Smart Telecom

perusahaan asal Indonesia

PT Smart Telecom (disingkat Smartel)[1] adalah sebuah perusahaan di Indonesia yang merupakan anak usaha dari operator seluler PT Smartfren Telecom Tbk.[2] Berbasis di Jakarta, perusahaan ini bergerak di beberapa bidang seperti menjadi perusahaan induk dari sejumlah anak usaha dan memegang hak frekuensi yang diselenggarakan jaringan induknya.[3][4][1]

PT Smart Telecom
Sebelumnya
PT Indoprima Mikroselindo (1996-2007)
Anak perusahaan
IndustriOperator telekomunikasi seluler
NasibBeralih ke dalam layanan Smartfren. Perusahaan masih beroperasi sampai sekarang
PendahuluPT Wireless Indonesia
PenerusSmartfren
Didirikan16 Agustus 1996
Kantor pusatJakarta, Indonesia
ProdukCDMA2000 (2007-2011)
PemilikSinar Mas (2006-2010)
Smartfren Telecom (2011-sekarang)
Anak usahaMora Telematika Indonesia (18,32%)

Sebelumnya, perusahaan ini dikenal sebagai operator seluler mandiri dengan merek dagang Smart mulai tahun 2007[1] hingga 2011. Beroperasi di sejumlah kota di pulau Jawa dan Sumatra menggunakan sistem CDMA2000, produknya terdiri dari Smart Prabayar, Smart Pascabayar dan Smart Jump.

Sejarah

sunting

Awal pendirian

sunting

PT Smart Telecom awalnya bernama PT Indoprima Mikroselindo (dikenal dengan nama dagang Primasel). Perusahaan ini didirikan pada 16 Agustus 1996 dengan modal Rp 5 miliar, dan dimiliki secara patungan oleh Indosat (20%), PT Yamabri Komunikasindo 35% (terafiliasi dengan bisnis ABRI), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) 20%, dan sisa 25%-nya dimiliki oleh Primkopparpostel (Primer Koperasi Pegawai Kantor Pusat Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi).[5] Primasel dibentuk untuk mengoperasikan jaringan Personal Handy-phone System (PHS) berfrekuensi 1800 MHz di Jawa Timur, dengan target pasar menengah ke bawah dan bertarif pulsa lokal.[6] Untuk mempersiapkan operasionalnya, Primasel mengadakan uji coba layanan PHS dan kemudian mendapatkan izin dari pemerintah di tahun 1997.[7][8]

Namun dalam perkembangannya, walaupun sudah beberapa kali diundur (dari 1997 ke 2000),[9] hingga 2002 bisnis ini tidak kunjung berjalan (bahkan perusahaan ini hampir ditutup di tahun 2003),[10][11] sehingga Primasel memutuskan untuk pindah ke sistem CDMA berfrekuensi 1980 MHz di tahun 2004.[12][13] Dalam titik ini, pemegang saham hanya menyisakan PT INTI dan sebuah perusahaan lain.[14] Pasca diberi izin dari pemerintah untuk mengubah sistemnya, Primasel sempat merencanakan akan membangun 300.000 sambungan[14] berbasis fixed wireless (FWA) dan teknologi CDMA2000 1x.[15] Namun, belum sempat memulai proyek tersebut, pada tahun 2006 Primasel "digusur" oleh pemerintah untuk tidak menggunakan frekuensinya karena akan dipakai untuk jaringan 3G. Primasel lalu berpindah ke frekuensi 1900 MHz, namun dengan tarif penggunaan yang lebih murah dibanding operator GSM yang menggunakan frekuensi serupa karena hanya menggunakan setengah kapasitas.[12][16]

Sementara itu, sebuah perusahaan lain bernama PT Wireless Indonesia (WIN) diketahui sudah mendapatkan izin sebagai penyedia komunikasi non-seluler di jaringan 3G sejak 2001. Perusahaan ini kemudian juga mendapatkan nasib yang sama, yaitu "digusur" (dari frekuensi pada 2006 karena jaringannya dianggap mengganggu frekuensi 3G GSM.[17] Hal ini membuat frekuensinya yang awalnya ada di 1970-1980 MHz[15] dipindahkan ke frekuensi yang ditujukan untuk layanan time-division duplex (TDD), meskipun akhirnya dikembalikan ke pemerintah.[12] Awalnya, perusahaan ini dimiliki oleh Teddy A. Purwadi, tetapi kemudian beralih ke Grup Sinar Mas (sebenarnya juga ada rumor bahwa ZTE sempat berencana masuk ke perusahaan ini).[18] WIN sebenarnya pada awal 2003 sudah merencanakan untuk meluncurkan produknya yang berbasis FWA[15] dengan teknologi CDMA2000 1980 MHz[15] (menggunakan merek WIN), dan sudah melakukan sejumlah persiapan seperti menyediakan modal US$ 400 juta ditambah kontrak dengan Airvana Inc. bagi menyediakan infrastrukturnya.[19][20] Namun, rencana ini akhirnya tidak terwujud, dan WIN tidak pernah berhasil meluncurkan produknya.[12]

