Kepaksian Sekala Brak

kerajaan di Asia Tenggara
Revisi sejak 6 Agustus 2021 18.20 oleh 182.3.105.230 (bicara) (→‎Pesanggerahan: Memperbaiki bacaan mengulang)

Kepaksian Sekala Brak adalah sebuah kerajaan yang yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Kerajaan ini bermula dari unit masyarakat Suku Tumi pada abad ke-3 yang bercorak Hindu dan menganut animisme. Karakteristik ini terus bertahan hingga abad ke-12 ketika empat umpu[1] dari Kesultanan Pagaruyung datang membawa agama Islam sehingga kerajaan ini lalu disebut sebagai Kepaksian Sekala Brak.[2] Nama Kepaksian Sekala Brak mulai digunakan sejak 24 Agustus 1289 Masehi (29 Rajab 688 Hijriyah).[butuh rujukan]

Kepaksian Sekala Brak
Kepaksian Pernong
Sekala Brak

1289
Bendera Lama Kepaksian Sekala Brak Al-Liwa berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, Allah dan Muhammad.
StatusWilayah Protektorat Kepaksian (1289 Masehi-1824 Masehi)
Ibu kotaBatu Brak, Lampung Barat (sekarang Liwa)
Bahasa yang umum digunakanLampung, Indonesia
Agama
Islam
PemerintahanMonarki
Sultan 
• M–M
Umpu Ngegalang Paksi Gelar Sultan Ratu Ngegalang Paksi
Sejarah 
• Penaklukan Sekala Brak Kuno.
1289
Mata uangDolar Morgan 1875,1888 dan Voc 1790, Nederlendsch Indie 1945
Didahului oleh
Digantikan oleh
Majapahit
Hindia Belanda
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pada masa kepaksian terdapat empat titik kebesaran lokasi Istana kerajaan, yaitu Kepaksian Pernong di kaki Gunung Pesagi (kini di Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat), Kepaksian Nyerupa di Tampak Siring, Kepaksian Bejalan Di Way di Puncak, dan Kepaksian Belunguh yang berada di Tanjung Menang. Keempat kepaksian ini disebut sebagai Paksi Pak Sekala Brak yang artinya empat pemegang tertinggi di Kepaksian Sekala Brak.

Sejarah singkat


Kepaksian Sekala Brak adalah sebuah kerajaan yang berlandaskan nilai-nilai agama Islam. Dari temuan arkeologi dan antropologi, wilayahnya diperkirakan telah didiami oleh suku bangsa sejak abad jauh sebelum masehi. Sedangkan pemerintahan monarki yang pernah berkuasa di Negeri Sekala Brak telah memerintah sejak era Sebelum Masehi. Catatan tertulis paling awal tentang sejarah Kepaksian Sekala Brak ditemukan dari Tambo paksi yang di miliki empat kepaksian serta senjata pusaka, situs peninggalan Negeri Sekala Brak (SM), Kepaksian Sekala Bkhak telah ada sejak zaman dahulu kala sebagai sebuah kerajaan, Kepaksian Sekala Bekhak kuno dipimpin oleh seorang laki-laki dengan raja terakhirnya yang bernama Ratu Sekaghummong yang merupakan anak dari ratu sangkan serta cucu dari Ratu mucak bawok. Kemudian saat empat putra dari Al-Mujahid datang dengan misi menyebarkan ajaran islam pada abad ke-12, Secara kekuasaan, Kerajaan Sekala Brak kuno yang menganut ajaran bercorak Hindu dan menganut animisme ini berhasil ditaklukkan, Hal ini ditandai dengan terbunuhnya Ratu Sekaghummong yang menolak ajaran Islam. Maka kepaksian Sekala Bkhak dikuasai dan dipimpin oleh empat putra dari pada al-mujahid yang kemudian membagi daerah kekuasaannya dalam empat titik kebesaran istana gedung, masing-masing memiliki kekuasaan, rakyat Keempat paksi tersebut adalah Kepaksian Pernong, Paksi Buay Bejalan Di Way, Paksi Buay Belunguh dan Kepaksian Nyerupa[3].

