Api Olimpiade
Api Olimpiade, Obor Olimpiade, Cahaya Olimpiade, Mata Olimpiade, dan Matahari Olimpiade adalah sebuah lambang Olimpiade. Api yang memperingati pencurian api dari dewa Yunani Zeus oleh Prometeus, berasal di Yunani kuno, ketika api dibiarkan menyala selama perayaan Olimpiade kuno. Api ini diperkenalkan kembali pada Olimpiade di tahun 1928, dan sejak itu telah menjadi bagian dari pertandingan Olimpiade modern. Estafet obor modern diperkenalkan oleh Carl Diem, presiden Komite Penyelenggara untuk Olimpiade Berlin 1936, sebagai bagian dari upaya untuk mengubah pertandingan ini menjadi pengagungan Reich Ketiga.[1] Meskipun asal-usulnya berkaitan dengan Nazisme di Jerman, upacara obor ini masih dipraktikkan pada 2006.
Penggunaan
Obor Olimpiade kini dinyalakan beberapa bulan sebelum upacara pembukaan Olimpiade di tempat Olimpiade kuno di Olympia, Yunani. Sebelas orang perempuan, yang mewakili peranan imam-imam perempuan, melakukan upacara penyalaan obor dengan cahaya matahari, yang dikonsentrasikan cahayanya dengan cermin parabolik.
Dalam tradisi, api Olimpiade diserahkan kepada pejabat-pejabat kota tuan rumah dalam sebuah upacara yang berlangsung di Stadion Panathinaiko di Athena pada permulaan estafet itu oleh para pejabat kota Athena.
Kemudian obor ini dibawa ke kota penyelenggara Olimpiade berikutnya dalam sebuah estafet obor. Meskipun biasanya api itu dibawa dengan berlari, alat-alat transportasi lainnya pun telah dipergunakan. Para pelari termasuk atlet dan tokoh-tokoh selebritis, tetapi kadang-kadang juga orang-orang lainnya, yang seringkali dipilih karena jasa dan keberhasilan mereka.
Estafet Obor Olimpiade berakhir pada hari upacara pembukaan di stadion pusat Olimpiade. Pembawa terakhirnya seringkali dirahasiakan hingga detik-detik terakhir, dan biasanya adalah seorang tokoh olahragawan dari negara tuan rumah. Pembawa terakhir obor berlari menuju ke kaldron, yang biasanya diletakkan di puncak tangga penting, dan kemudian menggunakan obor itu untuk menyalakan api di stadion. Biasanya dianggap suatu kehormatan besar bagi orang yang diminta menyalakan api Olimpiade. Setelah dinyalakan, api itu akan terus menyala sepanjang perayaan Olimpiade dan baru dipadamkan pada akhir upacara penutupan pertandingan.
Sejarah
Untuk orang-orang Yunani kuno, api mempunyai makna suci — ada anggapan bahwa api dicuri dari deaw-dewa oleh Prometeus. Oleh karena itu, api juga hadir di banyak tempat suci di Olympia, Yunani. Api dinyalakan secara abadi di altar Hestia di Olympia, Yunani. Selama Olimpiade, yang menghormati Zeus, api-api tambahan dinyalakan di kuilnya dan kuil istrinya, Hera. Api Olimpiade modern dinyatalakn di tempat di mana kuil Hera dulu berdiri.
Api baru muncul dalam Olimpiade modern pada 1928. Arsitek Belanda, Jan Wils, mencantumkan menara dalam rancangannya untuk stadion Olimpiade untuk Olimpiade Amsterdam 1928 dan muncul dengan gagasan untuk menyalakan api selama pertandingan berlangsung. Pada 28 Juli 1928 seorang pegawai dewan listrik Amsterdam menyalakan api Olimpiade yang pertama dalam apa yang disebut Marathontower, yang dikenal sebagai "asbak KLM" oleh masyarakat setempat.
Gagasan tentang api Olimpiade disambut dengan antusias, dan dimasukkan sebagai lambang Gerakan Olimpiade. Pejabat olahraga dan ilmuwan olahraga Jerman Carl Diem mengembangkan gagasan tentang estafet obor Olimpiade untuk Olimpiade Musim Panas 1936 di Berlin. Lebih dari 3.000 pelari membawa obor itu dari Olympia ke Berlin. Atlet lintasan dan lapangan Jerman Fritz Schilgen adalah orang terakhir yang membawa obor itu, menyalakan apinya di stadion. Estafet obor ini juga menjadi bagian dari Olimpiade.