Akuisisi Sinar Mas

sunting

Dalam kondisi itulah, muncul masalah pada dua perusahaan ini, yaitu Primasel dan WIN. Maka, pemerintah kemudian menganjurkan keduanya untuk melakukan penggabungan usaha. Sinar Mas kemudian mengambil alih Primasel dan menggabungkan WIN dengannya (dengan Primasel menjadi surviving company) pada Oktober 2006. Merger ini menghasilkan perusahaan telekomunikasi dengan layanan penuh, gabungan dari Primasel (layanan suara) dan WIN (layanan data)[21] yang berlisensi seluler nasional.[22] Pemerintah kemudian juga merespon positif akan penggabungan tersebut dan memberikan blok frekuensi (di 1903,75-1910 dan 1983,5-1990 MHz dengan bandwith 15 MHz)[23] sehingga Primasel bisa mulai berencana untuk beroperasi. Saham perusahaan merger ini mayoritas dimiliki oleh beberapa perusahaan yang terafiliasi dengan Grup Sinar Mas, seperti PT Bali Media Telekomunikasi (35%), PT Global Nusa Data (29%), PT Indonesia Mobilindo (2%), PT Wahana Inti Nusantara (33%) dan PT INTI (0,2%). Walaupun sempat menimbulkan masalah karena pemilik lama WIN mempermasalahkan sahamnya di perusahaan hasil merger ini, tetapi Sinar Mas tetap berancang-ancang memulai operasionalnya.[12]

Awalnya, Primasel berencana meluncurkan produknya ke publik pada Desember 2006 dan Maret 2007 dengan menargetkan 500.000 konsumen, tetapi gagal. Hal ini dikarenakan mereka perlu menyiapkan berbagai hal seperti jaringan, BTS, kantor dan lain-lain. Demi persiapan ini, awalnya pemilik Primasel, Sinar Mas sempat diberitakan berencana bekerjasama dengan Altimo (sebuah perusahaan telekomunikasi asal Rusia) dengan suntikan dana US$ 2 miliar,[24] namun kemudian ternyata Sinar Mas lebih memilih bekerjasama dengan ZTE.[25] Pilihan teknologi yang digunakan jatuh pada CDMA2000 1x dan EV-DO Rev. A, karena dianggap lebih murah dalam hal biaya investasi dan operasional dengan kualitas yang hampir sama atau lebih canggih dibanding teknologi seluler lainnya.[26]

Muncul kemudian kabar lain yang menyebutkan bahwa Primasel akan melakukan peluncurannya pada April 2007 dan mulai beroperasi pada Juni 2007 dengan target awal Bandung dan Surabaya (dan tentu saja karyawan kerajaan bisnis Sinar Mas),[27] walaupun tidak tercapai juga.[28] Belakangan, sebelum mulai beroperasi, pihak Sinar Mas memutuskan untuk mengubah produknya dari Primasel ke Smart dan nama perusahaannya menjadi PT Smart Telecom. Smart merupakan singkatan dari Sinar Mas Accesible Reliable Telecommunication (Telekomunikasi Sinar Mas yang Mudah Diakses dan Dipercaya). Perubahan nama ini resmi dilakukan pada 11 April 2007[29] dan diumumkan ke publik pada Mei 2007.[30][31][32] Menurut pihak Smart, pergantian nama penting dilakukan karena nama Primasel yang sudah ada dirasa "kurang menjual".[33]

