smartfren Telecom

perusahaan asal Indonesia
Revisi sejak 26 Januari 2021 12.09 oleh Dani1603 (bicara | kontrib)

PT Smartfren Telecom Tbk (sebelumnya bernama PT Mobile-8 Telecom Tbk) adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi 4G LTE Advanced yang merupakan pengembangan lanjutan dari 4G. Produk yang dikeluarkan oleh perusahaan ini adalah smartfren (sebelumnya bernama Fren).

PT Smartfren Telecom Tbk
smartfren
Kode emitenIDX: FREN
IndustriOperator dan layanan telekomunikasi seluler Indonesia (2003-2017)
Operator dan layanan 4G LTE Indonesia (2013-sekarang)
PendahuluPT Komunikasi Selular Indonesia (Komselindo)
PT Telekomindo Selular Raya (Telesera)
PT Metro Seluler Nusantara (Metrosel)
Operasional PT Smart Telecom (Smart)
Didirikan8 Desember 2002 (sebagai PT Mobile-8 Telecom Tbk)
23 Maret 2011 (sebagai PT Smartfren Telecom Tbk)
Kantor pusatJakarta, Indonesia
Tokoh kunci
Hary Tanoesoedibjo
(2003-2009)
Merza Fachys
(2015-sekarang)
ProdukCDMA2000 1x (2003-2017)
CDMA2000 1xEV-DO Rev. 0 dan A (2003-2017)
4G LTE 850 MHz (Band 5) dan 2,3 GHz (Band 40) (2015-sekarang)
PemilikGlobal Mediacom (2003-2009)
Sinar Mas (2009-sekarang)
IndukSinar Mas Communication & Technology (2015-sekarang)
Anak usahaPT Smart Telecom
PT Distribusi Sentra Jaya
PT Eka Karya Sentosa
Situs webwww.smartfren.com

Sejarah

PT Mobile-8 Telecom Tbk didirikan pada 8 Desember 2002 dan mulai beroperasi pada 8 Desember 2003. Pembentukan perusahaan ini tidak lepas dari upaya pemilik Bimantara Citra yang baru, Hary Tanoesoedibjo untuk membangun sebuah bisnis komunikasi sebagai penopang bisnis Bimantara Citra yang baru memfokuskan bisnis mereka ke bidang telekomunikasi dan media. Sebenarnya, Bimantara sudah memiliki sebuah perusahaan telekomunikasi bernama Komselindo (Komunikasi Selular Indonesia), yang dimiliki bersama dengan Telkom, namun sistemnya masih AMPS. Dengan mendirikan Mobile-8, Bimantara berusaha membangun perusahaan komunikasi dengan sistem baru dan layanan baru. Untuk memuluskan rencananya, Bimantara melakukan akuisisi pada tiga perusahaan yang masih berteknologi AMPS: terhadap saham Telkom di Komselindo, dan sebuah perusahaan lain bernama PT Telekomindo Selular Raya (Telesera) dengan biaya Rp 900 miliar yang selesai dilakukan pada 2003. Selain itu, HT juga menjadikan salah satu perusahaan yang dimiliki oleh induk Bimantara, Bhakti Investama sebesar 37% yaitu Metrosel (Metro Selular Nusantara) dalam satu payung di bawah Mobile-8 Telecom,[1][2][3] dan juga menyiapkan dana sebesar US$ 200 juta.[4] Pada 8 Desember 2003, Mobile-8 meluncurkan produknya, yang dikenal dengan nama Fren yang berbasis CDMA 2000 dengan modal awal berupa pengguna jaringan dari tiga perusahaan sebelumnya, yaitu Telesera, Metrosel dan Komselindo yang diubah dari AMPS ke CDMA. Sebelum 2008, Fren merupakan satu-satunya produk dari PT Mobile-8, hingga ketika 3 Mei 2008 diluncurkan layanan bermerek Hepi dan pada 4 Februari 2009 diluncurkan layanan internet murah bernama Mobi (Saat ini, layaknya Fren, Hepi dan Mobi sudah tidak digunakan lagi seiring penggunaan merek tunggal Smartfren).

