Bahasa Minangkabau

bahasa Minangkabauik yang mayoritas dituturkan oleh suku Minangkabau

Bahasa Minangkabau (bahasa Minangkabau: baso Minang) adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh Orang Minangkabau sebagai bahasa ibu khususnya di provinsi Sumatra Barat (kecuali kepulauan Mentawai), pantai barat Aceh dan Sumatra Utara, bagian barat provinsi Riau, bagian utara Jambi dan Bengkulu, serta Negeri Sembilan, Malaysia.[4] Bahasa Minang dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya Bahasa Banjar, Bahasa Betawi, dan Bahasa Iban.

Bahasa Minangkabau
BPS: 0028 4
Baso Minangkabau
باسو مينڠكاباو
Dituturkan di Indonesia
 Malaysia
 Singapura
 Belanda
WilayahSumatra Barat, pantai barat Aceh, Sumatra Utara, bagian utara Jambi dan Bengkulu, bagian barat Riau, wilayah Negeri Sembilan di Malaysia, serta daerah diaspora Minang yang signifikan
Penutur
± 6.5 juta[1]
Kode bahasa
ISO 639-2min
ISO 639-3min
Glottologmina1268[2]
IETFmin
BPS (2010)0028 4
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Minangkabau dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [3]

Lokasi penuturan
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 0°54′0″S 100°26′24″E / 0.90000°S 100.44000°E / -0.90000; 100.44000 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Sempat terdapat pertentangan mengenai hubungan Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu. Sebagian pakar bahasa menganggap Bahasa Minangkabau sebagai salah satu dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tutur di dalamnya. Sementara yang lain justru beranggapan bahwa bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Bahasa Melayu.[5][6]

Kerancuan ini disebabkan karena Bahasa Melayu dianggap satu bahasa. Kebanyakan pakar kini menganggap Bahasa Melayu bukan satu bahasa, tetapi merupakan satu kelompok bahasa dalam rumpun bahasa Melayik. Di mana Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa yang ada dalam kelompok Bahasa Melayu tersebut.

Bahasa Minang masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau, baik yang berdomisili di Sumatra maupun di perantauan. Namun untuk masyarakat Minangkabau yang lahir di perantauan, sebagian besar mereka telah menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Melayu dalam percakapan sehari-hari.[7]

Daerah sebar tutur

Secara historis, daerah sebar tutur Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di pedalaman Minangkabau. Batas-batasnya biasa dinyatakan dalam ungkapan Minang atau Tambo Minangkabau berikut ini:

Dari Sikilang Aia Bangih
Hinggo Taratak Aia Hitam
Dari Durian Ditakuak Rajo
Hinggo Aia Babaliak Mudiak

Walaupun dari sisi harafiahnya, batas-batas yang disebutkan tersebut merupakan sesuatu yang abstrak, sehingga dapat dikatakan batas yang tidak pasti juga. Namun kemudian ada pendapat bahwa kawasan tersebut diperkirakan antara lain, Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di kabupaten Pasaman Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. Taratak Aia Hitam adalah Bengkulu. Durian Ditakuak Rajo adalah Kabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, Aia Babaliak Mudiak adalah wilayah Kabupaten Pelalawan, Riau.

Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa lingua franca di kawasan pantai barat Sumatra Utara, bahkan menjangkau lebih jauh hingga pesisir barat Aceh.[8] Di Aceh, penutur Bahasa Minang disebut sebagai Bahasa Jamee, sedangkan di pantai barat Sumatra Utara dikenal sebagai Bahasa Pesisir. Selain itu, Bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh masyarakat Negeri Sembilan, Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal Minangkabau sejak abad ke-14. Dialek Bahasa Minangkabau di Negeri Sembilan ini disebut Baso Nogoghi.