Di dalam sejarah di dapat dari berbagai sumber bahwasanya Sebutan Sekala berasal dari tumbuhan sekala[4] yang terdapat di tengkuk humatang sulang di Benekhang, Mandi Agin Way Tippon sampai jaman Pra-sejarah saat ini tumbuh-tumbuhan tersebut masih ada pada tempatnya, pada tanggal 4 Juni 2021 beberapa perangkat adat khaja Jukuan Pekon Kotabesi melakukan pembuktian keberadaan dari tumbuh-tumbuhan tersebut sehingga ditemukannya tumbuhan sekala dalam jumlah yang banyak dan luas di Benekhang, Mandi Agin Way Tippon Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat Provinsi Lampung. Sedangkan Batu Bkhak (Baca-Batu Brak)[5] berasal dari sebutan sebuah Batu yang lebar bahasa Lampung nya “Batu Bkhak” yang memiliki sejarah batu tersebut berada di Hanibung Peninggalan ini terletak di tengah perkebunan kopi masyarakat di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat Menurut kepercayaan lama di Sekala Bkhak, batu tersebut sebagai tanda kuburan tua “para dewa” yang khusus turun dari Kayangan ke muka bumi, Batu Bkhak tersebut bermakna sebagai batu mulia Simbol dari orang mulia dalam pengertian para penakluk mujahid penyebar agama Islam di Sekala Brak batu ini didatangi oleh Barisan Revolusi Nasional (BRN) pada tahun 1961 Masehi.[6] Sekala Brak sebagai salah satu tempat asal mula suku bangsa di tanah Lampung dari dataran Sekala Brak inilah sebagian leluhur suku bangsa menyebar mendirikan negeri baru untuk menyebarkan Islam di Lampung melalui Adat dan budaya kala itu di perkirakan dari abad 12 Masehi 29 Rajab 688 Hijriah. Penyebaran mengikuti aliran air (sungai) Way Semaka.[7] Pada era saat ini Kepaksian sebutannya menjadi Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak. Istana Sekala Brak adalah Gedung Dalom yang berada di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat Provinsi Lampung.

Kepaksian Sekala Brak Masa prasejarah

Di wilayah Kepaksian Sekala Brak saat ini diperkirakan telah dihuni oleh suku tumi sejak sebelum masehi. Hal ini didukung oleh temuan berupa peralatan dari batu berusia sejak sebelum masehi situs batu di sekala brak. Pada zaman Neolotikum, suku tumi yang mendiami Kepaksian Sekala Brak diperkirakan telah mengenal pertanian, cara menyimpan dan mendistribusikan hasil panen. Memasuki akhir Neolitikum, lembah Sungai sekala brak mulai berkembang menjadi pusat kebudayaan. Sedangkan bukti dari Zaman masuknya Islam di Lampung dapat ditemui di sekala brak diantaranya warisan adat dan budaya, kebiasaan yang dijalankan oleh masyarakat, tradisi, adat istiadat, yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sistem Pemerintahan Adat

Struktur pemerintahan dari pada ini bisa piramid tertinggi adalah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian ini memegang kekuasaan menentukan mutlak Bertitah, Berita dan Lain Sebagainya semua berpusat kepada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua hak-hak kebesaran ada pada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua yang dipakai Struktur dibawahnya atas perintah atas berkenan, titah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, dibawahnya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah pemapah dalom, pemapah dalom ini sepertinya wakil Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, pemapah dalom ini ada 2 (dua) yang pertama terdiri dari mempunyai 2 (dua) kaki Perdana mentri dan perdana utama pemapah dalom ini mempunyai garis juga kepada kampung batin garis lurus ke kampung batin ini adalah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian tapi garis koordinasinya kepada pemapah dalom kalau garis lurusnya dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, didalam Istana Gedung Dalom ada pengapungan batin, pemapah dalom, para puakhi saudara Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian dengan Istilah Sagedung "Isi ni Gedung" isi Gedung (isi Istana) Puakhi ni Saibatin saudara nya Saibatin itu belum keluar dari Gedung (Istana Gedung Dalom) masih menyatu terhadap Istana Gedung Dalom Struktur dibawah keluarganya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah suku-suku balak yang tersebar di sepanjang pesisir Pugung Malaya, Ranau bahkan di wilayah tanggamus ini dinamakan suku-suku balak, ada juga pesumbaian dan Khaja-Khaja baca (raja-raja) Jukuan, dibawah raja Sumbai baru Batin dibawah batin namanya Kebbu di pimpin oleh seorang Radin di bawah radin bulambanan, lamban-lamban sebelum dia berkeluarga dia lamban biasa tapi setelah dia berkeluarga baru mempunyai kedudukan.[8][9]