Pada 3 Oktober 2006, PT Mobile-8 Telecom melakukan penawaran umum perdana dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan melepas 19,91% sahamnya.[5] Pada 11 Juni 2007, Mobile-8 melakukan penggabungan tiga anak usahanya diatas, yaitu Metrosel, Komselindo dan Telesera ke perusahaan induknya. Menurut HT pada 2007 ia sangat puas dengan kinerja perusahaan ini, dan pada tahun tersebut tercatat mendapatkan 2 juta pelanggan.[6][7] Di tahun yang sama, Fren mendapatkan izin untuk menyelenggarakan jaringan CDMA secara nasional dan mendapat izin Jaringan Tetap Lokal Nirkabel.[8][9]

Walaupun demikian, pada akhirnya Global Mediacom (nama baru Bimantara) kemudian lebih memilih untuk fokus dalam bisnis media sehingga mereka memutuskan untuk melepas perusahaan ini, dari kepemilikan awal sebesar 60%. Pada 2008, 15% saham Global Mediacom dilepas ke bursa saham publik, sedangkan pada bulan September yang sama, Global Mediacom melepas 32% sahamnya pada perusahaan asal Dubai, Jerash Investments Ltd. Setelah itu, Global Mediacom tetap memegang saham Mobile-8 dan menjadi pengendalinya walau hanya 19%.[10][11] Tindakan pelepasan ini disebabkan oleh gagal bayarnya obligasi Mobile-8 pada 2008 senilai Rp 675 M.[12] Selain itu, Mobile-8 juga terbelit hutang dan merugi.[13][14] Namun, Jerash sesungguhnya bukanlah perusahaan telekomunikasi, melainkan hanya berinvestasi di Mobile-8. Dalam perkembangannya, rencana divestasi sisa saham 19% Global Mediacom di Mobile-8 terus berlanjut, dengan adanya dua pihak yang berminat: Grup Sinarmas yang mengelola kartu Smart dan Bakrie Telecom yang mengelola kartu Esia.[15] Namun, kemudian Bakrie Telecom memilih membatalkan rencananya[16] sehingga akuisisi hanya diminati oleh Sinarmas. Keduanya lalu mengadakan perundingan dan pada 11 November 2009, 19% saham Global Mediacom di Mobile-8 berpindah ke tangan PT Gerbangmas Tunggal Sejahtera, Centurion Asset Management Ltd dan Bocqute Group SA yang terafiliasi dengan Grup Sinarmas. Transaksi ini memakan biaya sebesar Rp 211 miliar.[17][18][19]Sesungguhnya, rencana Sinarmas untuk mengakuisisi Mobile-8 sudah ada sejak 2005, namun gagal karena ketidaksepakatan harga.[20][21]

 
Logo smartfren (Januari 2011-3 September 2019)
 
Logo smartfren (2015-2018)

Akusisi tersebut membuat Sinarmas memiliki dua perusahaan telekomunikasi, yaitu PT Mobile-8 dan PT Smart Telecom (yang mengelola kartu Smart). Keduanya kemudian memutuskan untuk mengkonsolidasikan perusahaan mereka dengan nama Smartfren, dengan alasan untuk efisiensi. Namun, awalnya kedua perusahaan belum bergabung dan masih sekedar melakukan kerjasama penyatuan merek pada Maret 2010. Baru pada Desember 2010, keinginan ini terwujud dengan Mobile-8 melakukan rights issue kepada pemilik saham Smart Telecom, yaitu PT Bali Media Telekomunikasi, PT Wahana Inti Nusantara, serta PT Global Nusa Data. Setelah rights issue itu, saham 57% Mobile-8 beralih pada pemegang saham Smart Telecom. Dalam kegiatan tersebut, sebenarnya PT Smart Telecom dijadikan anak perusahaan Mobile-8, dan yang digabung hanyalah operasionalnya saja bukan perusahaannya, sehingga dapat dikatakan Sinarmas melakukan backdoor listing. Akhirnya, proses integrasi operasional dan transaksi kedua perusahaan tuntas dan PT Mobile-8 Telecom mengganti namanya menjadi PT Smartfren Telecom Tbk pada 23 Maret 2011. Merger operasional ini menghasilkan 6,5 juta pelanggan, dengan 2,5 juta dari Smart dan sisanya dari Fren. Namun, untuk perusahaan Smart Telecom sendiri sebenarnya tidak dileburkan (atau merger), dan sampai saat ini masih berdiri menjadi anak perusahaan Smartfren yang khusus mengelola jaringan perusahaan induknya.[22][23][24][25][26]