Dialek

Bahasa Minang memiliki banyak dialek, bahkan antarkampung yang dipisahkan oleh sungai sekali pun dapat mempunyai dialek yang berbeda. Menurut Nadra, di wilayah Sumatra Barat bahasa Minang dapat dibagi dalam tujuh dialek, yaitu:[9]

  1. Rao-Mapat Tunggul
  2. Muara Sungai Lolo
  3. Pangkalan Lubuak Alai
  4. Payakumbuh
  5. Agam-Tanah Datar
  6. Pancung Soal
  7. Koto Baru

Selain itu, masing-masing dialek Payakumbuh, Agam-Tanah Data, dan Pancung Soal masih dapat dibagi lagi ke dalam sub-dialek.[10] Tamsin Medan berpendapat bahwa perbedaan yang sangat menonjol adalah dialek yang dituturkan di Pesisir Selatan, Sumatra Barat dan dialek di Mukomuko, Bengkulu.[11][12]

Dialek bahasa Minang yang dituturkan oleh sebagian penduduk di sepanjang pesisir barat Pulau Sumatra mulai dari Mandailing Natal, Sibolga, hingga Barus di Sumatra Utara juga disebut dengan nama bahaso Pasisi (bahasa Pesisir); sedangkan dialek bahasa Minang yang dituturkan di Singkil, Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, dan Meulaboh juga disebut dengan bahaso Aneuk Jamee (sering disingkat Jamee).[13]

Bahasa Minangkabau yang ada di Provinsi Riau terdiri dari lima dialek,[14] di antaranya:

  1. Dialek Rokan, dipakai di Kabupaten Rokan Hilir dan Rokan Hulu
  2. Dialek Kampar juga disebut sebagai bahaso Ocu, dipakai di Kabupaten Rokan Hilir, Rokan Hulu, Kampar, Kota Pekanbaru, Pelalawan, Kuantan Singingi (Kuansing), dan Indragiri Hulu
  3. Dialek Basilam, dipakai di Kabupaten Rokan Hilir
  4. Dialek Indragiri, dipakai di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir
  5. Dialek Kuantan, dipakai di Kabupaten Kuantan Singingi

Dialek-dialek bahasa Minangkabau yang berada di Provinsi Riau dalam perkembangannya mendapat pengaruh dari bahasa Melayu di sekitarnya. Sehingga dialek-dialek tersebut sering dianggap sebagai bahasa Melayu Riau atau oleh sebagian masyarakat pengguna dialek tersebut mengganggapnya sebagai bahasa tersendiri.[15][16]

Sebagai contoh, berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek bahasa Minangkabau:

Bahasa Indonesia Apa katanya kepadamu?
Bahasa Minangkabau "baku" A keceknyo ka kau?
Mandahiling Kuti Anyie Apo kecek o kö gau?
Payakumbuh A kecek e ka kau?
Padang Panjang Apo keceknyo ka kau?
Pariaman A kato e bakeh kau?
Ludai A kecek o ka rau?
Sungai Batang Ea janyo ke kau?
Kurai A jano kale gau?
Kuranji Apo kecek e ka kau?
Kampar, Riau Apo sobuin e kek ang?
Salimpaung Batusangkar Poh ceknyoh kah khau duh?
Rao-Rao Batusangkar Aa keceknyo ka awu tu?
Aneuk Jamee, Aceh Apo kecek ka waang?
Negeri Sembilan, Malaysia Apo yang di koba dek eh?

Untuk komunikasi antar penutur bahasa Minangkabau yang sedemikian beragam ini, akhirnya dipergunakanlah bahasa Minangkabau Umum (baku). Bahasa Minangkabau Umum merupakan dialek yang dipakai diperkotaan seperti di Padang atau kota-kota lainnya, di mana sudah tidak ada dialek daerah yang menonjol akibat percampuran berbagai dialek yang ada sehingga dipertuturkan dalam komunikasi sehari-hari antar orang Minang dan juga kesusasteraan.[17] Bahasa Minangkabau Umum ini juga disebut sebagai dialek Padang yang biasa disebut Bahaso Padang atau Bahaso Urang Awak.[18]

Interferensi terhadap Bahasa Indonesia

Bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa daerah yang banyak memberikan sumbangan terhadap kosakata Bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyaknya sarjana Minang yang berkontribusi dalam pembentukan Bahasa Melayu baku yang kelak menjadi Bahasa Indonesia.[19] Selain itu, peran para sastrawan Minang yang banyak menulis karya-karya sastra terkemuka pada masa awal kemerdekaan, juga menjadi faktor besarnya interferensi Bahasa Minangkabau terhadap Bahasa Indonesia. Mereka banyak memasukkan kosakata Minang ke dalam Bahasa Indonesia baku, terutama kosakata yang tidak memiliki padanannya di dalam Bahasa Indonesia.[20][21]