Kemudian Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja di hadiahi pula 2 (dua) buah pedang instanbul akan tetapi saat ini pedang instanbul tersebut telah rapuh namun Pedang instanbul ini masih tersimpan dengan baik oleh Sultan Sekala Brak di Istana Gedung Dalom walaupun sudah lebih dari seratus tahun pedang instanbul tidak terawat, Sultan Usmani juga memberikan gelar sultan kepada Pangeran Dalom Merah Dani setelah itu pada saat itu Sultan Usmani menyampaikan pemberitahuan kepada Pangeran Dalom Merah Dani bahwasanya Sekala Brak harus mengirimkan serdadu apa bila ada terjadi sesuatu di turki, pada tahun 1917 ada peperangan dunia pertama Sekala Brak mengirimkan banyak pasukan antara lain yang di pimpin oleh Tuyuk dari Sultan Sekala Brak yang bernama H. Hasbulloh berangkat ke turki berangkat membawa misi perang di turki selama peperangan dunia pertama, beberapa tahun kemudia H. Hasbulloh kembali lagi ke Sekala Brak.

Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan adalah Pemiliki simbol kebesaran dari Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong ( Kerajaan Sekala Brak) yaitu sebuah Bendera Al-Liwa Panji Syahadatain berwarna hitam tertulis lailahaillollah muhammaderasululloh Bendera ini tidak boleh ditiru/dicontoh oleh Paksi-Paksi Lain Karna ini seutuhnya milik dari pada Kepaksian Pernong Sekala Brak dan ini adalah khas dari pada Kepaksian Pernong Sekala Brak dan tidak ada di paksi-paksi lain. Panji (Bendera) Al-Liwa ini mutlak milik dari pada Istana Gedung Dalom di Batu Brak. Didalam tulisan dari pada pangeran ringgau tertulis bahwasanya Sebutan Kepaksian di tanah Lampung sebutan tersebut seutuhnya milik dari pada Kepaksian Pernong Sekala Brak termasuk simbol-simbol yang lainnya. Bendera Lama Kepaksian Sekala Brak Al-Liwa berwarna hitam dan terdapat tulisan Syahadatin, allah dan Muhammad[10][11][12][13][14][15].

Zaman Hindia Belanda

Berdiri marga-marga, khususnya saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu-Inggris termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 8 (delapan) Marga di Pesisir krui dan 2 (dua) marga di wilayah pusat Sekala Brak. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi 8 (delapan) marga- marga baru di wilayah Pesisir krui begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak ada 3 (tiga) Marga, marga melinting peminggir 5 (lima) marga, marga teluk peminggir 6 (enam) marga, marga pemanggilan peminggir 11 (sebelas) marga, marga abung (federasi abung siwo migo) 10 (sepuluh) marga, marga rebang semendo 3 (tiga) marga, marga jelma doya (federasi buay lima way kanan) 10 (sepuluh) marga, marga melinting 3 (tiga) marga, marga tulang bawang (federasi mego pak tulang bawang) 6 (enam) marga salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya.

Zaman Hindia Belanda

Berdiri marga-marga, khususnya saat Abad Ke-19 M tahun 1824 M terjadilah Traktat London, tukar guling kekuasaan Inggris dan Belanda, saat pemerintahan colonial belanda menggantikan Inggris untuk berkuasa di Wilayah Keresidenan Bengkulu-Inggris termasuk wilayah pesisir krui, maka berdiri marga-marga disepanjang pesisir, saat terjadi traktat London itu tercatat telah ada 8 (delapan) Marga di Pesisir krui dan 2 (dua) marga di wilayah pusat Sekala Brak. Kemudian pada tahun-tahun selanjutnya Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan lagi 8 (delapan) marga- marga baru di wilayah Pesisir krui begitu juga di wilayah Pusat Kepaksian Sekala Brak ada 3 (tiga) Marga, marga melinting peminggir 5 (lima) marga, marga teluk peminggir 6 (enam) marga, marga pemanggilan peminggir 11 (sebelas) marga, marga abung (federasi abung siwo migo) 10 (sepuluh) marga, marga rebang semendo 3 (tiga) marga, marga jelma doya (federasi buay lima way kanan) 10 (sepuluh) marga, marga melinting 3 (tiga) marga, marga tulang bawang (federasi mego pak tulang bawang) 6 (enam) marga salah satunya sebagai bagian dari politik Devide Ed Imperanya.