Konon, sebagai bukti seriusnya pihak Sinar Mas untuk terjun ke bisnis operator seluler di tahun itu, pemiliknya, Eka Tjipta Widjaja sampai harus "turun gunung" dengan meresmikan kantor pusat Smart Telecom di Menteng, Jakarta Pusat pada tanggal 26 April 2007 (saat ini, kantor tersebut masih menjadi kantor pusat penerus Smart, Smartfren).[33] Bagi Sinar Mas, Smart Telecom menjadi titik puncak dari rencana dan keinginan mereka bermain di bisnis telekomunikasi seluler sejak 1990-an. Sebelum adanya Smart, konglomerasi tersebut sempat mencoba membangun operator berbasis AMPS bernama PT Telecom Indomas Nusantara di Bali maupun meraih lisensi GSM dari pemerintah yang semuanya kurang sukses. Dengan adanya pilar bisnis baru ini, pihak Sinar Mas mengharapkan Smart Telecom bisa meraih kesuksesan yang sama seperti unit-unit usaha grup tersebut lainnya.[26]

Sebagai persiapan awal, sebelum peluncuran resminya, produk Smart dipasarkan dahulu pada 100.000 karyawan Grup Sinar Mas di Jawa Timur dan Jabodetabek mulai 26 April 2007,[34] ditambah kegiatan Uji Laik Operasi (ULO) di sejumlah daerah. Dengan soft launch dan ULO tersebut, Smart Telecom dapat mengetahui masalah yang ada, seperti kurang bagusnya sinyal jaringan Smart yang berusaha diatasi dengan berbagai cara, seperti membangun lebih banyak BTS. Selain masalah jaringan, juga muncul keluhan dari BRTI yang menganggap Sinar Mas tidak serius dan hanya ingin menjual izin operator selulernya karena tidak kunjung meluncurkan produknya di tahun tersebut, sehingga memaksa pihak Smart Telecom mempercepat rencana peluncuran produknya agar tidak dicabut izinnya. Persiapan lainnya dilakukan dengan menjalin kerjasama bersama sejumlah vendor penyedia perangkat telepon seluler. Adapun perusahaan memilih ZTE dan Haier karena dirasa mampu memenuhi spesifikasi perangkat yang diinginkan Smart. Namun, Smart Telecom juga masih mengedarkan produk dari Nokia dan Motorola yang ditujukan untuk pasar kelas menengah dan atas.[21][33]

Peluncuran dan kinerja awal

sunting

Akhirnya, Smart diluncurkan secara resmi pada 3 September 2007, dengan target sepanjang bulan tersebut bisa meraih 600.000-800.000 pelanggan dan beroperasi awal di 5 kota besar, yaitu Surabaya, Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan Semarang. Sebagai persiapan, 600 BTS dan modal senilai Rp 3 triliun sudah disiapkan oleh pihak pengelola.[35] Diharapkan, pada akhir 2007 Smart sudah meraih 1 juta pelanggan dan jaringannya diperluas ke Lombok dan Bali, yang akan dilanjutkan ke 80 kota di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi dengan bantuan 3.000 BTS.[36][37] Bahkan, pada 2009 perusahaan ini sudah mencanangkan untuk menjadi operator CDMA nasional.[38] Walaupun sempat ada polemik lagi dari pemerintah setelah peluncurannya mengenai frekuensi yang digunakan Smart (1900 MHz) yang ditujukan untuk GSM 3G sedangkan Smart beroperasi di CDMA2000 3G, namun hal tersebut tampaknya tidak memengaruhi.[39][40] Menurut pihak Smart, mereka berkomitmen untuk "membangun jaringan berkualitas dunia di Tanah Air, membangun organisasi yang berbasis pada pelanggan, fleksibel dan cepat, serta memberikan nilai lebih pada jumlah uang yang dikeluarkan pelanggan dan menjembatani teknologi digital".

Smart terus berekspansi sepanjang 2008, misalnya dengan menjual telepon seluler murah seharga Rp 188.000 dan Rp 110.000 yang cukup populer, ditambah modem CDMA bernama "Jump" yang menggunakan teknologi EV-DO Rev. A dan merupakan produk pertama dalam jenisnya.[41][42] Pada awal 2008, pelanggannya sudah mencapai 300.000 yang didukung oleh 1.000 BTS, dan ditargetkan akan terus bertambah, sehingga telah disiapkan anggaran sebesar Rp 3,22 T.[43] Di tahun tersebut, Smart berekspansi ke sejumlah wilayah di Jawa Timur (seperti Madiun, Pacitan dan Ponorogo) serta Palembang,[44][45] yang disusul Lombok, Bandar Lampung, Banda Aceh, Medan dan beberapa kota lainnya di tahun 2009,[46] serta Batam, Pekanbaru dan Makassar di tahap selanjutnya.[47] Tidak hanya memperluas penerimaan sinyalnya, Smart juga terus meluncurkan produk dan layanan baru. Misalnya di tahun 2009, diperkenalkan telepon seluler BlackBerry Curve berjaringan CDMA pertama di Indonesia, layanan musik[48] dan paket netbook yang dilengkapi modem;[49] sedangkan di tahun 2010, layanan LTE bersama sejumlah modem baru dengan fasilitas tertentu diluncurkan di Malang dan Surabaya, untuk memenuhi minat masyarakat akan internet berkecepatan tinggi.[21][50]