Api Olimpiade menyala di Olimpiade Musim Dingin pada 1936 dan 1948, tetapi estafet obor pertama terjadi di Olimpiade Musim Dingin 1952 di Oslo. Api itu tidak dinyalakan di Olympia, tetapi api dinyalakan di Morgedal, Norwegia, di perapian di rumah Sondre Norheim, yang merintis olahraga ski. Api juga dinyalakan di sana pada 1960 dan pada 1994. Kecuali untuk 1956, estafet dimulai di Olympia, Yunani untuk semua Olimpiade Musim Dingin lainnya. Pada 1956, estafet dimulai di Roma.
Meskipun pada umumnya obor dengan api Olimpiade masih dibawa oleh pelari, obor ini juga dibawa dalam banyak cara lainnya. Api pertama yang dibawa dengan kapal pada 1948 menyeberangi Selat Inggris, dan diterbangkan dengan pesawat terang pada 1952, ketika api itu dibawa ke Helsinki. Pada 1956, pertandingan berkuda diadakan terpisah karena peraturan karantina yang ketat di Australia. Semua pembawa estafet obor itu pergi ke Stockholm, tempat nomor pertandingan ini diselenggarakan, dengan mengendarai kuda.
Cara-cara transportasi yang luar biasa dipergunakan pada 1976, ketika api itu diubah menjadi sebuah pulsa elektronik. Dari Athena, pulsa ini dibawa oleh satelit ke Kanada, dan di sana sebuah sinar laser digunakan untuk menyalakan kembali api itu. Pada 2000, obor itu dibawa di bawah air oleh para penyelam dekat Great Barrier Reef. Cara-cara transportasi luar biasa lainnya termasuk seorang Indian kano, unta, dan Concorde.[2]
Pada 2004, estafet global obor pertama dilakukan, dalam sebuah perjalanan yang berlangsung selama 78 hari. Api Olimpiade mencakup jarak lebih dari 78.000 km di tangan sekitar 11.300 pembawa obor, yang menempuh perjalanan ke Afrika dan Amerika Selatan untuk pertama kalinya, mengunjungi semua kota yang pernah menjadi tuan rumah Olimpiade dan akhirnya kembali ke Athena untuk Olimpiade Musim Panas 2004. Ketika api Olimpiade itu tiba di Stadion Panathinaiko, stadion Olimpiade Musim Panas 1896, untuk memulai estafet global obor, malam itu angin bertiup sangat kencang dan obor itu, yang dinyalakan oleh Komite Pelaksana Athena 2004 Gianna Angelopoulos-Daskalaki, tertiup mati oleh angin, namun dinyalakan kembali dengan menggunakan api cadangan yang diambil dari api upacara asli di Olympia. Ini adalah kali kedua api obor Olimpiade tertiup hingga mati. Kejadian pertama adalah di Olimpiade Musim Panas 1976 yang diselenggarakan di Montreal, Kanada. Setelah hujan lebat yang yang memadamkan api Olimpiade itu beberapa hari setelah pertandingan dibuka, seorang pejabat menyalakan kembali apinya dengan menggunakan pemantik rokoknya. Pihak penyelenggara segera mematikannya kembali dan kemudian menyalakannya ulang dengan menggunakan api cadangan dari api yang asli.
Cara lain untuk menarik perhatian adalah dengan menyalakan apinya di stadion. Pada Olimpiade Barcelona 1992, pemanah Paralimpiade Antonio Rebollo melepaskan sebatang anak panah yang terbakar melintasi kaldron dari sebuah panggung di ujung lainnya di stadion. Dua tahun kemudian, api Olimpiade dibawa ke stadion Lillehammer oleh seorang pelompat ski.
Di bawah ini adalah daftar semua estafet obor Olimpiade.
Penyulut Api Olimpiade
Selama ini telah menjadi tradisional untuk meminta atlet-atlet terkemuka atau mantan atlet untuk menjadi pelari terakhir dalam estafetnya. Atlet terkenal pertama yang menyalakan api di stadion adalah juara Olimpiade sembilan kali Paavo Nurmi, yang membangkitkan gairah penonton setempat pada 1952. Pembawa obor terakhir terkenal lainnya termasuk bintang sepakbola Perancis Michel Platini (1992), juara tinju kelas berat Muhammad Ali (1996) dan pelari aborijin Australia Cathy Freeman (2000).