Pada tahun 1966, dari semua kosakata non-Melayu dalam Kamus Bahasa Indonesia, Bahasa Minangkabau mencakup 38% dari keseluruhannya. Angka ini merupakan yang tertinggi dibanding bahasa daerah lain, seperti Bahasa Jawa (27,5%) dan Bahasa Sunda (2,5%). Meskipun dalam perkembangannya, jumlah kosakata Minangkabau cenderung menurun dibandingkan interferensi kedua bahasa daerah tersebut.[22]

Pola Perubahan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Minangkabau

Abdul Gaffar Ruskhan dalam makalah yang disampaikannya di Sarasehan Bahasa Minangkabau menyampaikan pola perubahan kata dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Minangkabau sebagai berikut:

  1. Bunyi akhir BI -ul à -ua: bandul àbandua
  2. Bunyi akhir BI -ut à -uik: rumputàrumpuik
  3. Bunyi akhir BI -us à-uih: putus àputuih
  4. Bunyi akhir BI -is à-ih: baris àbarih
  5. Bunyi akhir BI -it à -ik: sakit àsakik
  6. Bunyi akhir BI -as à-eh: batas àbateh
  7. Bunyi akhir BI -ap à -ok: atap àatok
  8. Bunyi akhir BI -at à -ek: rapatàrapek
  9. Bunyi akhir BI -at (dari Arab) à -aik: adatàadaik
  10. Bunyi akhir BI -al/-ar à -a: jualàjua, kabaràkaba
  11. Bunyi akhir BI -a à -o: kudaàkudo
  12. Bunyi –e (pepet) à -a: bebanàbaban
  13. Awalan ter-, ber-, per- à ta-, ba-, pa-: berlari, termakan, perdalam à balari, tamakan, padalam[23]

Karya sastra

Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional berbahasa Melayu pada umumnya, yaitu berbentuk prosa, cerita rakyat, dan hikayat. Penyampaiannya biasa dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang). Adapula karya sastra yang digunakan untuk prosesi adat Minang, seperti pepatah-petitih dan persembahan (pasambahan). Pepatah-petitih dan persembahan banyak menggunakan kata-kata kiasan. Agar tidak kehilangan makna, karya sastra jenis ini tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Oleh karenanya sangat sedikit sekali orang yang menguasai karya sastra ini, yang hanya terbatas pada ninik mamak dan pemuka adat.[24]

Perbandingan dengan bahasa lain dari rumpun Melayu

Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara Bahasa Minangkabau dengan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Marah Roesli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada umumnya perbedaan antara Bahasa Minangkabau dan Bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan beberapa kata.

Contoh-contoh perbedaan lafal Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia dengan Bahasa Minangkabau adalah sebagai berikut:

Akhiran Menjadi Contoh
a o nama—namo, kuda—kudo, cara—caro
al dan ar a jual—jua, kabar—kaba, kapal—kapa
as eh atau aih batas—bateh, alas—aleh, balas—baleh
at ek atau aik dapat—dapek, kawat—kawek, surat—surek,
ap ok lembap—lambok, gelap—galok, kurap—kurok, atap—atok,
ih iah atau io kasih—kasiah-kasio, putih—putiah-putio, pilih—piliah-pilio
ing iang atau iong kucing—kuciang-kuciong, saling—saliang-saliong, gading—gadiang-gadiong
ir ia atau ie atau iu atau iegh atau iar atau iah air—aia, pasir—pasia, lahir—lahia
is ih baris—barih, manis—manih, alis—alih
it ik sakit—sakik, kulit—kulik, jahit—jahik
uh uah atau uo tujuh—tujuah, patuh—patuah
uk uak atau uok untuk—untuak, buruk—buruak, busuk—busuak
ung uang atau uong langsung—langsuang, hidung—hiduang, untung—untuang
ur ua atau u cukur—cukua, kasur—kasua, angsur—ansua
us uih putus—putuih, halus—haluih, bungkus—bungkuih
ut uik rumput—rumpuik, ikut—ikuik, takut—takuik
  • Selain perbedaan akhiran, imbuhan awalan seperti me-, ber-, ter-, ke-, pe- dan se- dalam bahasa Minang menjadi ma-, ba-, ta-, ka-, pa-, dan sa-. Contohnya meminum, berlari, terlambat, kesalahan, penakut, dan setiap dalam bahasa Minang menjadi maminum, balari, talambek, kasalahan, panakuik, dan satiok.
  • Sementara itu, imbuhan akhiran seperti -kan dan -nya dalam bahasa Minang menjadi -an dan -nyo. Contohnya memusnahkan dan selamanya dalam bahasa Minang menjadi mamusnahan dan salamonyo.[25]
  • Perbedaan lainnya adalah setiap suku kata pertama yang mengandung huruf "e" dalam bahasa Minang menjadi huruf "a". Contohnya selama dan percaya dalam bahasa Minang menjadi salamo dan parcayo.