Target pasar Smart pada saat itu adalah menengah ke bawah, dengan menawarkan layanan berharga murah namun berjaringan baik yang didukung oleh BTS-BTS di berbagai daerah.[51][52] Mulanya, Smart memfokuskan dirinya pada penjualan perangkat telepon dan layanan menelepon yang terjangkau, namun kemudian lebih memilih mengembangkan layanan internet murah mengikuti minat masyarakat.[21] Selain konsumer, Smart Telecom juga melayani komunikasi bagi pelanggan korporat.[53]

Konsolidasi

sunting

Namun, pada 2009, pemilik Smart, Sinar Mas Group memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan telekomunikasi milik Global Mediacom, PT Mobile-8 Telecom Tbk (dikenal dengan merek Fren). Akuisisi tersebut membuat Sinar Mas memiliki dua perusahaan telekomunikasi, yaitu Mobile-8 dan Smart. Meskipun awalnya disampaikan keduanya akan tetap beroperasi sendiri-sendiri,[54] namun keduanya kemudian memutuskan untuk mengkonsolidasikan perusahaan mereka dengan nama Smartfren dalam rangka efisiensi biaya. Awalnya, kedua perusahaan belum bergabung dan masih sekedar melakukan kerjasama penyatuan merek (dan logo) pada 3 Maret 2010. Selain dalam merek, kerjasama/integrasi juga dilakukan dalam penjualan produk bersama, lokasi pelayanan pada pelanggan, SDM, dan tentu saja penggunaan jaringan (800 MHz Fren, 1900 MHz Smart) ditambah BTS.[55][56]

Konsolidasi ini dirasa penting, mengingat Smart selama ini mengalami hambatan dengan frekuensi 1900 MHz yang digunakannya, dengan sulit menjangkau sejumlah tempat dan kurang populernya ponsel dual band yang bisa menerima jaringan Smart. Jaringan Mobile-8 selanjutnya diharapkan bisa membantu mengembangkan bisnis keduanya.[21] Setelah penyatuan merek tersebut, Smart masih meluncurkan produk baru (hasil kerjasama kedua perusahaan) seperti telepon Islami di bulan Ramadan, telepon Chit Chat, dan aplikasi Smartfren Messenger.[57][58] Memasuki Desember 2010, integrasi jaringan juga semakin dipercepat oleh kedua operator.[59] Namun, awalnya integrasi kedua perusahaan yang direncanakan akan dilakukan pada RUPSLB Mobile-8 di tanggal 8 Desember 2010, gagal karena hasil RUPSLB tidak mencapai kuorum.[60] Rencana merger juga sempat tersandung isu menunggaknya Smart Telecom akan kewajiban Biaya Hak Penggunaan (BHP) dari pemerintah sebesar Rp 484 miliar sejak tahun 2006, yang membuatnya terancam ditutup.[61]

Baru pada 18 Januari 2011, rencana integrasi keduanya dapat terwujud dengan Mobile-8 melakukan rights issue kepada pemilik saham Smart Telecom, yaitu PT Bali Media Telekomunikasi, PT Wahana Inti Nusantara, serta PT Global Nusa Data senilai Rp 3,77 triliun. Setelah rights issue itu, 57% saham Mobile-8 beralih pada pemegang saham Smart Telecom. Dalam kegiatan tersebut, PT Smart Telecom juga dijadikan anak perusahaan Mobile-8, dan yang digabung hanyalah operasionalnya saja bukan perusahaannya, sehingga dapat dikatakan Sinar Mas melakukan backdoor listing. Akhirnya, proses integrasi operasional dan transaksi kedua perusahaan tuntas pada 23 Maret 2011 dan PT Mobile-8 Telecom Tbk mengganti namanya menjadi PT Smartfren Telecom Tbk pada 28 Maret 2011.[62][63][64][65][66][67][68] Dengan merger itu, operasional (seperti layanan, kantor dan produk) Smart kemudian digabungkan dengan operasional PT Smartfren Telecom Tbk. Namun, untuk PT Smart Telecom sampai saat ini masih ada, sebagai anak perusahaan PT Smartfren Telecom Tbk.[69]