Pada kesempatan-kesempatan lainnya, orang-orang yang menyalakan api di stadion bukanlah orang yang terkenal, tetapi tetap melambangkan cita-cita Olimpiade. Pelari Jepang Yoshinori Sakai dilahirkan di Hiroshima pada 6 Agustus 1945, hari ketika bom atom Little Boy menghancurkan kota itu. Ia melambangkan kelahiran kembali Jepang setelah Perang Dunia II ketika ia membuka Olimpiade Tokyo 1964. Pada Olimpiade 1976 di Montreal, dua remaja — satu dari bagian negara yang berbahasa Perancis, dan satu lagi berbahasa Inggris — melambangkan kesatuan Kanada.
Di bawah ini adalah daftar lengkap semua orang yang mengakhiri Estafet Obor Olimpiade dengan menyalakan api itu di stadion.
- Olimpiade Musim Panas 1936: Fritz Schilgen, atlet lintasan.
- Olimpiade Musim Panas 1948: John Mark, atlet lintasan.
- Olimpiade Musim Dingin 1952: Eigil Nansen, cucu penjelajah kutub Fridtjof Nansen
- Olimpiade Musim Panas 1952: Paavo Nurmi, pemenang sebmilan medali emas dalam lari jarak jauh dalam 1920-an.
- Olimpiade Musim Dingin 1956: Guido Caroli, seorang pelomba skat yang ikut serta dalam Olimpiade 1948, 1952 dan 1956. Ia berskat dengan obor itu, terjatuh karena tersangkut kabel televisi, namun api di obor itu tetap menyala.
- Olimpiade Musim Panas 1956: Ron Clarke dan Hans Wikne (Stockholm). Pelari jarak jauh Clarke belakangan memperoleh medali perunggu Olimpiade pada 1964 ; Hans Wikne belakangan ikut serta dalam Olimpiade 1964.
- Olimpiade Musim Dingin 1960: Ken Henry, juara Olimpiade dalam lomba skat 500 m di Olimpiade 1952.
- Olimpiade Musim Panas 1960: Giancarlo Peris, atlet lintasan keturunan Yunani.
- Olimpiade Musim Dingin 1964: Joseph Rieder, bekas pemain ski di Pegunungan Alpin yang pernah ikut serta dalam Olimpiade 1956.
- Olimpiade Musim Panas 1964: Yoshinori Sakai, atlet lintasan dan lapangan, dilahirkan pada hari bom atom diledakkan di atas kota kelahirannya Hiroshima.
- Olimpiade Musim Dingin 1968: Alain Calmat, bekas pemain skat keindahan, pemenang medali perak pada Olimpiade 1964.
- Olimpiade Musim Panas 1968: Norma Enriqueta Basilio de Sotelo, pelari sprint yang ikut serta dalam pertandingan-pertandingan Olimpiade ini. Ia adalah perempuan pertama yang menjadi pembawa obor Olimpiade di tahap terakhir.
- Olimpiade Musim Dingin 1972: Hideki Takada, mahasiswa dan pelomba skat.
- Olimpiade Musim Panas 1972: Günther Zahn, pelari jarka menengah.
- Olimpiade Musim Dingin 1976: Christl Haas dan Josef Feistmantl. Haas memenangi gelar juara meluncur dari bukit di Olimpiade 1964; Feistmantl memperoleh gelar juara luge ganda pada tahun yang sama.
- Olimpiade Musim Panas 1976: Stéphane Préfontaine dan Sandra Henderson, dua remaja.
- Olimpiade Musim Dingin 1980: Charles Gugino, profesional dari Nevada yang terpilih dari semua pembawa obor untuk lari pada bagian terakhir.
- Olimpiade Musim Panas 1980: Sergey Belov, pemain bola basket yang memperoleh empat medali Olimpiade, termasuk emas pada 1972.
- Olimpiade Musim Dingin 1984: Sanda Dubravčić, pemain skat keindahan yang ikut serta dalam Olimpiade 1980 dan 1984.
- Olimpiade Musim Panas 1984: Rafer Johnson, pemenang dekatlon pada Olimpiade 1960.
- Olimpiade Musim Dingin 1988: Robyn Perry, gadis murid sekolah 12 tahun dan pemain skat keindahan.