Pada 30 Oktober 2014, antara Smartfren dan Esia berhasil dijalin kerjasama antara kedua operator CDMA tersebut untuk membangun sebuah jaringan 4G. Kerjasama dilakukan dengan menggabungkan frekuensi CDMA mereka untuk dipakai dalam sistem 4G, dan Esia akan menyewa jaringan yang disatukan milik Smartfren tersebut untuk pelanggan Esia.[27][28] Memasuki awal 2015 proyek ini sudah berjalan dengan baik.[29] Kerjasama ini tetap dilanjutkan seiring Esia yang menutup dan menghentikan jaringannya, dimana pada 1 April 2015 jaringan data-nya diputus dan pada awal 2016 Esia resmi menghentikan seluruh layanan CDMA-nya di seluruh Indonesia kecuali Jakarta. Seluruh pelanggan Esia tersebut, akhirnya seperti "diminta" beralih ke Smartfren, jika tidak mereka tidak dapat memakai alat komunikasinya lagi.[30][31] Selain kerjasama dengan Esia yang kini sudah tidak beroperasi, Smartfren juga menjalin kerjasama dengan BOLT! yang menghentikan operasinya pada Desember 2018. Pelanggan BOLT! sendiri kemudian boleh menukar kartunya ke kartu Smartfren, atau bisa dikatakan "dianjurkan" untuk bermigrasi ke Smartfren.[32][33]

Dibandingkan 4 perusahaan operator seluler lain, Smartfren merupakan operator dengan jumlah konsumen terkecil (hanya 13,3 juta, bandingkan dengan Telkomsel yang mencapai 171 juta).[34] Selain itu, walaupun pengguna serta pendapatannya meningkat, Smartfren tidak pernah mencetak untung selama 12 tahun (sejak 2008). Misalnya, pada semester I 2019 ruginya mencapai Rp 1,07 T, kemudian pada semester I 2020 ruginya menjadi Rp 1,64 T.[35] Namun, seorang analis mengatakan bahwa Smartfren tidak akan bangkrut (misalnya seperti Bakrie Telecom) karena dimiliki kerajaan bisnis Sinarmas yang dianggap sebagai salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia. Bahkan, manajemen justru tetap ingin berekspansi misalnya meningkatkan BTS-nya dari 17.000 menjadi 20.000 buah.[36] Mengingat "kecilnya" konsumen dari perusahaan ini, Smartfren selalu dibayangi oleh isu merger dan akuisisi dengan perusahaan lain yang lebih besar. Pada akhir 2018, misalnya dirumorkan Smartfren akan merger dengan Indosat dan pada akhir 2020, Smartfren sempat dirumorkan akan merger dengan Tri. Namun, tampaknya keduanya hanya sebatas rumor semata.[37][38] Ada yang memperkirakan, lagi-lagi karena faktor pemilik yaitu Grup Sinarmas yang tidak ingin "harta" perusahaannya itu diambil alih oleh perusahaan asing.[39] Namun, sebenarnya manajemen Smartfren sendiri tidak menutup peluang untuk melakukan penggabungan usaha (dan kerjasama) dengan siapapun.[40]

Produk dan layanan

Produk dan layanan saat ini

Smartfren merupakan operator telekomunikasi di Indonesia yang menyediakan layanan CDMA EV-DO Rev. A dan layanan CDMA EV-DO Rev. B (setara dengan 3,5G di GSM dengan kecepatan unduh s.d. 14,7 Mbps) bersama Qualcomm sebagai penyedia infrastruktur dan operator CDMA pertama yang menyediakan layanan BlackBerry. Pada 19 Agustus 2015, Smartfren meluncurkan produknya yang bernama smartfren 4G LTE-Advanced dan menjadi operator seluler pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi 4G LTE Advanced (atau yang dikenal sebagai 4.5G dengan kecepatan mengunduh hingga 300 Mbps). Saat ini, Smartfren hanya beroperasi dengan jaringan 4G (bahkan direncanakan akan menjadi 5G) setelah memutus jaringan CDMA-nya pada akhir 2017. Pematian CDMA juga dilakukan dengan menghentikan penjualan HP bermerek Andromax yang dulu dijualnya.[41][42]