Operasional pasca-konsolidasi

sunting

Adapun beberapa operasional PT Smart Telecom yang dilakukan pasca-merger, seperti:

  • Mengelola jaringan Smartfren yang berada di frekuensi 2,3 GHz. Adapun frekuensi ini diberikan pemerintah seiring kebijakan pemindahan frekuensi yang efektif dilakukan pada Desember 2016. Sebelumnya, jaringan tersebut ada di 1900 MHz (eks-Smart), yang tetap dipertahankan Smartfren pasca penggabungan operasional Smart dan Fren.[70]
  • Untuk mengembangkan jaringan Smartfren, Smart Telecom menerima pinjaman Rp 3,1 triliun dari China Development Bank pada 2020 dan sebelumnya senilai US$ 200 juta pada 2016.[71][72] Lalu, ada juga pinjaman sindikasi dari sejumlah bank dan perusahaan pembiayaan lokal pada 1 Februari 2023 senilai Rp 7,2 triliun yang diberikan kepada Smart Telecom.[73]
  • Pembelian barang modal dari Nokia, Samsung dan ZTE pada 2010 dan 2014.[1]
  • Mengakuisisi 20,5% saham PT Moratelindo pada 25 Mei 2021 senilai Rp 306 miliar,[4] yang kini tersisa 18,32%. Selain itu Smartel juga memiliki 2% saham PT Palapa Timur Telematika dan 99% saham PT Distribusi Sentra Jaya.[74]

Dalam RUPS PT Smartfren Telecom Tbk pada Juli 2022, direncanakan Smartfren akan dimerger dengan PT Smart Telecom, anak usahanya demi menyederhanakan kepemilikan spektrum frekuensi radio.[4]

Operasional

sunting

Produk

sunting

Hingga Maret 2010, Smart telah meluncurkan tiga produk, meliputi:

  • Smart Prabayar, ditujukan ke pengguna umum, pelajar, dan mahasiswa.
  • Smart Pascabayar, ditujukan ke pengguna umum dan eksekutif.
  • Smart Jump, ditujukan ke konsumen yang ingin berinternet dengan kecepatan tinggi hingga 3,1 Mbps (jaringan EV-DO).

Jaringan

sunting

Berikut sejumlah kota yang dilayani jaringan Smart di Indonesia, sebelum digabungkan ke Smartfren:

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d Lap Tahunan FREN 2019
  2. ^ Profil Perusahaan Tercatat
  3. ^ Smartfren Perkuat Modal dan Merger dengan Smartel
  4. ^ a b c Smartel suntik modal Rp 360 miliar di Moratel
  5. ^ Indonesia News Service, Masalah 1130-1208
  6. ^ PT INTI SEGERA LUNCURKAN 11 PAGER MINI
  7. ^ JP/Primasel waits for approval
  8. ^ INDOSAT SHOWS FIRST HALF NET INCOME GROWTH OF 15.8 PERCENT
  9. ^ INDOPRIMA MIKROSELINDO TO OFFER PHS SERVICE
  10. ^ ANNUAL REPORT PT Indonesian Satellite Corporation Tbk
  11. ^ INDOSAT TO SELL ITS STAKE IN PRIMASEL
  12. ^ a b c d e Kurang smart-nya regulator tangani Smart
  13. ^ Audit Lisensi & Frekuensi 3G
  14. ^ a b Primasel dapat izin migrasi ke CDMA
  15. ^ a b c d Indonesian Commercial Newsletter, Volume 30,Masalah 403-410
  16. ^ Telecommunications Development in Asia
  17. ^ 'Gusuran 3G', Frekuensi Wireless Indonesia Dicabut
  18. ^ Regulator Hindari Makelar Lisensi
  19. ^ Asia Pacific Telecom Newsletter
  20. ^ Indonesian Commercial Newsletter, Volume 29,Masalah 379-386
  21. ^ a b c d e The Newest Phone Operator in Indonesia
  22. ^ Anggapan yang Salah CDMA Sama dengan PSTN
  23. ^ PENERAPAN PITA FREKUENSI KHUSUS UNTUK LSU: KAJIAN DARI SISI REGULASI ALOKASI SPEKTRUM FREKUENSI
  24. ^ Primasel Datang Menggandeng Asing
  25. ^ ZTE Builds CDMA Bearer Network for Indonesia's Primasel
  26. ^ a b BAB III ANALISIS...
  27. ^ Lowongan PT. Indoprima Mikroselindo
  28. ^ Primasel Siap Tarung di CDMA
  29. ^ III. KETERANGAN MENGENAI TRANSAKSI MATERIAL
  30. ^ Analisa Sinar Mas Telecom versi Wartaekonomi
  31. ^ SMART Luncurkan Layanan CDMA pada Agustus
  32. ^ Smart Telecom on CDMA 2000 1x
  33. ^ a b c Eka Cipta Wijaya di Jajaran Orang Terkaya Indonesia
  34. ^ Perlukah apply ke Sinar Mas Telecom?
  35. ^ Smart Telecom Siapkan Belanja Modal Rp 3 Triliun
  36. ^ Smart Telecom Kejar Target 1 Juta Pelanggan
  37. ^ Smart Telecom
  38. ^ 2008, Smart Mulai Ekspansi
  39. ^ Baru Luncur, Smart Sudah Terancam Tergusur
  40. ^ Primasel Akan Beroperasi Juni
  41. ^ Smart Luncurkan Modem "Jump" CDMA EVDO
  42. ^ Mencicipi Jaringan EVDO Rev. A Smart
  43. ^ Smart Hadirkan Ponsel Warna Rp 288 Ribu
  44. ^ Smart Telecom Hadir di Palembang
  45. ^ Penetrasi Smart Telecom
  46. ^ Smart Telecom Perluas Jaringan ke Lombok
  47. ^ Skema Tarif Akhir Tahun Smart
  48. ^ Smart Telecom dan RIM Luncurkan BlackBerry CDMA Pertama di Indonesia
  49. ^ Netbook 3.5G Smart Telecom Beredar
  50. ^ PERKEMBANGAN INDUSTRI TELEKOMUNIKASI SELULER DI INDONESIA - 2011
  51. ^ Smart Telecom Ekspansi ke Palembang
  52. ^ Smart Memberikan Gratis Hape dan Gratis Bicara
  53. ^ Ponsel Sebagai Teknologi Budaya dan, Budaya Teknologi
  54. ^ Mobile-8 dan Smart Tetap Jalan Terpisah
  55. ^ Kolaborasi Smart Telecom dan Mobile-8 Hasilkan SmartFren
  56. ^ Gerai SmartFren Pertama Hadir di Sabang
  57. ^ Smart & FREN Luncurkan HP Islami Edisi Ramadan[pranala nonaktif permanen]
  58. ^ Smartfren Messenger Layanan Chatting ala Smartfren
  59. ^ Migrasi sistem Smart Telecom dan Mobile-8 rampung
  60. ^ Proses Merger Smart dan Fren Tersendat
  61. ^ Nunggak BHP, Lisensi Smart Terancam Dicabut?
  62. ^ Laporan Keuangan Q3 FREN 2020
  63. ^ Sinarmas serap rights issue Mobile-8 Rp3,77 triliun
  64. ^ Smart Telecom dan Mobile-8, Jadinya SmartFren
  65. ^ Mobile-8 dan Smart 'Menikah' Diam-diam
  66. ^ Rights Issue Disetujui, FREN Bisa Akuisisi Smart Telecom
  67. ^ Akuisisi Smart Telecom, Mobile-8 Berganti Nama
  68. ^ FREN akhirnya jadi akuisisi SMART
  69. ^ Nasib Smart Telecom digantung
  70. ^ Smartfren "lepas" frekuensi 1900 MHz
  71. ^ Anak Usahanya Raih Pinjaman Rp 3,1 Triliun, Smartfren (FREN) Siap Ekspansi Jaringan
  72. ^ Anak Usaha Smartfren Peroleh Pinjaman US$200 Juta
  73. ^ Smartfren Telecom (FREN) Raih Pinjaman Rp7,2 T
  74. ^ LapTahunan FREN 2021

Pranala luar

sunting