Smart Telecom

perusahaan asal Indonesia

PT Smart Telecom didirikan pada awalnya dengan nama PT Indoprima Mikroselindo (dikenal dengan nama Primasel). Perusahaan ini didirikan pada 16 Agustus 1996 dengan modal sebesar Rp 5 miliar, yang dimiliki secara patungan oleh Indosat (20%), PT Yamabri Komunikasindo 35% (yang terafiliasi dengan bisnis ABRI), PT Industri Telekomunikasi Indonesia 20%, dan sisanya 25% dimiliki oleh Primkopparpostel (Primer Koperasi Pegawai Kantor Pusat Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi).[1] Primasel dibentuk untuk membangun sistem baru berjenis Personal Handy-phone System (PHS) di Jawa Timur. Dalam perkembangannya, bisnis ini tidak berjalan, dan mereka memutuskan untuk pindah ke sistem CDMA. Sayangnya mereka gagal untuk pindah ke CDMA walaupun sudah membangun jaringan sebesar 300.000 sambungan karena pada 2004 mereka "digusur" oleh pemerintah untuk tidak menggunakan frekuensi 1980 MHz, sebabnya karena frekuensi tersebut akan dipakai untuk jaringan 3G.

Smart
PT Smart Telecom
IndustriOperator dan layanan telekomunikasi seluler Indonesia
NasibBeralih ke dalam layanan smartfren. Perusahaan masih beroperasi sampai sekarang
PendahuluWireless Indonesia
Penerussmartfren
Didirikan16 Agustus 1996 (sebagai Primasel)
2007 (sebagai Smart)
Kantor pusatJakarta, Indonesia
ProdukCDMA (2006-2011)
PemilikSinar Mas (2006-2010)
Smartfren (2011-sekarang)

PT Wireless Indonesia (WIN) sudah mendapatkan izin sebagai penyedia komunikasi nonseluler di jaringan 3G sejak 2001. Perusahaan ini juga mendapatkan nasib yang sama, yaitu digusur karena jaringannya dianggap mengganggu frekuensi 3G.[2]Awalnya, perusahaan ini dimiliki oleh Teddy Purwadi, namun kemudian beralih ke Grup Sinar Mas. WIN sendiri sebenarnya pada awal 2003 sudah merencanakan untuk meluncurkan produknya yang kini berbasis CDMA (dengan merek WIN), dan sudah melakukan sejumlah persiapan seperti menyediakan modal US$ 400 juta ditambah kontrak dengan Airvana Inc. bagi menyediakan infrastrukturnya.[3][4] Namun, sepertinya kemudian rencana ini tidak terwujud.

Dalam kondisi itulah, muncul masalah pada dua perusahaan ini, yaitu Primasel dan WIN. Maka, pemerintah kemudian menganjurkan keduanya untuk melakukan penggabungan usaha. Sinarmas kemudian mengambil alih Primasel dan menggabungkan WIN dengannya dengan Primasel menjadi surviving company pada 2006. Pemerintah merespon positif dan memberikan blok frekuensi sehingga Primasel bisa beroperasi meskipun sempat mempermasalahkan frekuensi CDMA 1900 MHz. Saham perusahaan merger ini mayoritas dimiliki oleh beberapa perusahaan yang terafiliasi oleh Grup Sinarmas, seperti PT Bali Media Telekomunikasi (35%), PT Global Nusa Data (29%), PT Indonesia Mobilindo (2%), PT Wahana Inti Nusantara (33%) dan PT INTI (0,2%). Walaupun sempat menimbulkan masalah karena pemilik lama WIN mempermasalahkan sahamnya di perusahaan hasil merger ini, namun Sinarmas tetap melanjutkan proyeknya.[5]

Awalnya, Primasel berencana meluncurkan produknya ke publik pada Desember 2006 dan Maret 2007 dengan menargetkan 500.000 konsumen, namun gagal. Hal ini dikarenakan Sinarmas perlu menyiapkan berbagai hal seperti jaringan, BTS, kantor dan lain-lain. Bahkan sebuah sumber mengatakan bahwa Primasel akan melakukan peluncurannya pada April 2007 dan beroperasi pada Juni 2007 dengan target awal Bandung dan Surabaya, walaupun tidak tecapai juga.[6] Namun, kemudian terungkap bahwa dalam proyeknya, Sinarmas memutuskan untuk mengubah nama produknya dari Primasel ke Smart dan nama perusahaannya menjadi PT Smart Telecom. Smart merupakan singkatan dari Sinar Mas Accesible Reliable Telecommunication (Telekomunikasi Sinar Mas yang Mudah Diakses dan Dipercaya). Pengumuman perubahan nama ini diumumkan pada Mei 2007.[7][8][9]