Sebagai upaya untuk menjadi operator 5G, Smartfren mengikuti lelang yang dilakukan oleh pemerintah pada akhir 2020.[43] Pada 18 Desember 2020, pemerintah mengumumkan bahwa Smartfren (bersama Tri dan Telkomsel) adalah pemenang dari lelang frekuensi, di blok A pada frekuensi 2,3 GHz.[44]. Manajemen sendiri sudah menargetkan untuk menjadikan hasil lelang ini sebagai upayanya untuk meningkatkan pelayanan dan memperluas jaringannya.[45] Bahkan, harapan tinggi dipatok oleh Smartfren dengan menargetkan pertumbuhan pelanggan 30%.[46] Namun, tiba-tiba pada 25 Januari 2021, Kemenkominfo membatalkan hasil lelang tersebut. Pihak manajemen Smartfren sendiri menerima keputusan tersebut.[47]

Produk yang dikeluarkan oleh smartfren adalah:

  • Kartu Smartfren Extra (Smart)
  • Kartu Smartfren Extra (Fren)
  • Kartu Smartfren LokalPlus
  • Kartu Smartfren Social
  • Kartu Smartfren IHateSlow
  • Kartu Ummat
  • HP Smartfren EV-DO XStre@m
  • HP Smartfren Jambu
  • HP Smartfren Andro
  • HP Smartfren Andromax
  • HP Smartfren Andromax 4G LTE
  • MiFi Andromax 4G
  • Kartu Smartfren 4G LTE Advanced
  • Modem Smartfren Connex
  • Kartu Perdana Bali United
  • Kartu Perdana NOW
  • Kartu Bisstel
  • Kartu Switch

Produk dan layanan lama

Sebelum diakuisisi Sinarmas, Mobile-8 mengeluarkan tiga merek, yaitu Fren (2003, sebagai produk pertama dan utamanya), Hepi (2008) dan Mobi (pada 2009). Seiring dengan upaya manajemen baru mengintegrasikan merek-mereknya menjadi satu, maka tiga merek ini (berikut Smart) berubah menjadi Smartfren sejak 2010.

Fren

 
Logo Fren

Fren adalah layanan kartu selular 3G berbasiskan teknologi wireless CDMA2000 1x EVDO Rev A dengan slogan iklan "murah dan tidak repot". Fren sendiri merupakan singkatan dari Fast Enjoyable Reliable Network (Jaringan yang Cepat, Mudah Dinikmati dan Dipercaya).[48] Diluncurkan pada 8 Desember 2003, sebagai target awalnya Mobile-8 menargetkan wilayah pulau Jawa, 1 juta pengguna dan membangun 433 BTS pada April 2004. Fren sendiri didesain dengan target pasarnya adalah anak muda, dan berusaha menjalin hubungan dengan Korea Telecom dan Qualcomm bagi membantu layanannya.[49] Beberapa kelebihan yang ditawarkan kartu Fren dibandingkan operator CDMA Lainnya antara lain:

  • Layanan Selular berlisensi nasional tidak dibatasi oleh kode Area. Prefix Fren 0888.
  • Layanan Selular dengan Tarif murah CDMA.
  • Layanan CDMA tidak perlu registrasi tiap ke luar kota.
  • Fren bisa digunakan di Indonesia dan di luar negeri. Khusus diluar negeri Fren bisa digunakan di ponsel CDMA ataupun GSM.
  • Memiliki fitur akses data dengan kecepatan wireless broadband 3G/HSDPA hingga 3.1Mbps.
  • Memiliki layanan 3G : Video streaming, Mobile TV, Traffics Monitoring, Video Chatting.
  • Pilihan Ponsel Murah dan Keren.

Fren memiliki dua layanan yaitu Fren Prabayar yang terdiri dari Fren Sobat serta Fren Duo & Fren Pascabayar.

Hepi

 
Logo Hepi

Hepi diluncurkan pada 3 Mei 2008 di 6 kota, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar dan Banjarmasin.[50] Hepi menargetkan kaum pemuda dan mahasiswa, dengan sistem Fixed Wireless Access serta jaringan CDMA frekuensi 800 MHz untuk seluruh wilayah di Indonesia.[51] Target Hepi adalah selanjutnya bisa meluaskan jaringannya hingga ke seluruh Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan.[52]

Mobi

Selain Hepi dan Fren, pada 4 Februari 2009, Mobile-8 juga meluncurkan layanan internet murah bernama Mobi, dengan target pasar para pelajar dan pemuda. Sistem Mobi menggunakan layanan CDMA EVDO dengan tarif awal senilai Rp 499.000 dengan modemnya.[53] Dalam perkembangannya, jenis Mobi juga diperluas menjadi unlimited data access yang diluncurkan pada 22 Juni 2009. Targetnya sendiri adalah 150.000 pelanggan di akhir 2009 dan dalam beberapa bulan setelah peluncurannya, sudah mencapai 20.000 pelanggan.[54][55]

