Asfiksia perinatal

Revisi sejak 2 Februari 2021 09.59 oleh InternetArchiveBot (bicara | kontrib) (Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8)

Perinatal asfiksia (berasal dari bahasa Yunani sphyzein yang artinya "denyut yang berhenti") merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernapasan yang bersifat mengancam jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai dengan metabolik asidosis.[1] Asfiksia timbul karena adanya depresi dari susunan saraf pusat (CNS) yang menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernapas.[2]

Asfiksia perinatal
Informasi umum
SpesialisasiPediatri, Obstetri Sunting ini di Wikidata

Epidemiologi

Angka kejadian akibat asfiksia di Rumah sakit di Jawa Barat adalah 25,2% dan angka kematian di rumah sakit rujukan provinsi di Indonesia mencapai 41,94%. Data mengungkapkan bahwa sekitar 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan bantuan bernapas, dari yang ringan hingga resusitasi ekstensif.[3]

Karakteristik Esensial

Tanda-tanda khusus dari bayi baru lahir dengan asfiksia, harus memenuhi 4 kriteria berikut:

  • Metabolik asidosis, darah diperiksa dari arteri umbilical cord fetus (pH <7 dan basa defisit >=12 mmol/L)
  • Skor Apgar 0-3 selama lebih dari 5 menit.
  • Adanya kelainan neurologis seperti kejang, koma atau hipotonis (neonatal ensefalofati)
  • Disfungsi multiorgan[4]

Mekanisme Asfiksia Selama Periode Partus dan Post-Partum

Beberapa mekanisme yang dapat menimbulkan asfiksia di antaranya:
1. Gangguan sirkulasi umbilikal, contohnya karena kompresi ''umbilical cord''
2. Tidak mencukupinya perfusi plasenta, contohnya yaitu hipotensi maternal, hipertensi kehamilan, dan kontraksi uterus yang abnormal.
3. Gangguan oksigenasi maternal, contohnya penyakit jantung-paru dan anemia
4. Adanya gangguan pada pertukaran gas di plasenta, contohnya yaitu abruptio plasenta dan plasenta previa
5. Paru-paru bayi gagal bertransisi dari sirkulasi fetal ke sirkulasi neonatal ([1]

Manifestasi Klinis

Mayoritas bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, tidak menunjukan kelainan neurologis pada tahap akut.Efek yang ditimbulkan bila bayi asfiksia tidak diterapi dengan segera, akan menyebabkan kerusakan dari banyak organ:
Bila Apgar score <5 dalam waktu 5 menit, bayi bisa mengalami gangguan yang parah minimal pada 1 organ, dimana 90% bayi dengan Apgar score ≥5 dalam waktu 5 menit, kecil kemungkinan untuk mengalami kelainan organ yang parah. Organ-organ tersebut di antaranya:
1.Gangguan saraf: kelainan yang timbul dapat berupa retardasi mental, penurunan IQ, kejang, kerusakan ''spinal cord'', dan depresi pernapasan
2. Sistem Kardiovasckular: keadaan yang timbul bisa berupa ''Shock'', hipotensi, insufisiensi trikuspid, nekrosis miokardium, dan gagal jantung
3. Fungsi Ginjal:keadaan yang timbul dapat berupa hematuria, proteinuria, atau gagal ginjal
4. Fungsi Hepar: keadaan yang timbul dapat berupa peningkatan serum ALT, amonia, dan bilirubin indirek
5. Traktus Gastrointestinal
6. Gangguan fungsi pernapasan[1]

Manajemen

Manajemen utama yang pertama kali diberikan yaitu:
1. Resusitasi[5][6]
2. Pemberian obat-obatan, seperti epinefrin
3. Intubasi Endotrakeal[3]

Rujukan

  1. ^ a b c (Inggris) Gomella, Tricia Lacy (2004). Neonatology : Management, Procedures, On-call problems, Diseases, and Drugs. Lange. ISBN 0-07-138918-0. 
  2. ^ (Inggris) Kliegman, Robert M. (2007). Nelson Textbook of Pediatrics. Saunders Elsevier. ISBN 978-0-8089-2365-7. 
  3. ^ a b (Inggris) Kosim, M. Sholeh (2008). Buku Ajar Neonatologi. Badan Penerbit IDAI. ISBN 978-979-8421-30-3. 
  4. ^ Essential Criteria, Essential Criteria. Diakses pada 27 Juli 2012.]
  5. ^ NRP Diarsipkan 2012-09-12 di Wayback Machine., NRP. Diakses pada 27 Juli 2012.]
  6. ^ Neonatal Resuscitation, Neonatal Resuscitation. Diakses pada 27 Juli 2012.]