Persamaan Bahasa Minangkabau dengan berbagai bahasa lain dari rumpun Melayu dapat dilihat misalnya dalam perbandingan kosakata berikut:

Bahasa Indonesia apa laut lihat kucing pergi ular keras manis lutut
Bahasa Minangkabau apo lauiʔ liaiʔ/caliaʔ kuciang pai ula kareh manih lutuiʔ
Bahasa Pekal apo lawik liek kucing lalui ulah kehas manis lutuik
Bahasa Urak Lawoi' nama lawoiʔ lihaiʔ mi'aw pi ulal kras maneh lutoiʔ

Contoh

Bahasa Minangkabau: Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa lagi manusia
Bahasa Minangkabau: Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.
Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok di siko!
Bahasa Indonesia: Tidak boleh membuang sampah di sini!
Bahasa Minangkabau: Bungo indak satangkai, kumbang indak sa ikua (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor
Bahasa Minangkabau: A tu nan ang karajoan?
Bahasa Indonesia: Apa yang sedang kamu kerjakan?

kata Apa dalam Bahasa Minangkabau yaitu Apo tetapi lebih sering disingkat dengan kata A

Sebagai contoh, perbedaan dapat dilihat dalam versi masing-masing dari Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia:

Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Bahasa Malaysia Bahasa Minangkabau Bahasa Filipina
Universal Declaration of Human Rights Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia Universal Pahayag ng Karapatan Pantao
Article 1 Pasal 1 Perkara 1. Pasal 1 Artikulo 1
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood. Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Semua manusia dilahirkan bebas dan samarata dari segi kemuliaan dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan. Sadoalah urang dilahiaan mardeka jo punyo martabaik sarato hak-hak nan samo. Inyo dikaruniai aka jo hati nurani, supayo nan ciek jo nan lain bagaua dalam samangaik badunsanak. Ang bawat tao'y ipinanganak na independyente at may parehong dangal at karapatan. Pinagpala sila ng pangangatuwiran at budhi at dapat silang makisama sa bawat isa sa diwa ng kapatiran.

Kalimat postif dan kalimat negatif

Kalimat negatif seperti dibuat bahasa Prancis.

# Bahasa Indonesia Bahasa Minang Bahasa Prancis
kalimat positif Subjek + Predikat + Objek Subjek + Predikat + Objek Subjek + Kata Kerja + Objek/Pelengkap
kalimat negatif Subjek + tidak + Predikat + Objek Subjek + indak + Predikat + Objek + do Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek/Pelengkap

Contoh:

  1. Iko lamak (ini enak)
    1. Iko indak lamak do
  2. Ba a (apa)
    1. Ndak ba a do

Kalimat pertanyaan

Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Apa Apo/A
Bagaimana Bagaimano/Ba a
Berapa Barapo/Bara
Di mana Dimano/Dima
Kemana Kamano/Kama
Dari mana Dari mano/Dari ma
Mana Mano/Ma
Siapa Siapo/Sia
Mengapa Mangapo/Manga/Dek a
Kapan Bilo

Kalimat petunjuk

Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Ini Iko/Ko
Itu Itu/Tu
Sini Siko
Situ Situ
Sana Sinan

Kata pengganti

Saya Awak/Aden/Denai/Ambo
Kamu Sanak (Formal), Awak (Formal), Ang (laki-laki)
Kau (perempuan)
Dia Inyo