Kasus Mobile-8 Telecom

Menyeret mantan pemilik smartfren (ketika itu masih Mobile-8) sebelumnya, Hary Tanoesoedibjo, kasus ini bermula ketika pada 2012, Kejaksaan Agung membongkar bahwa telah terjadi transaksi fiktif yang membuat negara merugi. Ceritanya adalah ketika pada 2007-2009, pihak Mobile-8 mengajukan proyek pembuatan HP dan pulsa, dan sebagai distributornya ditunjuk PT Jaya Nusantara Komunikasi. Transaksi itu direncanakan akan memakan biaya Rp 80 miliar yang merupakan pembayaran dari PT Jaya ke Mobile-8. Namun, kenyataannya transaksi itu hanyalah transaksi fiktif karena Mobile-8 tidak pernah mengirim HP yang ada dalam proyek tersebut. Walaupun demikian, PT Jaya pada 2008 menerima faktur pajak senilai Rp 114 miliar yang kemudian digunakan oleh Mobile-8 untuk mengajukan restitusi pajak yang kelebihannya dibayarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Surabaya, walaupun transaksi itu tidak ada sehingga negara mengalami kerugian Rp 114 miliar.[56][57] Peristiwa ini tercatat sempat heboh pada 2016-2017 ketika pada saat itu terjadi penetapan bekas pejabat Mobile-8 Anthony Chandra dan pimpinan PT Jaya Hary Djaja, namun keduanya gugur dalam praperadilan di November 2016.[58][59] Selain itu, Kejagung juga memeriksa beberapa orang seperti MS Hidayat, Agum Gumelar dan terutama HT itu sendiri.[60][61] HT sendiri diperiksa pada Maret, April 2016 dan Juli 2017.[62][63] Dalam berbagai kesempatan, HT selalu berkelit dari tudingan tersebut, bahkan pengacaranya Hotman Paris Hutapea menuduh negara mendapatkan untung dari transaksi HT. HT juga pernah melaporkan Kejagung ke Bareskrim Polri karena dituduh mencemarkan nama baik atas SMS-nya ke Jaksa Agung yang dituduh sebagai "ancaman". Pada Juli 2017, HT ditetapkan sebagai tersangka atas kasus SMS ancaman itu.[64][65] Namun, sejak HT menyatakan mendukung Jokowi, kasus ini baik kasus ancaman ke Kejagung maupun kasus Mobile-8, terkesan macet dan tidak berjalan sampai sekarang, walaupun Kejagung tidak pernah "memberhentikan" pengusutannya.[66][67][68]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Telecommunications Reform in the Asia-Pacific Region
  2. ^ Tempo, Volume 31,Masalah 48-52
  3. ^ Gamma, Volume 3,Masalah 6-14
  4. ^ [1]
  5. ^ Mobile-8 Lepas 19,91% Saham IPO
  6. ^ Merger Tiga Anak Usaha Mobile-8 Efektif
  7. ^ Mengapa Orang Masih Mengira yang Lain?
  8. ^ Mobile-8 Telecom Peroleh Izin Prinsip Jaringan Tetap Lokal Nirkabel
  9. ^ FREN Dapat Izin Selenggarakan CDMA Secara Nasional
  10. ^ BEI Minta Penjelasan FREN Soal Akuisisi Jerash
  11. ^ Hary Tanoe: FREN Cuma Investasi Surat Berharga
  12. ^ FREN Berpotensi Gagal Bayar Obligasi Rp 675 M
  13. ^ Untuk Lunasi Hutang, Mobile-8 Terbitkan Obligasi Rp 550 M
  14. ^ Jerash Investment Kuasai 10,9% Saham Mobile-8
  15. ^ Pemilik FREN dan BTEL Mulai Nego?
  16. ^ BTEL Bantah Akuisisi FREN
  17. ^ Global Mediacom Lepas FREN ke Sinarmas