- Olimpiade Musim Panas 1988: Sohn Kee-chung, pelari maraton pemenang medali emas di 1936, membawa obor itu ke dalam stadion, dan estafet itu dilanjutkan oleh Chung Sun-Man, Kim Won-Tak dan Sohn Mi-Chung, tiga atlet lintasan dan lapangan. Kim ikut serta dalam maraton Olimpiade.
- Olimpiade Musim Dingin 1992: Michel Platini dan François-Cyrille Grange, keduanya pemain sepakbola. Platini ikut serta dalam Olimpiade pada 1976; Grange berumur 8 tahun saat itu.
- Olimpiade Musim Panas 1992: Antonio Rebollo, pemanah yang ikut bertanding dalam Olimpiade Cacat.
- Olimpiade Musim Dingin 1994: Putra Mahkota Haakon dari Norwegia. Ayah dan kakeknya ikut serta dalam Olimpiade.
- Olimpiade Musim Panas 1996: Muhammad Ali, petinju yang, dengan nama Cassius Clay, memperoleh medali emas Olimpiade pada 1960.
- Olimpiade Musim Dingin 1998: Midori Ito, pemain skat keindahan, pemenang medali perak Olimpiade pada 1992.
- Olimpiade Musim Panas 2000: Cathy Freeman, atlet lintasan dan lapangan. Ia memperoleh medali emas untuk lari 400 m dalam pertandingan Olimpiade ini.
- Olimpiade Musim Dingin 2002: Seluruh Tim hoki es AS yang memenangi medali emas Olimpiade pada 1980.
- Olimpiade Musim Panas 2004: Nikolaos Kaklamanakis, peselancar (Kelas Selancar Olimpiade), 1996 pemenang medali emas Olimpiade, 2004 pemenang medali perak Olimpiade.
- Olimpiade Musim Dingin 2006: Stefania Belmondo, Italia pemenang medali emas pemain ski lintas alam.
Kaldron
Kaldron dan kaki penopangnya selalu menjadi topik rancangan yang unik dan seringkali dramatis. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana kaldron itu dinyalakan pada Upacara Pembukaan.
- Di Barcelona pada 1992, seorang pemanah melepaskan anak panah berapi tepat di atas kaldron untuk menyalakannya.[3]
- Di Atlanta pada 1996, kaldronnya adalah sebuah gulungan yang artistik, dihiasi dengan warna merah dan emas, yang disamakan oleh sebagian orang dengan kotak ketang goring dari sponsor utama Olimpiade McDonald's dan digunakan sebagai contoh komersialisasi yang hebat dari pertandingan ini. Kaldron ini dinyalakan dengan menggunakan seutas tali yang membawa apinya dari stadion ke tempatnya yang terakhir.[4] Pada Olimpiade Cacat Musim Panas 1996, gulungan itu dinyalakan oleh seorang pendaki paraplegis yang menggunakan tali untuk memanjat ke kaldron.
- Untuk Olimpiade Musim Panas 2000 di Sydney, Cathy Freeman berjlaan melintasi air dan menyulut kaldronnya melewati air itu, sementara dikelilingi oleh lingkaran api.
- Pada Olimpiade Musim Dingin 2006 di Turino, pembawa obor terakhir menempatkan apinya pada sebuah alat penyulut yang melengkung, yang memulai serangkaian kembang api sebelum menyalakan puncak Kaldron Olimpiade setinggi 57 meter, yang tertinggi dalam sejarah Olimpiade Musim Dingin.[5]
Lihat pula
- Estafet Obor Olimpiade 2004
- Api Pengharapan
- Api PON
- Komite Olimpiade Internasional
- Janji Olimpiade
- Estafet Tongkat Ratu, estafet analog yang dihubungkan dengan Commonwealth Games
Rujukan
- Volker Kluge. 1997-2004. Olympische Sommerspiele – Die Chronik. Lima jilid. Sportverlag kecuali Jilid 5 (Südwest-Verlag). ISBN 3-328-00715-6; ISBN 3-328-00740-7; ISBN 3-328-00741-5; ISBN 3-328-00830-6; ISBN 3-517-06732-6.
Catatan
- ^ "Hitler's Berlin Games Helped Make Some Emblems Popular". New York Times. 2004-08-14. Diakses tanggal 2006-08-12.
- ^ [1]
- ^ [2]
- ^ [3]
- ^ [4]