa lain dari rumpun ini dituturkan oleh sekelompok kecil masyarakat.

Austro-Asia
Austro-Asiatik
WilayahAsia Selatan dan Tenggara
Penutur
Bentuk awal
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologaust1305[1]
IETFaav
Lokasi penuturan
Bahasa Austro-Asia
Bahasa Austro-Asia
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Rumpun bahasa Austro-Asiatik menyebar terpisah-pisah di India, Bangladesh, dan Asia Tenggara, dipisahkan oleh daerah dimana bahasa-bahasa lain dituturkan. Secara luas dipercaya bahwa rumpun bahasa Austro-Asiatik merupakan bahasa asli daerah di Asia Tenggara dan bagian timur anak benua India, dan bahwa rumpun bahasa lain di daerah itu termasuk Indo-Eropa, Tai-Kadai, Dravida, dan Sino-Tibet, adalah hasil dari migrasi manusia yang terjadi belakangan. (Sebagai contoh, ada kata-kata bahasa Austro-Asiatik pada rumpun bahasa Tibeto-Burma di Nepal timur.) Beberapa ahli bahasa telah mencoba membuktikan bahwa rumpun bahasa Austro-Asiatik berkerabat dengan rumpun bahasa Austronesia, sehingga membentuk rumpun besar Austrik.

Cabang utama

Rumpun bahasa ini biasa dibagi menjadi dua cabang yaitu: cabang Mon-Khmer dan Munda di India. Dari cabang Mon-Khmer ada dua bahasa yang penting yaitu bahasa Khmer yang dipertuturkan oleh kurang lebih 10 juta jiwa di Kamboja dan bahasa Vietnam yang dipertuturkan oleh kurang lebih 80 juta jiwa di Vietnam. Selain itu bahasa Mon dipertuturkan oleh sekelompk kecil sukubangsa Mon di Myanmar dekat perbatasan Thailand dan bahasa Khmu dipertuturkan di sebelah utara Laos dekat perbatasan Myanmar. Kemudian bahasa Asli yang dipertuturkan oleh sukubangsa Negrito di Semenanjung Malaka juga anggota cabang bahasa Mon-Khmer. Diperkirakan bahasa-bahasa Asli sukubangsa Asli ini sebenarnya bukan bahasa mereka, namun bahasa ini mereka ambil dari tetangga mereka.

Di India bahasa Mundari dan bahasa Santali adalah bahasa Austro-Asia yang sudah dipengaruhi oleh bahasa Indo-Eropa cabang Indo-Arya dan bahasa-bahasa Dravida. Penutur asli bahasa Munda adalah orang-orang dari ras Mongoloid yang diperkirakan dahulu kala tersebar luas pula di India utara.

Di kepulauan Nicobar dipertuturkan pula bahasa-bahasa Austro-Asia, sebagian besar oleh orang-orang ras Mongoloid pula. Sedangkan penduduk asli kepulauan Nicobar dan Andaman adalah sukubangsa negrito yang masih berkerabat dengan ‘orang asli’ di Malaysia dan sukubangsa Papua. Ada yang berpendapat bahasa mereka juga merupakan kerabat yang sangat jauh dari bahasa Papua.

Bahasa Austro-Asia secara skematis

Rumpun bahasa Austro-Asia secara skematis adalah sebagai berikut:

Austro-Asia

Penyebaran bahasa Austro-Asia

Jika ditilik di peta, rumpun bahasa Austro-Asia penyebaran tidak berkesinambungan namun terputus-putus. Selain di Kamboja dan Vietnam, rumpun bahasa ini hanya dipertuturkan di kantong-kantong yang terisolir, dari India sampai di Semenanjung Malaka. Ada kemungkinan besar jaman dahulu kala bahasa-bahasa ini berkesinambungan. Tetapi pada suatu saat dalam sejarah terjadi invasi para penutur bahasa Indo-Eropa di India, bahasa Tai-Kadai di Thailand dan bahasa Austronesia di Semenanjung Malaka.

Keseragaman bahasa Austronesia di Semenanjung Malaka juga menunjang hipotesa ini. Bahasa Austronesia yang dipertuturkan di sini hanya bahasa Melayu saja, meski ada beberapa dialek, tetapi perbedaan antara dialek ini tidaklah besar. Keseragaman bahasa ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Melayu masih bisa dikatakan belum begitu lama di sini.

Bahkan di Semenanjung Malaka ada sebuah kejanggalan lainnya, penduduk ‘asli’ atau aborigin daerah ini, yaitu sukubangsa Negrito malahan masih menuturkan bahasa-bahasa Austro-Asia. Padahal bahasa ini sebenarnya mereka ambil dari para tetangga mereka yang termasuk ras Mongoloid, sudah mengambil alih bahasa Austronesia.

Ada pula yang berpendapat bahwa bahasa-bahasa Austro-Asia pernah dipertuturkan di pulau Sumatra. Menurut para pakar ini, sisa-sisa bahasa Austro-Asia ini masih meninggalkan jejaknya, atau disebut substratum, di bahasa-bahasa Sumatra modern.


Kekerabatan dengan rumpun bahasa lain

Ada beberapa pakar yang menggolongkan rumpun bahasa Austro-Asia dengan rumpun bahasa Austronesia dan menamakannya rumpun bahasa besar atau superfamili Austrik. Mereka berpendapat bahwa semua bahasa di China bagian selatan sebenarnya berkerabat yaitu rumpun bahasa Austro-Asia, bahasa Austronesia, bahasa Tai-Kadai dan bahasa Hmong-Mien (juga disebut Miao-Yao). Secara skematis rumpun bahasa Austrik secara hipotetis adalah sebagai berikut:

  • Austrik
    • Austronesia
    • Tai-Kadai
    • Hmong-Mien
    • Austro-Asia

Para penutur keempat rumpun bahasa yang diduga berkerabat ini bermukim di daerah yang sekarang termasuk Tiongkok bagian selatan sampai kurang lebih pada antara tahun 2000 SM1000 SM. Kala itu kaum Han, yang merupakan penutur bahasa Sino-Tiber, dari Tiongkok utara menyerbu ke selatan dan para penutur bahasa Austrik tercerai-berai. Hal ini yang diduga sebagai alasan mengapa kaum Tai-Kadai lalu bermigrasi ke selatan dan para penutur bahasa Austro-Asia tercerai berai.

Kemudian para ahli linguistik memiliki argumen lain yaitu keberadaan kata-kata dasar dwisilabik yang mirip di mana bahasa Austronesia menyimpan kedua sukukata sedangkan bahasa Austro-Asia menyimpan sukukata pertama dan bahasa Tai-Kadai menyimpan suku kata kedua.

Contoh: Proto-Austronesia / Proto-Mon-Kmer (Austro-Asia) / Proto Thai (Tai-Kadai)

  • mata ‘mata’ / *măt ‘mata / *taa ‘mata’
  1. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Austro-Asia". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.