Sistem Pemerintahan Adat

Struktur pemerintahan dari pada ini bisa piramid tertinggi adalah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian ini memegang kekuasaan menentukan mutlak Bertitah, Berita dan Lain Sebagainya semua berpusat kepada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua hak-hak kebesaran ada pada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua yang dipakai Struktur dibawahnya atas perintah atas berkenan, titah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, dibawahnya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah pemapah dalom, pemapah dalom ini sepertinya wakil Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, pemapah dalom ini ada 2 (dua) yang pertama terdiri dari mempunyai 2 (dua) kaki Perdana mentri dan perdana utama pemapah dalom ini mempunyai garis juga kepada kampung batin garis lurus ke kampung batin ini adalah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian tapi garis koordinasinya kepada pemapah dalom kalau garis lurusnya dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, didalam Istana Gedung Dalom ada pengapungan batin, pemapah dalom, para puakhi saudara Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian dengan Istilah Sagedung "Isi ni Gedung" isi Gedung (isi Istana) Puakhi ni Saibatin saudara nya Saibatin itu belum keluar dari Gedung (Istana Gedung Dalom) masih menyatu terhadap Istana Gedung Dalom Struktur dibawah keluarganya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah suku-suku balak yang tersebar di sepanjang pesisir Pugung Malaya, Ranau bahkan di wilayah tanggamus ini dinamakan suku-suku balak, ada juga pesumbaian dan Khaja-Khaja baca (raja-raja) Jukuan, dibawah raja Sumbai baru Batin dibawah batin namanya Kebbu di pimpin oleh seorang Radin di bawah radin bulambanan, lamban-lamban sebelum dia berkeluarga dia lamban biasa tapi setelah dia berkeluarga baru mempunyai kedudukan.[16][17]

Pesanggerahan

Pesanggrahan adalah tempat peristirahatan. Pesanggrahan memiliki 2 arti. Pesanggrahan memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga pesanggrahan dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Pesanggrahan berasal dari kata dasar sanggrah[18]. Istana Gedung Dalom pada awalnya berada di Hanibung titik lokasi kebesaran ibu negeri dari Kepaksian Pernong[19] serta di dapat dari berbagai sumber di dalam sejarah bahwa perkampungan pada jaman itu berada di dataran daerah mandi angin, humbahuwong dan sebagian lagi berada di sekitaran Gedung dalom di hanibung di perkirakan pada abad ke-12 pada jaman Umpu Pernong Gelar Sultan Ratu Buay Pernong. Sedangkan pada jaman berikutnya dari jaman Umpu Semula Jadi Gelar Sultan Ratu Semula Jadi sampai degan jaman Pangeran Purba Gelar Sultan Pangeran Purba Jaya wilayah perkampungan tersebut menyebar sampai yang tercatat di dalam tambo kulit kayu yang di sebut tambo paksi dengan berbahasa Lampung:

Batas wilayah

MULAI JAK BAGINJING WAI NARIMA NGABELAH BALASA KAPAPPANG TURUN DI BAWAN SANGUN NGADAPOKKO HUMARA WAI TUTUNG NUTUK WAI TUTUNG CAKAKDI BUKIT SAWA TERUS NUTUK BUKIT SAWAI DOH HAN NUTUK UWAI MALEBUI NUTUK WAI MALABUI SAPAI DI HUMARANA DI WAI SAMAKA UNGGAK UNGGAK AN NUTUK WAI SAMAKA CAKAK DI HAMA BERUK NGADAPOKKO HULU WAI LIHA TURUN DI HAM SARUKUK NGABELAH HAM KADUPANG TURUN DI WAI SAMAKA TEBONG KARINJING NUTUK WAI SAMAKA UNGGAK UNGGAK AN CUTIK DITEBING SAHUWOK LAJU DISIRING TELA NGABELAH KARATUNG DOH NGADAPO K BAWANG SAKELING TURUN DI TEBA KAMILING TURUN DI WAI SA MAKA UNGGAK UNGGAK CUTIK NUTUK WAI SAMAKA NGADAPOK KO HUMARA WAI SARIMOL LAJU UWAI RAMELAI UNGGAK UNGGAKAN SAPAI DI PACUR PUNGAH TERUS NYAMABUT PANEPON SAKEDI NUTUK PANEPON SAKEDI NGABELAH PANYIN DANGAN RAGOH DI HUMARA WAI KULAK NYAMBERANG WAI RAMELAI JAK TARUGAK CAKAK DI TAMANOH LACAR NGADAPOK KO HUMARA WAI KATUBAN UNGGAK UNGGAK AN NUTUK WAI HILIYAN RUBOK CAK (CAKAK) DI BAGINJING WAI RIMA (NARIMA).

Mendirikan Liwa

Pada jaman ini sekitar abad ke-16 Istana Gedung Dalom (Istana Sekala Brak) yang di batu brak ini sudah pernah didirikan dan di tempati oleh para Sultan di Kepaksian Sekala Brak kala itu sebelum terjadinya kebakaran pada sekitar tahun 1898. Sedangkan pada jaman Pangeran Alif Jaya sekitar tahun 1746 membangun pesanggerahan besar di Liwa dari era Pangeran Alif Jaya Gelar Sultan Pangeran Alif Jaya sampai jaman Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja pada masa ini para Sultan Kemana-mana membawa nama besar Pesanggerahan tersebut yang berada di Liwa, Sebagai Wadah (Kendaraan) dari pada Sultan-sultan pada masa itu.

Pada jaman Colonial Belanda masuk ke liwa Pesanggerahan Besar tersebut dikuasai oleh belanda. Kemudian pada saat Kekalutan di marga Liwa karena sedang Puguh Pesanggerahan Besar tersebut diserahkan kembali oleh Penerintah Colonial Belanda kepada Sultan, pada saat itu kerusuhan masih tetap berlangsung di marga liwa kekacauan antara Pangeran Komala Raja dengan asisten Kidemang, pada saat menentukan jalan kubu pehakhu simpangan ke arah Keresidenan Bengkulen[20]. Pada saat itu Sultan meninggalkan Pesanggerahan dengan membawa Putra dari Indra Patih Cakra Negara, pada jaman itu Keresidenan Bengkulen tidak bisa melengserkan Putra dari Indra Patih Cakra Negara karena adanya Paksi Pak.

Keresidenan Bengkulen mengetahui bahwa Struktur keadatan dari Paksi Pak Sekala Brak[21] tetap membayang-bayangi di belakang kemargaan yang sudah dipecah-pecah di kerdilkan menjadi puluhan marga oleh Colonial Belandan akan tetapi Colonial Belanda masih merasakan denyut dari pada kekuasaan Sultan-Sultan pendahulu di wilayahnya masing-masing, marga-marga yang terbentuk itupun adalah keluaran dari Paksi Pak Sekala Brak walaupun pengaruh dari Colonial Belanda yang sangat kuat serta mencengkram mendokterin mereka untuk mengikuti aturan dari pemerintahan belanda akan tetapi para Sultan-Sultan ini juga tidak mau meninggalkan sebuah tradisi karena bagaimanapun juga kebesaran dari Paksi Pak Sekala Brak itu adalah kebesaran pangkal (asal). Kemudian anggaran-anggaran dihentikan dan akhirnya Putra dari Indra Patih Cakra Negara Membawa putra pertamanya bersama sekitar tiga ratusan orang, meninggalkan Liwa berangkat nyussuk pekon mendirikan negeri baru di Negara batin Semaka, serta putra ketiga nya berangkat menuju sukau, dan putra yang kedua mendirikan Liwa sehingga menjadi tegak Jukhai (baca-Jurai) di Batu Brak. Pada saat sekitar tahun 1898 Istana Gedung Dalom (Gedung Dalom) terjadi Kebakaran di Batu Brak sehingga Pesanggerahan besar yang berada di Liwa di pindahkan ke Istana Gedung Dalom yang berada di Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat saat ini, di ceritakan berpindahnya Istana Gedung Dalom itu dari kejauhan sekitar 15 kilometer tidak dicopot atau dibongkar melainkan diangkat ramai-ramai dan dibawa perlahan-pelahan menuju lokasi sekarang Selama 1 (satu) tahun kisaran tahun 1899-1900 Masehi sepulangnya Pangeran Dalom Merah Dani Gelar Sultan Makmur Dalom Natadiraja menunaikan ibadah haji bersama 100 rakyat sekala brak. Hingga jaman Pra-sejarah Istana Gedung Dalom (Gedung Dalom) hingga saat ini masih dapat di jumpai di Desa Pekon Balak, Batu Brak, Lampung Barat Provinsi Lampung[22].