Akhirnya, Smart diluncurkan secara resmi pada 3 September 2007, dengan target 600.000-800.000 pelanggan dan beroperasi awal di 5 kota besar, yaitu Surabaya, Bandung, Jakarta, Yogyakarta dan Semarang sepanjang September 2007. Sebagai persiapan, sejumlah 600 BTS sudah disiapkan oleh pihak pengelola, dan modal senilai Rp 3 T.[10] Targetnya adalah 1 juta pelanggan pada akhir 2007 dan perluasan ke Lombok dan Bali, selanjutnya ke 80 kota di Pulau Jawa dan pada 2008 ke Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, serta 3.000 BTS pada akhir 2008.[11][12] Walaupun sempat ada polemik lagi soal frekuensi dari pemerintah pasca peluncurannya, namun itu tampaknya tidak memengaruhi.[13]

Smart terus berekspansi sepanjang 2008, misalnya terlihat dengan menjual HP-HP murah berharga Rp 188.000 dan Rp 110.000 yang cukup populer. Lalu, pada 2010 Smart meluncurkan teknologi LTE di Malang dan Surabaya, untuk melayani bagi yang ingin internet berkecepatan tinggi. Dalam membangun proyek internet ini, Smart juga menjual sejumlah modem dengan fasilitas tertentu.[14][15] Namun, pada 2009, pemilik Smart, Sinarmas Group memutuskan untuk mengakuisisi perusahaan telekomunikasi milik Global Mediacom, Fren. Akusisi tersebut membuat Sinarmas memiliki dua perusahaan telekomunikasi, yaitu PT Mobile-8 dan Smart. Keduanya kemudian memutuskan untuk mengkonsolidasikan perusahaan mereka dengan nama Smartfren, dengan alasan untuk efisiensi. Namun, awalnya kedua perusahaan belum bergabung dan masih sekedar melakukan kerjasama penyatuan merek pada Maret 2010. Baru pada Desember 2010, keinginan ini terwujud dengan Mobile-8 melakukan rights issue kepada pemilik saham Smart Telecom, yaitu PT Bali Media Telekomunikasi, PT Wahana Inti Nusantara, serta PT Global Nusa Data. Setelah rights issue itu, saham 57% Mobile-8 beralih pada pemegang saham Smart Telecom. Dalam kegiatan tersebut, sebenarnya PT Smart Telecom dijadikan anak perusahaan Mobile-8, dan yang digabung hanyalah operasionalnya saja bukan perusahaannya, sehingga dapat dikatakan Sinarmas melakukan backdoor listing. Akhirnya, proses integrasi operasional dan transaksi kedua perusahaan tuntas dan PT Mobile-8 Telecom mengganti namanya menjadi PT Smartfren Telecom Tbk pada 23 Maret 2011.[16][17][18][19][20] Dengan merger itu, operasi Smart kemudian digabungkan dengan Mobile-8 menjadi Smartfren. Namun, untuk perusahannya sampai saat ini masih ada, sebagai pengelola frekuensi jaringan Smartfren.[21]

Produk Telekomunikasi

Hingga Maret 2010, Smart telah meluncurkan tiga produk yaitu :

  • Smart Prabayar untuk pengguna umum, pelajar, dan mahasiswa.
  • Smart Pascabayar untuk pengguna umum dan eksekutif.
  • Smart Jump untuk konsumen yang ingin berinternet dengan kecepatan tinggi hingga 3,1 Mbps (jaringan EV-DO).

Jaringan Smart Telecom

Berikut daftar jaringan Smart di Indonesia, sebelum digabungkan ke Smartfren:[22]

Jaringan CDMA 2000 1x 1900 Mhz

  • Jawa Barat
  • Madura
  • Bali
  • Lombok
  • Lampung
  • Palembang
  • Indralaya
  • Medan
  • Binjai
  • Belawan
  • Lubuk Pakam
  • Padang
  • Banda Aceh dan sekitarnya

Jaringan CDMA 2000 EV-DO Rev A

  • Jakarta
  • Bogor
  • Depok
  • Tangerang
  • Bekasi
  • Surabaya
  • Jogjakarta
  • Denpasar dan sekitarnya
  • Bandung
  • Padang

Jaringan CDMA 200 EV-DO Rev. B (trial/percobaan mulai tanggal 10 Desember 2009)

  • Bali (Denpasar dan sekitarnya)
  • Jakarta

Produk Bundling

Lihat pula

Referensi

Pranala luar