Bilangan

Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Satu Ciek
Dua Duo
Tiga Tigo
Empat Ampek
Lima Limo
Enam Anam
Tujuh Tujuah
Delapan Salapan
Sembilan Sambilan
Sepuluh Sapuluah
Sebelas Sabaleh
Seratus Saratuih
Seribu Saribu

Silsiah keluarga

Bahasa Indonesia Bahasa Minang
Kakek Pak Gaek/Antan/Anduang/Inyiak/Gayiek
Nenek Mak Gaek/Enek/Inyiak
Ayah Apak/Abak
Ibu Amak/Mandeh/Biyai/Bundo
Paman Mamak/Pak Tuo/Pak Angah/Pak Adang/Pak Etek/Pak anjang
Bibi Ante/Etek
Kakak laki-laki Uda
Kakak perempuan Uni

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Moeliono, A.M., (2000), Kajian serba linguistik: untuk Anton Moeliono, pereksa bahasa, BPK Gunung Mulia, ISBN 979-687-004-5.
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Minangkabau". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "Bahasa Minangkabau". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  4. ^ Darrell T. Tryon, Comparative Austronesian Dictionary: An Introduction to Austronesian Studies, Walter de Gruyter & Co, Berlin, 1994
  5. ^ Simanjuntak, Mengantar, (1982), Aspek bahasa dan pengajaran, Sarjana Enterprise.
  6. ^ Garry, J., Carl R., Rubino, G., (2001), Facts about the world's languages: an encyclopedia of the world's major languages, past and present, H.W. Wilson, ISBN 0-8242-0970-2.
  7. ^ http://books.google.co.id/books?id=Yy2BAAAAMAAJ&q=orang+minang+cenderung+bicara+bahasa+indonesia&dq=orang+minang+cenderung+bicara+bahasa+indonesia&hl=en&sa=X&ei=LD3SUvXvM8u-rgfK7oHQDQ&redir_esc=y
  8. ^ Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, 1971
  9. ^ Nadra 2006.
  10. ^ Nadra 1997.
  11. ^ Medan, Tamsin, (1985), Bahasa Minangkabau dialek Kubuang Tigo Baleh, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  12. ^ Nadra, (2006), Rekonstruksi bahasa Minangkabau, Andalas University Press, ISBN 979-3364-55-6.
  13. ^ AZIZ, Zulfadli A.; AMERY, Robert. A survey on the status of the local languages of Pulau Simeulue and Pulau Banyak and their use within the community. In: Proceedings of English Education International Conference. 2016. p. 487-490
  14. ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI. Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau. Pada: Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. 2017 [1]
  15. ^ Saidat Dahlan, Saidat Dahlan and Anwar Syair, Anwar Syair and Abdullah Manan, Abdullah Manan and Amrin Sabrin, Amrin Sabrin (1985) Pemetaan Bahasa Daerah Riau dan Jambi (1985). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta.[2]
  16. ^ Agus Sri Danardana, Agus Sri Danardana (2010) persebaran dan kekerabatan bahasa-bahasa di prov riau dan kep riau 149h. Balai Bahasa Provinsi Riau. ISBN 978-979-1104-46-3 [3]
  17. ^ Ayub A, Husin N, Muhardi M, Usman A H, & Yasin A. (1993). Tata Bahasa Minangkabau. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta. ISBN 979-459-294-3
  18. ^ Moussay 1998, hlm. 24.
  19. ^ S. Budisantoso, Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, 1986
  20. ^ Martin Haspelmath, Uri Tadmor; Loanwords in the World's Languages: A Comparative Handbook; De Gruyter Mouton, 2009
  21. ^ Alif Danya Munsyi, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing, KPG, 2003
  22. ^ Adeng Chaedar Alwasilah, Politik Bahasa dan Pendidikan, 1997
  23. ^ Ruskhan, Abdul Gaffar (2015). Penentuan Dialek Baku Bahasa Minangkabau Dalam Penulisan Daring. Bogor: Badan Bahasa. 
  24. ^ Edwar Jamaris, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, Yayasan Obor Indonesia, 2001
  25. ^ Edwar Djamaris, Beberapa masalah dalam penerjemahan naskah Sastra Minangkabau

Bacaan lanjutan

Pranala luar