Galeri

Referensi

  1. ^ developer, lampost co (2018-12-18). "Sekala Brak Menjawab Sejarah". lampost.co. Diakses tanggal 2021-04-11. 
  2. ^ Raditya, Iswara N. "Mengenal Kerajaan Sekala Brak sebagai Leluhur Lampung". tirto.id. Diakses tanggal 2021-04-10. 
  3. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/tatanan-adat-paksi-pak-sekala-bekhak/
  4. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/kerajaan-paksi-pak-sekala-brak/
  5. ^ https://www.lampungbaratkab.go.id/detailpost/pesona-lembah-batu-brak-lampung-barat
  6. ^ https://text-id.123dok.com/document/nzwvlgrlq-barisan-revolusi-nasional-brn.html
  7. ^ https://onesearch.id/Record/IOS4198.28835
  8. ^ https://www.academia.edu/34999765/Sistem_Pemerintahan
  9. ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 549–550. ISBN 9786029933703. 
  10. ^ https://www.medinaslampungnews.co.id/ini-kisah-persahabatan-pangeran-edward-dan-raja-gowa/
  11. ^ http://fajarsumatera.co.id/kerajaan-usmani-anugerahkan-panji-pada-sekala-brak/
  12. ^ https://skalabraknews.com/2018/06/12/raja-gowa-wafat-sekala-brak-dan-goa-teguh-setia-98615/
  13. ^ http://repositori.kemdikbud.go.id/13412/1/Sejarah%20sosial%20daerah%20lampung%20kotamadya%20bandar%20lampung.PDF
  14. ^ http://repository.radenintan.ac.id/2118/6/Bab_IV.pdf
  15. ^ https://sergapnusantara.com/sejarah-panji-syahadatain-kepaksian-pernong
  16. ^ https://www.academia.edu/34999765/Sistem_Pemerintahan
  17. ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 549–550. ISBN 9786029933703. 
  18. ^ https://lektur.id/arti-pesanggrahan/
  19. ^ https://lampungbaratkab.go.id/detailpost/budaya
  20. ^ https://medialampung.co.id/sai-batin-marga-liwa-dukung-gerakan-literasi/
  21. ^ https://radarlampung.co.id/kepaksian-pernong-gelar-hippun-adat-ini-sebabnya/
  22. ^ file:///C:/Users/ASUS/AppData/Local/Temp/9312-17910-1-PB.pdf

Bacaan lanjutan

  • Amijaya, Dedy Tisna (1 Juni 2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Bra di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. ISBN 9786029933703. 
  • Amijaya, Dedy Tisna (2018). Profil Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak. Bandar Lampung: PT Karya Cipta Mandiri. ISBN 9786021484173. 
  • Kurnia, Sultan (2020). Kerajaan Jambulipo. Yogyakarta: Diandra Kreatif. 
  • Nurdin, Fauzie (Juni 2018). Orang Abung Cerita Rakyat Sumatra Selatan Dari Waktu Ke Waktu. Thafa Media. ISBN 978-602-1351-67-3. 
  • Sujadjarwo (2018). Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong Menjawab Sejarah. Bandar Lampung: Karya Cipta Mandiri. ISBN 9786025270529. 
  • Paksi Pak Sekala Brak

Pranala luar