  18. ^ Mediacom Lepas Mobile-8
  19. ^ Smart Negosiasi dengan FREN
  20. ^ Sinar Mas Belum Akan Tambah Saham di FREN
  21. ^ Sinar Mas Group Akuisisi Mobile-8
  22. ^ Smart Telecom dan Mobile-8, Jadinya SmartFren
  23. ^ Mobile-8 dan Smart 'Menikah' Diam-diam
  24. ^ Rights Issue Disetujui, FREN Bisa Akuisisi Smart Telecom
  25. ^ Akuisisi Smart Telecom, Mobile-8 Berganti Nama
  26. ^ FREN akhirnya jadi akuisisi SMART
  27. ^ Esia & Smartfren Gabung, Bisa Duluan 4G di 800 MHz
  28. ^ Smartfren dan Esia Resmi Bersatu demi LTE
  29. ^ Pelanggan Esia Mulai Pakai Jaringan Smartfren
  30. ^ Resmi Tutup Layanan, Kecuali di Jakarta
  31. ^ Per April Esia Stop Layanan Data
  32. ^ Kronologi Bolt Tutup, Diawali dari Tunggakan BHP Frekuensi
  33. ^ Smartfren Beri Kartu Perdana Gratis Bagi Pengguna Bolt
  34. ^ Jumlah Pengguna Telkomsel Terbesar di Indonesia
  35. ^ 12 Tahun Masih Tekor, Smartfren Cetak Rugi Q3 Rp 1,75 T
  36. ^ Smartfren Dinilai Tak Akan Bangkrut karena Dimiliki Grup Sinarmas
  37. ^ Rumor Merger dengan 3, Apa Dampaknya ke Saham FREN?
  38. ^ Begini Cerita Seputar Rumor Akuisisi ISAT & FREN
  39. ^ Ini Penghalang Merger Smartfren dan Tri Indonesia
  40. ^ Smartfren Bicara soal Kemungkinan Merger
  41. ^ Taktik Smartfren Meninggalkan CDMA dan Beralih ke 4G
  42. ^ CDMA Smartfren Ditutup Selamanya, Bagaimana Nasib Pelanggan?
  43. ^ Angkat Darmin jadi Komut, Smartfren optimistis tatap lelang frekuensi 2,3 GHz
  44. ^ Ini Tiga Operator Seluler yang Dapat Frekuensi 5G di Indonesia
  45. ^ Ini Rencana Smartfren dan Tri Setelah Dapat Frekuensi 5G
  46. ^ Dapat Frekuensi 5G, Smartfren Optimistis Pelanggan Tumbuh 30 Persen
  47. ^ Telkomsel dan Smartfren Terima Putusan Pembatalan Lelang Frekuensi 5G
  48. ^ Smartfren
  49. ^ 27 Siasat Menembus Pasar
  50. ^ Mobile-8 Luncurkan "Hepi"
  51. ^ Mobile-8 'Hepi' Bidik Pasar Mahasiswa
  52. ^ Mobile-8 Akhirnya Bisa 'Hepi' Rilis FWA
  53. ^ Mobi, Modem Pahe Cuma Rp 499 Rb
  54. ^ Mobi Unlimited Data Access Beredar
  55. ^ 2009, Mobile-8 Targetkan 150 Ribu Pelanggan Mobi
  56. ^ Jaksa Agung Pastikan Kasus PT Mobile 8 Masih Berjalan
  57. ^ KMPK minta Kejagung usut tuntas kasus Mobile8
  58. ^ Kejagung Tetapkan Eks Bos Mobile-8 Tersangka Pajak
  59. ^ KASUS MOBILE 8 TELECOM: PN Jaksel Minta Kejagung Hentikan Penyidikan
  60. ^ Eks Menteri Perindustrian Diperiksa Kejagung Soal Mobile-8
  61. ^ Kejagung panggil Agum Gumelar terkait kasus restitusi pajak
  62. ^ Hary Tanoe: Kasus Mobile 8 Bukan Kewenangan Kejaksaan Agung
  63. ^ Jejak Hary Tanoe dalam Kasus Restitusi Pajak Mobile-8
  64. ^ Kejagung sebut HT tersangka, Polri bilang 'tunggu tanggal mainnya'
  65. ^ Hary Tanoe Laporkan Jaksa Agung ke Bareskrim
  66. ^ Jaksa Agung: Kasus Mobile 8 Hary Tanoe Bidik Soal Korupsinya
  67. ^ Penyidikan Mobile8 Tetap Berlanjut
  68. ^ ‘Lika Liku’ Penanganan Dugaan Korupsi Mobile 8 Telecom yang Tak Jelas di Kejaksaan Agung

Pranala luar